Muharam: Momentum untuk Ishlah

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Muharam bukan hanya penyebutan nama bulan di tahun hijriah. Muharam bukan hanya disebut karena urutan pertama dari bulan hijriah. Muharam memiliki jejak historis dalam perhitungan waktu. Tentu, Muharam dikaitkan dengan jejak penentuan kalender hijriah dalam kebijakan Umar bin Khattab.

Muharam menyimpan makna terdalam dalam rangkaian kehidupan muslim. Muharam telah terkenang dalam benaknya sebagai titik awal pergantian tahun hijriah. Titik awal menjadi tenaga yang kuat untuk memulai aktivitas di tahun tersebut. Sampai Dzulhijah, manusia beraktivitas dalam relung kehidupannya. Waktu demi waktu, aktivitas mengisi ruang hidupnya. Ada yang baik, juga terkadang pernah melakukan kesalahan. Baik dan buruk dalam perilaku mewarnai kehidupannya.

*Melihat Makna Muharam*
Muharam adalah nama bulan yang berasal dari bahasa Arab. Katanya dibentuk dari huruf _ha_, _ra_, dan _mim_, menjadi _harama_ atau _haruma_ yang berarti mulia. Kemudian dibentuk menjadi kata Muharram, dalam wazan _mufa’al_, diartikan dimuliakan. Secara sederhana, Muharram diartikan sebagai bulan yang dimuliakan. Orang yang melakukan sesuatu di bulan yang mulia, tentu ia akan dimuliakan.

Bulan Muharam termasuk salah satu bulan dari _arba’ah hurum_, empat bulan yang dimuliakan yang diabadikan dalam Al-Qur’an, selain Dzulhijah, Dzulqa’dah, dan Rajab. Pada keempat bulan ini, Allah Swt melarang untuk melakukan peperangan.

Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan,(sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa. (QS at-Taubah:36)

Dalam Tafsir Kemenag (2019), disebutkan:
“Keempat bulan itu harus dihormati dan pada waktu itu tidak boleh melakukan peperangan. Ketetapan ini berlaku pula dalam syariat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sampai kepada syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Salah satu hikmah diberlakukannya bulan-bulan haram ini, terutama bulan Zulkaidah, Zulhijah, dan Muharam adalah agar pelaksanaan haji di Mekah bisa berlangsung dengan damai. Rentang waktu antara Zulkaidah dan Muharam sudah cukup untuk mengamankan pelaksanaan ibadah haji. Kalau ada yang melanggar ketentuan ini, maka pelanggaran itu bukanlah karena ketetapan itu sudah berubah, tetapi semata-mata karena menuruti kemauan hawa nafsu sebagaimana yang telah dilakukan oleh kaum musyrikin. Biasanya orang-orang Arab amat patuh kepada ketetapan ini sehingga apabila seseorang terbunuh, baik saudara atau bapaknya bertemu dengan pembunuhnya pada salah satu bulan haram ini, maka dia tidak berani menuntut balas, karena menghormati bulan haram itu. Padahal orang Arab sangat terkenal semangatnya untuk menuntut bela dan membalas dendam. Itulah ketetapan yang harus dipenuhi, karena pelanggaran terhadap ketentuan ini sama saja dengan menganiaya diri sendiri.”

Penjelasan di atas menyuguhkan pesan bahwa bulan Muharam adalah bulan yang diharamkan untuk berperang di dalamnya. Peperangan berkaitan dengan penganiayaan. Sehingga, Muharam hendaknya diisi dengan kegiatan yang penuh kebaikan, bukan penganiayaan diri sendiri atau orang lain. Ada semangat kebaikan dalam makna Muharam untuk manusia yang mampu meraih keistimewaan.

Perbaikan Diri _(al-Ishlah)_ di Awal Tahun
Perbaikan diri menjadi ciri khas manusia yang terus ingin belajar memaknai kehidupan. Kehidupan yang bermakna bukan berarti tidak punya salah. Kebermaknaan hidup dikuatkan dengan kesadaran akan kesalahan dan segera melakukan perbaikan.
Introspeksi menjadi wasilah dalam melihat apa yang telah dilakukan untuk diproyeksikan untuk kehidupan pada masa yang akan datang. “Hendaklah setiap diri untuk melihat apa yang telah dilakukan untuk kehidupan esok (akhirat), seperti isyarat pada QS al-Hasyr:18.

Awal tahun semangat baru. Biasanya, _starting_ yang kuat akan menghasilkan perjalanan proses yang kuat pula. Perbaikan diri, pengembangan diri, dan upaya pencapaian kebaikan hidup seyogyanya diawali dengan kuat pada awal tahun. Semangat untuk memperbaiki diri di awal tahun akan mengarahkan pada pencapaian diri dan tahapan kehidupan yang direncanakan.

_Al-Ishlah_ dimaknai bukan hanya bagaimana melakukan rekonsiliasi pada orang lain. _Al-Ishlah_ adalah proses diri untuk senantiasa melakukan perbaikan pada sikap dan perilaku. Manusia yang seperti ini, tidak serta melihat kesalahan orang lain. Yang didahulukan olehnya adalah kesalahan diri sendiri, bukan sebaliknya.

Sikap dan perilaku _ishlah_ akan menuai karakter positif dalam kehidupan manusia. Karakter yang tertanam baik berawal dari kesadaran diri akan sikap dan perilaku yang diperbuat. Muharam memantik kesadaran manusia untuk bersikap dan berperilaku baik dengan melihat ke belakang untuk kehidupan hari esok yang lebih baik.

Wallahu A’lam

Oleh: Rudi Ahmad Suryadi

- Advertisement -

Berita Terkini