Semangat Baru HMI Badko Sumut

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Ada dua corak yang mewarnai dinamika sebuah organisasi, terkhususnya organisasi mahaiswa yang dalam hal ini adalah organisasi mahasiswa tertua di Indonesia; Himpunan Mahasiswa Islam atau disingkat HMI, yakni corak secara struktural dan kultural. Dua corak tersebut ditunjukkan atau pun dipraktekkan dalam perjalanan sejarah aktivitasnya. Corak struktural dan kulturalnya tidak dapat dipisahkan, ia bagai uang logam yang kedua sisinya tidak dapat dipisahkan. Bahkan, corak struktural dan kulturalnya sering menjadi tolok ukur sebuah perjalanan dinamika berorganisasi (baca: ber-HMI).

Dalam sebuah teori organisasi, struktural merupakan sebuah garis hierarki atau bertingkat yang menggambarkan komponen-komponen dan dalam rangka membagi tugas-tugas organisasi secara sempit atau luas, sehingga misi-misi organisasi dapat terwujudkan. Subjek (anggota atau kader) yang menempati struktur organisasi menjadi penggerak organisasi. Dan apabila struktural macet dalam aktivitasnya, tentu penyegaran (reshuffle) salah satu solusinya. Selain itu, tentu harus dilakukan sebuah pergantian periodesasi hingga para penanggungjawab di setiap tingkatan struktur organisasi, hingga ia menjadi sebuah semangat baru bagi organisasi.

Selain corak strukturalnya, tentu kultural menjadi isi, inti atau nilai-nilai yang memberi warna indah pada struktural. Sebab, kultural merupakan sebuah aktivitas para anggota atau kader yang berada di dalam struktural yang juga tidak menutup diri untuk melibatkan di luar struktural, sehingga sebuah organisasi menjadi lebih berwarna dan menjaga nilai dan norma (norms), kepercayaan (trust), dan jejaring (network), seperti dalam teori modal sosial (social capital).

Dua corak tadi sangat tampak di HMI. Struktural dan kultural menjadi kunci dalam maju-mundurnya HMI, hal ini tidak kalah seperti pentingnya kuantitas dan kualitas dalam ber-HMI. Di HMI tentu muncul dialektika yang berkepanjangan bahwa mana yang lebih penting antara struktural atau kultural? Seperti juga dalam pertanyaan; mana yang lebih utama kuantitas atau kualitas?

Terlepas mana yang lebih penting, semuanya memunculkan dinamika dan proses. Struktural HMI akan terasa kosong atau hampa, jika tidak diisi dengan kultural HMI. Pun juga demikian, kultural akan berjalan dengan tidak teratur dan tanpa arah jika tanpa struktural. Sebab, seminimalnya setiap aktivitas kultural kita membutuhkan susunan subjek yang terorganisir mengingat kemampuan dan kelebihan begitu beragam. Dan tentu perjalanan zaman menjadi tantangan bagi kultural.

Selain demikian, tentu mengenai soal kepemimpinan menjadi jawaban dari kedua hal di atas. Dalam sebuah kepemimpinan terdapat bagaimana dinamika corak struktural dan aktivitas kultural HMI. Pemimpin yang memegang pucuk pimpinan dalam sebuah struktural HMI, dalam hal ini Himpunan Mahasiswa Islam Badan Koordinasi Sumatera Utara (HMI Badko Sumut), adalah menjadi sebuah semangat mewarnai dua corak tersebut, tanpa mengesampingkan hierarki ke atas dan ke bawah.

Semangat Baru HMI Badko Sumut

Tepat pada 4 Desember 2021, sebelum sarapan dituntaskan, Abdul Rahman terpilih sebagai Ketua Umum HMI Badko Sumut Periode 2021-2023 pada Musyawarah Daerah (Musda) HMI Badko Sumut XXIV. Abdul Rahman atau yang akrab dipanggil Cak Dul terpilih dengan perolehan 15 suara dari 22 jumlah total suara utusan-utusan HMI Cabang penuh se-Sumut. Sedangkan calon kedua, Nopa Aditya mendapatkan 7 suara. Dengan hasil pemilihan tersebut, Abdul Rahman pun dinyatakan sah sebagai Ketua Umum terpilih HMI Badko Sumut Periode 2021-2023.

