Iman Pada Secangkir Kopi dan Bertuhan Jangan Mau Rugi

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Amana Yu’minu-Imanan (beriman atau percaya), Percaya dalam Bahasa Indonesia artinya meyakini atau yakin bahwa sesuatu yang dipercaya itu memang benar nyata adanya.

Iman ialah kepercayaan yang meresap ke dalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur ragu, serta mempengaruhi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan. iman itu bukanlah semata-mata berdiskusi sampai terik matahari lalu tidur menepi kerumpun mimpi akan tetapi iman itu seperti menyeruput kopi lalu kamu nikmati rasa hingga ke saripati, bukan hanya sekedar perbuatan dan bukan pula merupakan pengetahuan tentang iman.

Ketika seseorang berkata “Nalar tidak akan bisa mengurai sesuatu yang gaib, hanya batin yang bersihlah yang bisa memahaminya”, maka pertanyaannya adalah perangkat keras mana pada diri orang tersebut yang digunakannya, hati atau otak? Lantas mengapa orang yang terserang penyakit hingga kritis, jangankan untuk berargumen, untuk mengingat nama anggota keluarganya sendiri saja dia mengalami kesulitan. Apa yang rusak pada mereka, hati atau otak?

Ketika seseorang berkata “Tuhan hanya bisa dipahami lewat iman, tidak cukup oleh logika”, maka pertanyaanya: perangkat lunak mana pada diri orang tersebut yang berfungsi? spiritual atau akal? Lantas mengapa orang yang hilang ingatan tidak wajib beragama/beriman? Apa yang salah dan rusak pada diri orang yang hilang ingatan, hati atau otak? (M. Kanedi)

Otak dan hati mempunyai peran masing-masing dalam memanifestasikan ke-ADA-nya Tuhan dengan segala ajaran luhur yang terkandung didalam Islam serta proyeksi  jauh ke depan yang bertujuan untuk memelihara kepentingan dan kemaslahatan umat manusia. Allah SWT menyentil kita dalam surah Ar Rahman ayat 13 yang diulangNya beberapa kali dalam surah yang sama dengan pertanyaan serupa, “maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Rukun Islam dan Iman adalah tools agar semua hukum itu berlaku bahkan melayani kita dengan syarat kita harus berserah diri sepenuhnya. Shalat merupakan mesin untuk berfungsinya Hukum-Hukum itu untuk kita selain mencegah perbuatan Keji dan Mungkar adalah dengan adanya komitmen “Shalatku, Ibadahku, Hidupku dan Matiku hanya untuk-Mu” di setiap Iftitah yang dibaca. Ini menunjukkan kepada kita bahwa musuh besar umat adalah selfish atau egosentrisme. Bila kita senantiasa konsisten dengan Rukun Islam sehingga tidak lagi bersikap mental Selfish atau Egosentrisme maka kita justru akan dilayani oleh hukum-hukum-Nya itu, maka perang terbesar menurut Kun Nurchadijat (disampaikan pada forum Advance Training Badko Riau-Kepri) adalah memerangi Hawa Nafsu, sedangkan musuh Ajaran Tauhid adalah Iblis maka diperoleh persamaan (Egoisme sama dengan Iblis)

Sehingga apabila manusia sudah terlemahkan iblisnya, secara otomatis keputusan atau amal yang bernilai tambahlah  bagi diri, dengan demikian ketika Tuhan dipahami secara ilmiah ini, maka ‘keinginan’ Allah SWT yang berupa ‘menyembah’-Nya tidak lain adalah tingkat kemanfaatan manusia itu sendiri.

Milikilah Allah serta RasulNya tanpa keraguan dan kerugian !!

Penulis : Ramon Hidayat (Peserta Advance Training HMI Badko Riau-Kepri)

- Advertisement -

Berita Terkini