Menteri LHK Ajak Negara Anggota G20 Lakukan Aksi Kolektif & Kemitraan

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Italia – Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan, Siti Nurbaya mengajak semua negara anggota G20 untuk melakukan aksi kolektif dan global kemitraan bersama-sama jika ingin mengatasi tantangan lingkungan global, karena aksi-aksi nasional saja tidak cukup.

“Kita harus memperkuat kerjasama kolektif dan memimpin dunia menuju pemulihan lingkungan yang berkelanjutan,” ujar Siti pada G20 Enviroment Ministers’ Meeting yang dilangsungkan secara virtual dari Naples Italia, Kamis malam (22/7).

Ia juga menyampaikan bahwa Indonesia tidak hanya mengajak, namun juga telah mengimplementasikan ambisi yang sangat kuat dalam upaya mencapai SDG melalui aksi-aksi kongkrit yang sudah memperlihatkan hasil dalam perlindungan sumber daya alam nasional.

Data menunjukkan laju deforestasi Indonesia pernah mencapai 3,5 juta hektar per tahun antara tahun 1996 dan 2000, lalu turun menjadi 0,44 juta pada 2019 dan semakin berkurang menjadi 0,115 juta hektar pada tahun 2020. Indonesia telah mencapai rekor terendah laju deforestasi.

“Aksi-aksi konkrit lain diantaranya program memperbaiki lahan terdegradasi dengan mempercepat upaya rehabilitasi. Target pada tahun 2030 dapat tercapai net zero land degradation,” ungkapnya.

Untuk memulihkan lingkungan dan ekosistem, Indonesia telah merehabilitasi lahan kritis secara signifikan, antara lain selama 5 tahun terakhir, seluas 1,42 juta hektar telah dipulihkan dan tambahan target 600 ribu hektar mangrove hingga tahun 2024.

Indonesia juga tengah mengatur ekosistem karbon biru melalui peningkatan pengelolaan Indonesian Seas Large Marine Ecosystem (ISLME).

Menteri Siti menjelaskan,dalam upaya mewujudkan kota berkelanjutan, Indonesia efektif melaksanakan Roadmap Nasional Ekonomi Sirkular 2020-2024, dan meluncurkan Kebijakan dan Strategi Nasional untuk Pengelolaan Sampah di seluruh Indonesia periode 2017-2025.

Target 100% sampah kita bisa dikelola dengan baik pada tahun 2025, yaitu 30% dikurangi dan 70% dikelola secara sistematis. Di sisi pembiayaan, Indonesia telah mengembangkan Roadmap Keuangan Berkelanjutan 2025.

“Ini adalah beberapa contoh tindakan yang telah Indonesia lakukan. Sekarang saatnya bagi semua untuk walk the talk. Lebih banyak yang bisa dilakukan oleh dunia berkembang jika dunia internasional juga memenuhi komitmennya, termasuk dalam hal membuka sumber keuangan dan transfer teknologi,” pungkasnya. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini