Fenomena Tutup Telinga dan Intoleransi Kaum “Toleran”

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Baru-baru ini viral video para santri yang sedang antri vaksinasi menutup telinga mereka secara serentak dikarenakan ada musik yang dihidupkan di area vaksinasi. Fenomena ini sontak menimbulkan pro dan kontra bagi masyarakat netizen. Ada yang menganggap biasa-biasa saja, ada yang mendukung tindakan para santri, ada juga yang mengolok-ngolok bahkan mengejek tindakan para santri tersebut, sebagai tindakan yang radikal atau anti-kemajuan.

Sikap para santri tersebut sontak dianggap sebagai penolakan mereka terhadap musik, ataupun pandangan mereka terhadap musik itu haram. Tentunya ini menjadi problematika tersendiri. Tentu sikap netizen yang terbelah sudah menjadi hal yang lumrah dan biasa. Bahkan masalah Palestina saja yang harusnya kita melihat dari sisi kemanusiaan, masih saja ada yang kontra terhadap sikap perlawanan masyarakat Palestina.

Fenomena-fenomena sosial yang terjadi di media sosial sangat cepat membuat masyarakat kita terbelah, romantika konflik politik 2014 dan 2019 kental mewarnai setiap polarisasi.

Pada fenomena santri yang melakukan tutup telinga massal pada saat musik sedang berlangsung, tentu juga membuat orang-orang yang sama sekali tidak memahami bertanya-tanya, kenapa mereka melakukan hal tersebut. Point yang bagus untuk pendidikan masyarakat untuk mengenal pola para penghafal Al-qur’an, selama ini tidak banyak masyarakat yang tahu bagaimana para penghafal alquran menjaga hafalan mereka. Pada kasus ini masyarakat sedikit diperlihatkan bahwa kesucian alquran tidak boleh diganggu oleh apapun, termasuk musik. Tentunya jika mengaitkan keharaman musik dengan pola menghafal para santri sangat jauh.

Masalah keharaman musik itu masalah hukum atau terkena pada masalah hukum fiqh dalam Islam, sedangkan tidak mendengarkan musik itu hanya salah satu metode untuk pendidikan. Sama seperti seorang ibu tidak memperkenankan anaknya untuk bermain gadget ketika belajar, apakah gadget itu haram? Belum tentu, ada ranah hukum yang perlu dikaji panjang lebar, ada ranah metode pendidikan.

Seperti yang dikatakan Ketua MUI KH. Cholil Nafis, ketika diwawancarai stasiun TVOne, bahwa di dalam metode penghafalan Al-qur’an itu hal yang biasa, beliau mengatakan pengalamannya ketika menjadi santri bahwa jangankan musik, membaca koran pun tidak boleh. Itu semua demi kefokusan dalam menghafal Al-qur’an. Begitupun Yenni Wahid menyepakati apa yang dikatakan oleh KH. Cholil Nafis, dan menyayangkan ada orang-orang yang mencibir tindakan para santri.

Berbicara orang-orang yang mencibir tindakan para santri tersebut, kebanyakan mereka adalah orang yang mengaku mencintai kebebasan, toleransi dan moderat. Mereka mengatakan tindakan para santri radikal, bahkan Deny Siregar terang-terangan menghina dengan mengatakan dia akan memasang musik Metallica kalau dia sebagai orang yany bisa menyetel lagu, bahkan tidak tanggung-tanggung youtuber papan atas seperti Deddy Corbuzier pun ikut mencemooh dengan mengatakan “Mungkin mereka lagi pakai airpod. Terganggu….ye kan”.

Itu ditulis oleh Deddy dikomentarnya pada postingan Diaz Hendropriyono yang tidak kalah ejekannya pada santri tersebut.

Orang-orang yang mengaku toleran dan mencintai kebebasan berpendapat malah saat ini terlihat tidak toleran. Mereka bisa bertoleransi pada pelaku korupsi, narkoba, LGBT bahkan mereka bisa bertoleransi pada wanita-wanita yang bertelanjang di depan kamera, atau menjual tubuhnya. Tetapi mereka tidak bisa bertoleransi pada orang-orang yang menjalankan agamanya, bahkan sungguh aneh. Literasi mereka yang katanya sudah mumpuni, tapi malah terjebak pada argumentasi Fallacy yang tentunya hanya mencari-cari pembelaan dari apa yang mereka ucapkan atau lakukan, serta mencari-cari kesalahan pada golongan yang mereka tidak sukai.

Ini semua bukanlah hal yang baru, tetapi harus ada edukasi yang baik bagi masyarakat mengenai toleransi yang sebenarnya, menghargai pilihan orang lain, dan tidak memaksakan kehendaknya pada yang lain. Sikap yang terlihat seakan-akan moderat jangan-jangan hanya kamuflase untuk menghujat sesama akidah dan menyalahkan golongan yang tidak disukai. Mungkin “diam” untuk lebih belajar dan tahu lebih bijak daripada menggunakan jari atau mulut untuk menghujat sesama. Salam

Oleh : Januari Riki Efendi, S.Sos
Penulis adalah Pegiat Literasi, dan Founder Ruang Literasi

- Advertisement -

Berita Terkini