Deklarasi Millenial Penggerak Literasi: Kolaborasi Kohati PB HMI dengan Kohati Cabang Mataram

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Mataram – Kohati PB HMI berkolaborasi dengan Kohati Cabang Mataram gelar Dialog Nasional yang bertemakan “Literasi dan Pembangunan Demokrasi Indonesia” secara offline di Taman Budaya Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin (28/3/2022).

Turut hadir pula Wakil Gubernur NTB yang diwakili oleh H. A. Aziz, S.H,. M.H sebagai Staf Ahli Gubernur NTB Bidang Pemerintahan Aparatur Politik Hukum dan Pelayanan Publik, H Bambang Kristiono SE selaku Wakil ketua komisi 1 DPR RI, Dirgeominfo RI, Usman Kansong.

Selain itu, Komisioner KPI Pusat Mbak Nuning Rodiyah, Tenaga Ahli Kominfo RI Kak Latifah M Anshori, Tenaga Ahli Kementrian Lingungan Hidup RI Abang Pramu Risanto, Dosen Sosiologi Unram Ir Hj Rosiyadi Sayuti, Ketua KPID NTB Kak Ajeng Mortimori, dan kepala Dinas Lingkungan Hidup NTB Ir. Madani.

Seperti yang kita ketahui bahwa generasi muda merupakan generasi yang sangat dekat dengan dunia digital karena menjadikan digital sebagai ruang pribadinya dalam mengakses, mendapatkan, membagikan semua bentuk informasi yang mereka temui di internet. Tanpa batas dan sangat bebas.

Faktanya adalah bahwa pertumbuhan dan perkembangan masyarakat kita ini juga bisa dipengaruhi baik dari segi mental tidak hanya secara fisik saja.

Dari segi mental bisa dilakukan melalui apa yang di dapat dan baca dari media massa.

Namun, fenomena yang saat ini terjadi di tengah-tengah masyarakat kita, mental masyarakat lebih banyak informasi dari media massa bahkan sering disuguhi informasi yang belum jelas kebenarannya atau bisa kita katakana sebagai “racun informasi”.

Hal ini bisa dilihat dari beberapa pemberitaan terutama di media sosial yang sering muncul menampilkan perilaku kekerasan, pencurian, kasus korupsi, pornografi, provokasi, pelecehan, gaya hidup bahkan berita yang poluler dikatakan sebagai berita palsu atau hoax, yang jelas-jelas tidak bernilai.

Tidak saja di media sosial, tayangan media massa yang menarik bagi masyarakat pun kurang karena dianggap tidak mencerminkan budaya mereka.

Indonesia sebagai negara urutan ke-4 pengguna Internet dunia. Sayangnya dengan penggunaan internet yang begitu besar tidak berbanding lurus dengan kemampuan literasi yang baik.

Deklarasi Millenial Penggerak Literasi
Ketua Umum Kohati PB HMI Umiroh Fauziah (Foto: dok istimewa)

“Hasilnya kita melihat bagaimana Microsoft dalam rilis laporan tahunannya “Civility, Safety, and Interactions Online 2020″ yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kesopanan digital dari pengguna internet dunia saat berkomunikasi di dunia maya,” kata Ketua Umum Kohati PB HMI Umiroh Fauziah.

Dalam laporan itu, ungkapnya, ternyata menempatkan Netizen Indonesia adalah yang paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Apa yang terjadi selanjutnya Netizen akun Microsoft banjir komentar, bahkan mereka harus menonaktifkan kolom komentar pada akunnya.

“Literasi media di era digital merupakan seperangkat kemampuan yang harus dimiliki seseorang dalam menyaring informasi sekaligus menggunakan perangkat digital seperti internet yang melibatkan kemampuan teknis dan kecerdasan kognitif,” katanya.

Dijelaskannya, dalam konteks ini adalah isi media sosial yang bernilai pendidikan dan kemanusiaan yang diangkat dari budaya sendiri yang penuh nilai-nilai kearifan.

Umiroh mengutip dari apa yang disampaikan oleh M Henningsen bahwa “demokrasi itu membutuhkan civil society yang baik karena tanpa itu demokrasi tidak akan berhasil bahkan cenderung menjadi penyebab hilangnya momen yang baik”.

“Bahwa untuk menginplementasikan sebuah system yang kita sebut demokrasi ini maka kita memerlukan standar pendidikan yang dan kesejahteraan pada level tertentu terlebih dahulu,” lanjutnya.

Sebab, menurutnya, masyarakat sebagai warga negara mandiri dapat dengan bebas dan egaliter bertindak aktif dalam wacana dan praksis mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah kemasyarakatan pada umumnya. Sementara tanpa kesiapan rakyat demokrasi tidak lain hanya akan dipahami sebatas ruang kebebasan untuk berdebat, melakukan kritik ataupun unjuk rasa.

