Huru Hara Negeri Ini, Analisis Keanehan Pejabat Publik di Indonesia

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Kita berbicara mengenai rezim ini. Rezim yang sungguh aneh, yang tidak pernah ada rezim sebobrok rezim saat ini. Dimulai dari polarisasi politik, isu populis agama yang dibesar-besarkan, aparat yang seperti kehilagan arah tidak hanya memukuli rakyat ternyata juga memukul sesamanya, pernyataan-pernyataan nyeleneh Presiden hingga bawahannya.

Memang benar kata bijak yang pernah saya dengar, bahwa “Apabila pemimpin itu seekor kambing, maka singa pun akan mengembek. Tapi apabila sang pemimpin itu singa, kambing pun mengaum.” Kali ini semua pejabat publik sudah mengembek, mungkin memang dasarnya sudah kambing atau keledai, lalu diberi tanggung jawab kenegaraan, tentunya akan terus mengembek. Jika pun ada sang singa, saat ini juga sudah mengembek mungkin bahkan sudah mengendus-ngendus bak tapir mencari makanan.

Semuanya sudah sangat berantakan, politik, ekonomi, sosial, budaya dan agama. Negeri ini seperti kehilangan arah. Sang Presiden lebih mirip kepala dusun atau kepala Lurah yang bisanya mengurus internal negeri ini, itupun tak beres. Dari sekian banyak ada tiga isu yang perlu kita lihat dampaknya kepada negeri ini. Kita sebenarnya sudah cukup muak dengan keanehan kebijakan dan tingkah laku para petinggi negara bahkan aparat negara yang diluar logika bahkan diluar sisi kemanusiaan, sebut saja kejadian KM 50 yang terkesan memang pemerintah ini berusaha mencari kambing hitam, padahal menurut kasat mata, publik pun tahu siapa yang bermain di dalamnya.

Hanya saja ini masalah integritas, tentu politik dan mafia berusaha menggelontorkan dana besar untuk menutupi kasus ini. Belum lagi kasus Novel Baswedan atau kasus pelemahan KPK. Sudah terlalu banyak kebijakan aneh yang sangat kentara ada mafia yang ikut andil dalam merusak tatanan politik dan ekonomi di negeri ini.

Kita berbicara 3 isu kali ini : 1) Pernyataan Menteri agama bahwa Kemenag bukan milik umat Islam, tapi milik NU, 2) Masalah kekerasan yang dilakukan aparat baik kepada eksternal dan kepada internal institusinya. 3) Presiden dan pernyataan PCR yang akan diwajibkan diseluruh transportasi umum.

Analisis masalah pertama, bahwa Yaqut Cholil sudah sangat jelas menggali lubang kuburannya sendiri. Teringat pernyataan menteri agama yang lalu, mengenai good looking dan radikalisme, membuat Fachru Rozi tak lama menjabat Menteri Agama lalu reshufle, bukannya malah lebih baik, penggantinya malah lebih buruk. Terlihat bagaimana pernyataan aneh yang diucapkannya kepada publik. Belum pernah ada pernyataan primordialisme ini muncul di kementerian manapun kecuali menteri agama yang satu ini. Pernyataan Kemenag bukan milik umat Islam secara umum tentunya benar, karena memang Kemenag milik semua agama, bukan hanya umat Islam, tapi “Muncung” sektarianisme muncul dari Yaqut Cholil dengan ke-NU-annya membuat gaduh masyarakat, bahkan dikalangan NU. Terlihat bagaimana NU sendiri terbelah dua menyikapinya, ada yang menolak pernyataan itu, ada yang membenarkan dengan pembenaran.

Analisis kedua adalah kekerasan aparat dan sorotan kebijakan aparat kepada masyarakat. Baru-baru ini viral aparat membanting mahasiswa yang berdemo, juga aparat yang memukul masyarakat di Jalan lalu lintas, juga kebijakan aparat terhadap korban yang dipukul preman di Medan, serta pemukulan Kapolres terhadap bawahannya. Entah apalagi yang akan terjadi, tapi semuanya menjadi catatan publik, bahwa aparat harus benar-benar dievaluasi, ditinjau lagi sisi emosional dan sikap pengayomannya.

Tentu tindakan aparat manusiawi, tapi mau tidak mau, aparat diberikan hak memegang senjata dan memiliki wewenang untuk menangkap. Jika ini tidak gunakan dengan bijak, maka ini akan sangat berbahaya. Tapi apapun itu, aparat harus benar-benar berbenah diri dan harus benar-benar menunjukkan sikap mengayomi kepada rakyat dan bawahannya.

Analisis masalah ketiga adalah pernyataan Presiden bahwa PCR akan diwajibkan bagi semua transportasi umum. Tidak sekali dua kali Presiden mengeluarkan kebijakan aneh dan pernyataan aneh. Untuk yang satu ini, benar-benar akan mencekik rakyat, bagaimana mungkin rakyat yang sudah diwajibkan vaksin kini diwajibkan lagi PCR dengan harga yang lumayan. Bahkan harga PCR akan lebih tinggi daripada tiket Transportasi. Ini juga akan merepotka pengusaha transportasi umum. Tentunya akan berdampak pada penumpang yang berkurang dan tentunya rakyat berpikir dua kali untuk naik transportasi umum. Ahh sudahlah, cukup panjang jika kita mengkaji panjang lebar problem ini, tentunya mafia mafia bisnis PCR sedang bermain dibalik Istana untuk melindungi kantong mereka, dan lagi-lagi rakyatlah korbannya.

Sungguh banyak keanehan-keanehan tingkah laku para pejabat negeri ini, rakyat sungguh hanya menjadi korban. Kini rakyat hanya bisa mengelus dada, dan mendoakan. Semoga rezim ini segera berganti.

Oleh : Januari Riki Efendi, S.Sos
Penulis adalah Founder Ruang Literasi

- Advertisement -

Berita Terkini