Kebiasaan Baru di Masa Pandemi Covid-19

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Kehadiran Pandemi Covid-19 telah mengubah tatanan dunia dalam waktu singkat. Bahkan juga tidak ada yang pernah membayangkan bahwa pandemi ini akan datang dan menyebabkan derita kemanusiaan yang begitu mendalam. Pandemi ini membawa banyak dampak bagi kehidupan manusia, secara sosiologis pandemi ini menyebabkan perubahan sosial yang tidak direncanakan. Artinya pandemi ini sangat tidak diharapkan kehadirannya oleh masyarakat. Akibat dari itu masyarakat tidak siap dalam menghadapi pandemi ini pada gilirannya telah menyebabkan disorganisasi sosial di segala aspek kehidupan masyarakat.

Harus kita akui bahwa dengan adanya pandemi Covid-19 memaksa komunitas masyarakat harus bisa beradaptasi terhadap seluruh perubahan sosial yang ditimbulkannya. Banyak masalah yang menghadirkan desakan transpormasi sosial di masyarakat. Bahkan, bukan tidak mungkin peradaban dan tatanan kemanusiaan akan mengalami pergeseran kearah dan bentuk yang jauh berbeda dari kondisi sebelumnya.

Yuval Noah adalah seorang ahli sejarah yang dalam tulisan artikelnya berjudul “ The World After Coronavirus “ yang dimuat Financial Times (20/03/2020), menyatakan bahwa “Badai Pasti Berlalu, manusia mampu bertahan, namun dunia yang kita tempati akan sangat berbeda dengan dunia sebelumnya”.

Dengan demikian seluruh kegiatan yang kita lakukan harus sesuai dengan protokol kesehatan. Ini bukan permasalahan yang sederhana, sebab pandemi covid-19 ini telah menginfeksi seluruh tatanan kehidupan masyarakat yang selama ini telah diinternalisasi secara terlembaga melalui kebiasaan yang terpola dan berulang.

Masyarakat kedepannya harus siap menghadapi perubahan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, masyarakat harus mengulang dari awal lagi untuk tatanan kehidupan disaat pandemi Covid-19 ini. Sejumlah tata nilai dan norma lama harus ditata ulang dan direproduksi kembali untuk menghasilkan sistem sosial yang baru. Munculnya tata aturan yang baru tersebut kemudian salah satunya ditandai dengan adanya himbauan dari pemerintah untuk belajar, bekerja, dan beribadah di rumah sejak awal kemunculan virus ini di Indonesia. Begitu pula dengan pola kebiasaan masyarakat yang guyub, senang berkumpul dan bersalaman, kini dituntut untuk terbiasa melakukan pembatasan sosial.

Selain itu, dengan maraknya perkembangan teknologi ditengah maraknya pandemi covid-19 ini juga mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan negara. Pergerakan dan interaksi sosial masyarakat saat sekarang ini juga terbatas dikarenakan adanya kebijakan psysical distancing.

Kebiasaan masyarakat yang konvensional sebelum pandemi Covid-19 ditranspormasikan melalui pola interaksi melalui media virtual. Dengan hadirnya media virtual juga mempertegas betapa pentingnya teknologi dimasa pandemi ini.

Perubahan- perubahan yang sangat terasa diantaranya dengan membiasakan belajar secara daring, pembelajaran secara daring menimbulkan pro dan kontra di dalam kehidupan bermasyarakat, karena tidak semua dari masyarakat yang anak-anaknya mempunyai teknologi yang mendukung untuk mengikuti pembelajaran secara daring.

Tidak hanya itu masalah yang timbul akibat belajar daring, lokasi yang jauh dari jangkauan sinyal juga sangat berpengaruh, karena tidak semua wilayah khususnya di Indonesia memiliki jaringan internet yang bagus, banyak juga daerah-daerah yang belum memiliki akses tersebut, terutama masyarakat yang tinggal di pedalaman Indonesia.

Baru-baru ini terdengar kabar bahwa akan diadakannya pembelajaran tatap muka secara terbatas disekolah-sekolah di Indonesia. Namun harus diakui banyak tantangan dalam memulai pembelajaran tatap muka ini, salah satunya adalah adanya isu tentang akan datangnya varian covid-19 baru ketika diadakannya pembelajaran tatap muka. Meski begitu, pembelajaran harus segera dilakukan demi mencerdaskan generasi muda bangsa.

Mentri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) menyampaikan klarifikasi terkait isu 2,8% sekolah menjadi klaster penyebaran Covid-19 selama pelaksanaan pembelajaran tatap muka. Ia menegaskan, bahwa data 2,8% itu merupakan angka komulatif di masa pandemi.

Penulis : Yosi Andika Putra (Peserta Advance Training HMI Badko Riau-Kepri)

- Advertisement -

Berita Terkini