Deklarasi Millenial Penggerak Literasi;
Deklarasi Millenial Penggerak Literasi

Kemudian Indonesia mengangkat tiga isu yang menjadi prioritas dalam mengenai lingkungan hidup dalam presidensi G-20, fokus tersebut mengarah pada pemulihan dan pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan, perubahan iklim di Indonesia merupakan permasalahan yang penting, karena banyaknya populasi yang hidup di tepi pantai yang dapat terkena dampak kenaikan permukaan laut dan karena kehidupan banyak penduduknya bergantung pada pertanian, marikultur dan perikanan, yang semuanya dapat terkena dampak dari perubahan suhu, curah hujan dan perubahan klimatik lainnya.

“Emisi gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan Indonesia merupakan bagian yang signifikan dari total dunia. Indonesia telah disebut sebagai “penghasil gas rumah kaca yang paling diabaikan” yang “dapat menjadi negara yang menghancurkan iklim dunia.” Indonesia adalah “salah satu dari penghasil gas rumah kaca terbesar,” tambahnya.

Lebih jauh Umiroh menjelaskan prediksi mengenai dampak perubahan iklim di antaranya, di Asia Tenggara pada tahun 2050 akan mengalami krisi air bersih. Di Eropa, akan terjadi gelombang panas dan penyebaran penyakit yang sangat cepat. Selain itu, akibat suhu yang tinggi akan terjadi kekeringan dan gagal panen.

Di Indonesia sendiri, bebernya, diprediksi sebesar 45% lahan pertanian akan mengalami kerusakan dan sebanyak 2000 pulau akan ikut terendam akibat air laut yang naik. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia sangat serius berkontribusi aktif untuk turut serta dalam penanganan perubahan iklim.

“Perempuan memiliki peranan penting dalam pengelola dan pembangunan lingkungan untuk mencitakan kualitas pada lingkungan hidup. Keikutsertaan perempuan juga sangat penting dalam pengambilan kebijakan terkait persoalan lingkungan hidup,” tuturnya.

Menurutnya, perempuan termasuk dalam bagian masyarakat yang harus ikut serta dalam pengawasan lingkungan hidup, terlebih pada pencemaran lingkungan hidup dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Perempuan diharapkan proaktif jika terrjadi ketidakadilan dalam bentuk pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang dampaknya menurunkan kualitas lingkungan hidup. Beberapa penelitian tentang lingkungan (environmental sustainable) perempuan dapat berperan sebagai agent of change yang dapat merespons perubahan lingkungan dengan lebih baik daripada laki-laki karena sifat memelihara yang dimiliki oleh perempuan.

Umiroh menjelaskan bentuk komitmen perempuan adalah aktivitas kepedulian dalam menyelamatkan dan melestarikan fungsi dari lingkungan hidup, dengan mencegah pencemaran dan perusakan yang diakibatkan oleh kegiatan eksplorasi dan ekspoitasi sumber daya alam, yang dimana kegiatan tersebut secara langsung dapat menurunkan kulitas lingkungan hidup beberapa hal atau upaya yang dapat dilakukan seperti upaya mitigasi terhadap pemanasan global dengan penurunan emisi gas rumah kaca dan peningkatan kaasitas penyerapan karbon, melalui Gerakan penanaman pohon Kembali, penyelamatan ozon melalui penggunaan kosmetik yang alami.

Deklarasi Millenial Penggerak Literasi
Ketua Umum Kohati PB HMI Deklarasi Millenial Penggerak Literasi saat Deklarasi Millenial Penggerak Literasi

Oleh sebab itu, lanjutnya, keberadaan Korps HMI-Wati (KOHATI) dalam tubuh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai organisasi Mahasiswi yang sejak dulu sudah berkomitmen untuk mencetak generasi-generasi berkualitas, akan terus melakukan agenda- agenda berkelanjutan. Kohati tentunya memiliki suatu mimpi dan cita-cita yang sama untuk berperan dalam rangka mewarnai arus perubahan yang terjadi saat ini.

“Mudah-mudahan ini adalah awal yang baik untuk program kolaborasi kedepanya. Kami tentu siap terlibat dalam kedua agenda besar tersebut,” harap Umiroh.

“Allhamdulillah pada hari ini Kohati HMI Cabang Mataram bersama dengan Kohati PB HMI menggagas sebuah kegiatan yaitu festival Mahasiswi Nasional dengan ragam kegiatan yang sangat bermanafaat bagi generasi muda dan juga masyarakat sekitar. Dan alhamdulillah kegiatan kita mendapat respon yang sangat baik dari KPI Pusat dan daerah, Kominfo RI, Kementerian Lingkungan Hidup RI dan daerah serta wakil rakyat kita jajaran legislatif maupun eksekutif,” sambungnya.

“Kegiatan ini berlangsung sejak tanggal 27-30 Maret 2022. Ada banyak kegiatan yaitu Lomba Karya Tulis Ilmiah, Seminar nasional, studi tour, dan juga seminar scholarship. Dalam kegiatan seminar nasional ini kami mengambil 2 tema besar seminar yakni terkait literasi media dan lingkungan hidup,” tutupnya.

(May)

- Advertisement -

Berita Terkini