PPKM dan Jeritan Rakyat

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Lagi dan lagi… Kebijakan pemerintah yang menyengsarakan rakyat diberlakukan. Katanya demi musnahnya Covid-19, tapi nyatanya rakyatlah yang musnah. Pekerjaannya, mata pencahariannya, hidupnya dan pendidikan anak-anaknya.

Pemerintah memutuskan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Ditambah lagi dengan narasi yang menakutkan, digunakanlah kata “Darurat!!”..

Sebelumnya pemerintah memberlakukan PSBB diganti saat ini dengan PPKM. PPKM seperti menjadi puncak kebijakan untuk menyengsarakan rakyat. Tidak ada satupun inisiatif pemerintah untuk membantu rakyat. Bagaimana rakyat akan hidup, jika mereka dipaksa tinggal dirumah, tapi dapurnya tak terisi, anak-anaknya teriak kelaparan, uang sekolah terus menunggak padahal mereka tak merasakan tatap muka di sekolah, belum lagi uang listrik dan air.

Ditambah lagi kebutuhan-kebutuhan lainnya. Rakyat kita bukanlah semuanya pekerja yang bisa bekerja menggunakan sistem online, ada jutaan yang harus berjualan, keliling menjajakan makanan dan barang bahkan harus turun menjajakan tenaganya. Bagaimana sistem Work From Home berlaku dalan pekerjaan yang menuntut mereka untuk menjemput rezekinya di luar rumah.

Sekali lagi pemerintah gagal, dan mungkin akan seterusnya gagal dalam memahami ingin dan mau rakyat, jika kebijakan hanya menambal peraturan bukan menambal kesejahteraan. Lucunya lagi, semua kesalahan pasti dituduh pada rakyat. Dituduh tak patuh prokes jika berani keluar, jika tetap didalam rumah mereka mati kelaparan. Adakah solusi dari rezim ini? Tidak ada.. Seakan-akan mereka ingin berkata, “Biarkan rakyat mati, asal peraturan dijalankan”.

Arogansi pemerintah dan pendukungnya menyebabkan ketidak percayaan rakyat. Lihatlah dimana-mana rakyat sudah melawan tindakan represif aparat yang sewenang-wenang menutup paksa bahkan dengan menyiram dagangan rakyat. Cara “bar-bar” dan “bodoh” ini diaminkan oleh para pemimpin negeri ini. Tentunya ini cerminan dari pemimpin yang nalar kemanusiaannya sudah mati, sebenarnya jika boleh jujur, pemimpin seperti ini tak layak memimpin rakyat ini.

PPKM atau Pelan Pelan kita mati, atau bisa saja Pak Presiden Kapan Mundur? Karena negeri ini sebenarnya sudah lama bosan dengan Yang Mulia Presiden, yang kebijakannya selalu dan selalu membuat rakyat mengelus dada dan setiap saat menambah ekstra kesabaran. Yang Mulia Presiden seperti memang buta dan tuli atas kesusahan rakyat seperti mati nalar kemanusiaannya, seakan-akan peraturan adalah peraturan, dan harus dipatuhi, walau rakyat mati sekalipun.

Sekali lagi rakyat menjerit, negeri ini diperkosa oleh oligarki dan sampah mafia yang merusak sistem di negeri ini. Pemerintah ikut memainkan perannya menjadi fasilitator untuk bersahabat dengan para cukong untuk menghabisi rakyat melalui PPKM ini. Selalu saja rakyat kecil yang berdampak, ataukah jeritan rakyat seperti tangisan bayi yang kalian anggap tak berguna? Rezim ini harus bertanggung jawab atas jeritan demi jeritan rakyat dipinggir dan ditengah kota dibalik sistem yang salah ini.

Oleh : Januari Riki Efendi, S.Sos
Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Pemikiran Politik Islam UINSU dan Founder Ruang Literasi

- Advertisement -

Berita Terkini