Sekarang Pak Jokowi, atau Tidak Sama Sekali

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Pak Jokowi, saya tahu beban anda sangat berat dalam menjinakkan gelombang politik. Oleh sebab itu dalam kabinet Anda, orang-orang yang tidak “berkeringat” Anda daulat sebagai menteri. Prabowo, Uno, Lutfi dan bergejil-bergejil lainnya.

Untuk posisi Prabowo okelah, dia pemimpin Partai dengan suara yang besar. Meskipun faktanya tidak mampu menjinakkan Fadli Zon yang merongrong wibawa Anda. Nama-nama yang lain itu, apa sumbangsihnya untuk negara? Atau setidaknya untuk perjuangan pencapresan 2019 Anda sebelumnya?

Nol. Banyak yang lebih berdarah-darah, tapi tidak mendapat posisi. Untungnya mereka rela hati mendukung Anda dari belakang. Mereka patriot, Pak.

Dari pola kabinet itu, saya membaca arah untuk meletakkan fondasi bagi trah politik Anda. Ini manusiawi. Siapapun akan melakukan hal yang sama. Tapi sekali lagi apa untungnya bergejil-bergejil itu masuk kabinet? Bukankah dukungan untuk Anda sudah kuat dan Anda sudah tidak memiliki beban lagi?

Berkat kedermawanan Anda, elektabilitas Uno melejit. Ia menjadi salah satu nama yang kemudian diperhitungkan. Bergejil-bergejil lain tentu punya motif berbeda. Mereka perlu peluru menjelang 2024 untuk membela jagoannya.

Tapi Pak, lihatlah sumbangsih mereka dalam pemerintahan. Nyaris tidak ada. Ibarat kata, tempatkan Pak Ogah di kementerian yang mereka pimpin. Pasti jalan kok. Ada atau tidak ada mereka di sana tidak menambah efek baik apa-apa. Efek buruk malah iya.

Mereka adalah para kapitalis. Istilah gampangnya pedagang. Insting utama para pedagang ya nyari untung. Rakyat itu nomor 3.241 dalam agenda mereka. Istilah kerakyatan bahkan tidak ada dalam kamus mereka. Inikah yang Bapak inginkan?

Mungkin Anda orang jujur dan mengutamakan rakyat. Tapi orang-orang di bawah Anda adalah pedagang. Tukang promosi PCR, Antigen, Vaksin dan apa saja yang bisa diobral. Rakyat sekalipun kalau laku dijual bakal ditawarkan, wani piro?

Saya tentu paham, bahwa untuk menjinakkan gelombang politik itu Anda perlu merangkul berbagai kekuatan yang ada. Termasuk memasukkan para pedagang itu ke dalam kabinet.

Tapi Pak, jikapun tekanan yang Anda alami sangat berat, tolong pikirkan masa depan bangsa ini. Kalau memang tidak bisa menyingkirkan mereka, minimal berilah dukungan pada kandidat yang kelak bisa memimpin Indonesia. Maaf Pak, saya tidak melihat sosok itu ada dalam kabinet Anda.

Anda pernah hidup susah di bantaran Kali Anyar. Sebagai orang yang pernah jadi wong cilik, Anda pasti tahu calon paling pantas yang akan meneruskan perjuangan Anda. Saya tidak perlu menyebut nama. Dukunglah orang itu, Pak. Beri amunisi.

Anda lihat orang seperti dia itu terseok-seok, Pak. Tidak ada modal. Dimusuhi banyak politisi. Nasibnya di ujung tanduk.

Sementara para bergejil itu hidup makmur di dalam kabinet Anda. Pelurunya sangat banyak. Mereka telah menyusun kekuatan dengan menyebar duit ke mana-mana. Ini tidak adil, Pak.

Saya paham tentang kompromi politik. Tapi tentu ada batasnya, Pak. Anda juga harus mendorong orang baik yang berpotensi meneruskan jerih-payah Anda. Bukan hanya mengenyangkan para pedagang dan mereka yang tidak berjasa apa-apa.

Sejauh ini saya lihat, Anda belum berbuat apa-apa. Bahkan orang-orang yang hendak memperjuangkan orang baik itu juga kepayahan. Posisinya tidak cukup mendukung. Modal cekak. Kewenangan terbatas. Dan Anda juga tidak mengulurkan tangan pada mereka.

Pendek kata, saya melihat Anda sepertinya sedang menunggu momentum. Padahal dalam politik, momentum harus diciptakan, Pak. Karena saat ini para pedagang telah menguasai medan politik. Mereka sudah pasang kuda-kuda. Uangnya nyebar ke mana-mana.

Sementara orang yang semestinya Anda dukung, bergerak ke bawah dengan kedua kaki gemetar. Napasnya tinggal satu-satu. Matanya nanar melihat rintangan di depan. Saat ini ia semata-mata hanya bisa mengandalkan pulung.

Anda dapat menentukan hasil akhir dari perjalanan calon pemimpin itu. Sekarang Pak, jangan tunggu momentum. Sedikit lagi justru malah tidak ada gunanya. Dan saya tidak ingin mengenang Anda sebagai orang yang diam saja. Membiarkan orang itu kalah dan mengubur seluruh mimpi yang telah Anda bangun sebelumnya.

Oleh : Kajitow Elkayeni

- Advertisement -

Berita Terkini