Informasi di atas, dengan terpilihnya Cak Dul, tentu menjadi semangat baru bagi HMI se-Sumut. Semangat baru tersebut berpengaruh paca corak struktural dan kultural HMI di Sumut. Secara struktural tentunya akan diisi oleh kader-kader yang masih energik dan visioner dalam menjalankan tugas-tugas organisasi sebagai perpanjangan tangan Pengurus Besar (PB) HMI. Dan secara kultural, kita ketahui sendiri bahwa Cak Dul adalah kader yang berasal dari kultural HMI itu sendiri, baik dalam training-training HMI maupun kajian-kajian keilmuwan di setiap tingkatan HMI. Dalam catatan perjalanan sebagai kader HMI di Sumut, Cak Dul telah dikenal aktif di forum-forum HMI. Baik sebagai moderator, narasumber, maupun trainer HMI. Semoga latar belakang ini memperkuat kultural HMI Sumut ke depannya.

Apa yang menjadi visi misi yang disampaikan oleh Cak Dul di depan para peserta Musda HMI Badko Sumut XXIV (para utusan dan peninjau) adalah sebuah rule semangat baru HMI di Sumut. Kinerja Cak Dul sebagai nahkoda HMI Badko Sumut Periode 2021-2023 tentu menjadi harapan para kader HMI, baik yang masih berstatus anggota HMI maupun alumni HMI. Harapan itu dalam rangka mengembalikan marwah HMI yang mana kita kenal sebagai organisasi mahasiswa yang berbasis islami dan intelektual.

Tidak dipungkiri memang, perjuangan HMI ditingkat Badko adalah perjuangan politik. Akan tetapi politik dalam pengertian etis, bukan praktis seperti dalam perjuangan politik sebuah partai politik. Perjuangan politik HMI adalah dalam rangka berpartisipasi dalam pembangunan bangsa dan negara, dalam hal ini Badko Sumut di wilayah Provinsi Sumut. Sehingga dikenal bahka corak perjuangannya adalah perjuangan untuk misi-misi keislaman yang moderat, keumatan-kebangsaan yang plural, dan kemahasiswaan dengan corak keilmuan (intelektual) serta kekritisasnnya.

Kemudian, Abdul Rahman menjadi simbol semangat baru HMI Sumut diharapkan dapat menunjukkan eksistensi HMI sebagai organisasi yang benar-benar berkontribusi dalam membantu pemerintah dan ummat (bangsa) dalam mewujudkan cita-cita HMI sebagaimana disebutkan alam Pasal 4 Anggaran Dasar (AD) HMI yakni; “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu wata’ala.” Karena pada awal mula sejarahnya di dirikan, HMI dibentuk dengan tujuan keislaman, keindonesiaan dan kemahasiswaan.

Penutup

Dalam misi mengisi pembangunan bangsa dan negara, terkhususnya di wilayah Sumut, sinergitas HMI Badko Sumut dengan berbagai khalayak, seperti sinergitas dengan pemerintah dan sinergitas dengan berbagai lembaga-lembaga mahasiswa, juga dengan lembaga-lembaga masyarakat tentu sangat dibutuhkan. Sinergitas yang dimaksudkan tanpa menciderai nilai-nilai yang ada di dalam Himpunan itu sendiri.

Kerja kolektif dengan keadaan yang kondusif harus terus diupayakan, sebab kerja-kerja organisasi yang diamanahkan dan tanggungjawab moril membutuhkan langkah-langkah yang terorganisir, terencana, terukur dan sistematis. Citra positif HMI, terkhususnya di wilayah Sumut dapat terwujudkan apabila sinergitas dan kerja kolektif dapat dilaksanakan dengan setiap perangkat yang berwenang. Dan HMI sebagai organisasi mahasiswa, akan mendistribusikan kader-kader terbaiknya dalam rangka pembangunan bangsa dan negara.

Sehingga, Abdul Rahman, nahkoda baru HMI di level provinsi Sumut menjadi simbol semangat baru untuk menunjukkan citra positif HMI di masyarakat dan di mata pemerintah, serta HMI menjadi harum dan diminati oleh mahasiswa-mahasiswa Muslim. Sebab kader terbaik adalah kader yang mampu menjaga marwah organisasi, merawat nilai-nilai dan bekerja sama dengan berbagai pihak tanpa mengesampingkan aturan main organisasi. Semoga amanah! []

Oleh: Ibnu Arsib (Kader HMI Cabang Medan)

- Advertisement -

Berita Terkini