DPP GMNI, Kecam Tindakan Teror dan Arogansi Amerika Serikat

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Jakarta – Serangan pesawat nirawak milik Amerika Serikat ke salah seorang petinggi Iran di wilayah Irak pada Jumat (03/01/2020) lalu seharusnya membuat kita merefleksikan relevansi konsepsi To Build The World A New yang pernah ditawarkan Bung Karno di depan sidang umum PBB pada tahun 1960.

Ketua Umum DPP Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Imanuel Cahyadi didampingi Sekretaris Jendral Sujahri Somar. mengungkapkan, saat ini dunia sedang membutuhkan suatu tatanan baru. Kasus Iran membuktikan bahwa tatanan lama yang didominasi hegemoni Amerika Serikat sudah usang. Pertama, karena kekuasaan lebih banyak diselewengkan oleh Amerika Serikat sendiri. Amerika Serikat justru melakukan ‘teror’ kepada negara-negara lain. Kedua, karena kapitalisme sejatinya diskriminatif bagi negara-negara berkembang. Selama ini Amerika Serikat dengan seenaknya memberikan embargo kepada negara-negara yang dianggap mengancam. Ketiga, demokrasi liberal jelas-jelas telah disusupi fasisme, yang membuat dunia dipenuhi konflik setidaknya dua dekade belakangan. Donald Trump hanya satu dari sekian contoh.

Lanjutnya, Kongres Amerika Serikat memang memiliki kewenangan untuk mendeklarasikan perang dengan negara lain. Akan tetapi, Presiden Amerika Serikat tidak diwajibkan untuk berkonsultasi dengan Kongres ketika akan menyerang atau menginvasi negara lain. Apalagi jika si Presiden berdalih soal keamanan nasional, pertahanan negara atau kondisi darurat lain. Celah ini yang beberapa kali dimanfaatkan Presiden Amerika Serikat sebelum-sebelumnya ketika menginvasi Vietnam pada 1960-an, Afganistan dan Irak pada awal 2000-an. Celah ini juga yang dimanfaatkan Donald Trump untuk memerintahkan serangan kemarin.

Imanuel Cahyadi menjelaskan, sejarah mencatat hanya negara fasis yang tidak ragu menyerang negara lain bahkan sampai menginvasinya dengan dalih preemptive strike, menyerang lebih dulu untuk melindungi diri atau bertahan. Seperti ketika Kekaisaran Jepang menyerang Amerika Serikat di Pearl Harbor.

Dia menambahkan, sejarah juga mencatat hanya pemimpin fasis yang bersikap rasis dan diskriminarif atas bangsa, agama atau etnis tertentu untuk kepentingan elektoralnya. Seperti ketika NAZI dan Hitler berkuasa. Maka kemungkinan besar serangan tersebut lebih ditujukan untuk menarik simpati pemilih dalam Pemilu Amerika Serikat tahun ini. Sebagaimana pernah dikatakan Bung Karno, bahwa fasisme adalah tahap kemunduran dari kapitalisme.

“Pemerintah Amerika Serikat atas serangan tersebut oleh karena dalam dua dekade terakhir, makin terbukti hegemoni Amerika Serikat merupakan ancaman bagi perdamaian dunia,” kecam DPP GMNI.

Terkait poin pertama, DPP GMNI mengusulkan kembali konsepsi To Build the World A new. Komunisme sudah selesai saat Uni Soviet bubar. Kapitalisme Amerika Serikat lebih banyak buruk daripada baiknya karena menyisakan konflik dan ketimpangan dimana-mana. DPP GMNI menegaskan Pancasila adalah solusinya.

“Donald Trump sebagai seorang fasis. Sejarah mencatat pemimpin fasis berikut ajaran fasisme selalu menindas kemanusiaan dan telah memicu perang besar tujuh dekade lalu. Terlebih fasisme sangat bertentangan dengan nasionalisme Indonesia,” tegas Ketum DPP GMNI itu.

Imanuel meminta pemerintah agar berperan aktif melalui jalur diplomasi untuk mencegah perang terbuka antara Amerika Serikat dan Iran. Sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 Alenia Keempat.

DPP GMNI juga mengusulkan Pemerintah agar segera mengubah nilai acuan harga minyak mentah yang menjadi salah satu indikator makro ekonomi dalam APBN 2020, dari yang awalnya sekitar USD 60 per Barel menjadi USD 80-90 per Barel. Sebagai gambaran, ketika Iran mengancam blokade Teluk Hormuz pada 2012, harga minyak mentah melonjak di atas USD 100 per Barel. Salah satu dampak saat itu, demonstrasi mahasiswa menolak kenaikan harga BBM.

“Aparat penegak hukum untuk mewaspadai potensi serangan balasan oleh Iran dan simpatisannya di beberapa objek dan tempat yang kental nuansa Amerika-nya di Indonesia,” himbau Imanuel.

“Seluruh rakyat Indonesia untuk bergotong royong membangun demokrasi pancasila sesuai dengan ajaran Bung Karno. Tidak lagi berkiblat apalagi sampai mengagung-agungkan demokrasi liberal ala Amerika Serikat yang terbukti disokong kapitalisme dan disusupi fasisme,” ajak Ketua DPP GMNI ini. Berita Jakarta, red

- Advertisement -

Berita Terkini