Fermentasi Kenangan

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Kalau sudah tiada, barulah terasa. Kira-kira demikian dalam sebuah lirik lagu lawas yang terus membekas. Di bekas itu pulalah kenangan bersemayam. Baik bekas yang meninggalkan garis, maupun bekas yang meninggalkan memori. Semakin lama tersimpan, saat keluar akan semakin mengingat. Sensasinya terasa dekat, serasa ada di dalam, dan menyesakkan dada. Kadang, membuat tubuh menggigil. Tak sadar membuat mata berurai air, membuat mulut tersenyum sendiri. Bukan tanpa sebab, semuanya karena gas peristiwa indah yang tersimpan rapat dalam memori dan sanubari.

Pada mulanya apa yang terjadi mungkin hanya biasa saja. Tapi, setelah sekian lama, dalam ingatan seperti menatap potret hitam putih. Makna yang dirasakan baru lebih terasa dibanding makna sebelumnya. Ada penambahan sebuah zat kenangan, seperti makanan yang difermentasi dengan menaburkan ragi di dalamnya. Saat merasakannya kembali, ada rasa yang lebih nikmat.

Masa lalu adalah masa kini yang diingat, sebut seorang filsuf. Masa depan adalah masa kini yang diperbuat, kata seorang futuristik kenamaan. Masa kini adalah sebuah eksistensi waktu, demikian lagi ungkap seorang penyair yang eksistensialis. Di sanalah semua diaduk kenangan. Sebuah proses yang kita sebut adalah fermentasi kenangan.

Menutup sebuah kejadian dengan menutup memori, adalah perbuatan yang sia-sia. Kejadian itu tidak akan pernah hilang secara absolut, ia akan eksis kembali di saat generasi baru menjelajahinya. Jejak, sebuah yang ditinggalkan untuk nanti. Jejak salah satu menjadi hasil fermentasi kenangan.

Walau sedalam pasir waktu menanam semua kejadian, jika itu sesuatu yang membekas, akan muncul arkeolog yang tak menyerah untuk menggalinya. Sebab kecenderungan manusia akan ada yang hidupnya sering mengungkap masa lalu, dan akan ada yang memikirkan bagaimana masa yang akan datang. Yang pertama disebut sebagai penemu, dan yang kedua akan menjadi pencipta.

Kenangan yang telah difermentasi mungkin rasanya akan terasa asing, tapi saat mencobanya, akan menjadi kecanduan, bahkan bisa menjadi ketergantungan. Sebab kandungan di dalamnya kita rasakan dapat menghidupkan kembali apa yang telah mati, menyehatkan apa yang telah sakit, setidaknya menghibur di kala susah. Aromanya pun menghidupkan sel-sel memori yang lama mati tertanam sebuah kesibukan baru.

Satu, dua, tiga dan selanjutnya, adalah angka-angka yang kita ingat karena kita pernah menghitung sesuatu secara bersama. Ciri khas tawa akan terdengar lagi dalam memori telinga. Gerak-gerik yang terekam mata bergerak dalam ingatan. Terkhusus sebuah sentuhan, menjadi bekas yang tak akan pernah usang, tak lekang oleh waktu, dan selalu mengandung rasa.

Demikianlah semuanya terjadi. Ada yang tak disangka-sangka. Ada yang datang tiba-tiba. Ada yang pergi tanpa permisi. Semua berakhir, dan eksis kembali berkat hasil produksi industri hati dan pikiran. Dan sebutlah nanya sebuah fermentasi kenangan. Yang membuat hidup lebih berarti lagi. Putus asa adalah ampas-ampas kehidupan yang tak perlu dipelihara.

Fermentasi kenangan akan membuat hidup lebih terasa, memberi makna, dan mengharap bahagia. Sebab sebab harapan lah kita terus bergerak. Tanpa harapan, kita hanyalah sebongkah bangkai yang berjalan. Masa lalu, masa kini dan masa depan, adalah masa-masa kita mengelola hidup sampai batas kehidupan. Tak ada satu hukum pun yang akan menghambat perjalanan sampai ke batas kehidupan itu. Fermentasi kenangan pun menjadi sebuah energi sampai batas kehidupan. Ingin kekal adalah imajinasi manusia yang tidak kekal.[]

Oleh: Ibnu Arsib (Penggiat Literasi di Sumut)

- Advertisement -

Berita Terkini