Memasuki Bulan Agustus, Beberapa Kebutuhan Pangan di Sumut Berangsur Turun

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Harga beberapa kebutuhan pokok di wilayah Sumatera Utara (Sumut) dalam sepekan terakhir sudah mulai menunjukan adanya penurunan.

“Cabai merah yangs empat menyentuh 120 ribu hingga 140 ribu per Kg di awal juli 2022, saat ini mulai merata di kisaran harga 80 ribuan per Kg di wilayah Sumut. Meskipun pada dasarnya harga cabai merah sendiri masih terbilang mahal,” jelas Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, Sabtu (30/7/2022).

Sementara itu, lanjut Benjamin, harga cabai rawit yang juga sempat menyentuh 100 ribu per Kg, saat ini ditransaksikan dikisaran level 40 hingga 50 ribu di Sumut.

“Ini tentunya jadi kabar baik, dan di bulan agustus ini kita harapkan sejumlah harga kebutuhan pangan yang jauh diatas dari harga keekonomianya bisa turun. Selain cabai, bawang merah belakangan ini harganya juga tengah mengalami penurunan,” jelas Benjamin.

Dari yang sebeumnya, kata Benjamin, sempat mencapai 60 ribu per Kg, bawang merah saat ini ditransaksikan dikisaran 40 hingga 50 ribu per Kg. Jadi tiga komoditas tersebut nantinya akan menyumbang deflasi pada bulan Agustus.

“Setelah sekitar 3 bulan terakhir, 3 komoditas tersebut memberikan tekanan pada laju inflasi di wilayah Sumatera Utara,” ungkapnya.

Akan tetapi, ujar Benjamin, masyarakat kita harapkan arif dalam melihat potensi perubahan harga cabai dan bawang merah tersebut. Kalau di tahun sebelumnya, atau di beberapa bulan sebelumnya, harga cabai sempat menyentuh 10 hingga 15 ribu per Kg.

“Maka kedepan, disaat harga 25 hingga 30 ribu, maka harga tersebut pada dasarnya sudah sesuai dengan harga keekonomian cabai saat ini,” jelas Benjamin.

Jadi, tutur Benjamin, konsumen jangan pernah berharap lagi harga cabai bisa turun lebih dalam dari kisaran angka 25 hingga 30 ribu. Karena dalam rentang harga tersebut, petani cabai tidak menikmati banyak keuntungan.

“Bila harga cabai turun di bawah 25 ribu, maka petani cabai akan mengalami kerugian. Hal ini dikarenakan harga pupuk dan pestisida yang naik tajam di awal tahun 2022 ini. Sehingga biaya produksi petani megalami peningkatan tajam,” kata Benjamin.

Sayangnya, tambah Benjamin, harga cabai ini sepenuhnya terbentuk mengacu mekanisme pasar. Sehingga fluktuasinya masih memungkinkan untuk bergerak di bawah harga keekonomian atau justru naik di atas harga keekonomian seperti yang terjadi saat ini.

“Sementara itu, untuk komoditas lainnya seperti daging ayam dan telur ayam pada dasarnya harga saat ini sudah sesuai dengan harga keekonomiannya. Artinya walaupun kita menilainya lebih mahal dibandingkan tahun sebelumnya. Tetapi itu adalah harga yang pantas yang diterima masyarakat. Nah hanya minyak goreng curah yang terpantau harganya dibawah harga keekonomiannya, terkecuali kota gunung sitoli nias,” jelas Benjamin.

Dijelaskan Benjamin, di Sumut untuk minyak goreng curah dijual dalam rentang 11.500 hingga 15 ribu per Kg. Padahal harga keekonomiannya jika mengacu pada harga CPO dunia yang dikisaran 3900 ringgit per ton saat ini, maka harga minyak goreng itu idealnya dikisaran 17 ribu per Kg.

“Selain minyak goreng ada beras yang menurut hitungan saya harganya juga masih dibawah harga keekonomiannya,” pungkas Benjamin. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini