Kebutuhan Bawang di Sumut, Tidak Mampu Dipenuhi dengan Baik

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Perlahan tapi pasti, terjadi tren penurunan harga bawang merah di tingkat pedagang pengecer pada hari ini. Penurunan harga bawang merah sudah terbaca di awal bulan Juni kemarin.

“Di awal Juni dan Juli, saya sudah menyampaikan kalau petani sebaiknya waspada terkait dengan potensi penurunan harga bawang merah tersebut. Karena dari pantauan kami di lapangan, terdapat tren perubahan tanaman dari tanaman cabai ke tanaman bawang merah di sejumlah petani di wilayah kabupaten karo,” jelas Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin di Medan, Rabu (22/7/2020).

“Perubahan tanam tersebut terjadi karena kebutuhan bawang di Sumut tidak mampu dipenuhi dengan baik seiring pemberlakuan PSBB sebelumnya. Dan harga bawang merah sempat mencapai 55 ribu per Kg di bulan Juni. Turun menjadi sekitar 33 ribuan di awal Juli, dan saat ini dijual di kisaran harga 24 ribu per Kg nya,” imbuhnya.

Ditambah lagi, stok bawang merah dari wilayah Jawa, Sumbar maupun Aceh juga membanjiri stok bawang di Sumut. Dan saya berharap pemerintah bisa ikut serta dalam menjaga stok bawang merah di pasar nantinya. Karena petani perlu dijaga daya belinya saat ini. Dan kita harapkan petani bisa mengkalkulasikan ulang tanamannya, jangan sampai stok yang bawang merah melimpah justru memperburuk daya beli petani nantinya.

“Disisi lain, harga cabai belakangan mulai mengalami kenaikan. Harga cabai merah saat ini dijual di kisaran 25 ribu per Kg, sementara cabai rawit dijual di kisaran 30 hingga 35 ribu per Kg nya. Kali ini, harga cabai yang sempat murah membuat petani enggan untuk merawat tanamannya. Harga yang kurang menguntungkan karena sempat bertahan murah di level 10 hingga 16 ribu membuat banyak petani di rugikan,” imbuhnya.

“Dampaknya stok cabai berkurang di pasar, dan harga cabai mulai melambung. Sejauh ini harga komoditas cabai masih bergerak dalam rentang yang ideal. Tetapi kita harus mewaspadai aktifitas masyarakat yang belakangan kembali menggeliat di pasar. Acara hajatan juga sudah mulai dilakukan oleh masyarakat kita meskipun dalam jumlah undangan yang terbatas,” ujarnya.

Di bulan ini, ungkap Gunawan, cabai akan dominan dalam pembentukan inflasi, meskipun bawang merah dan daging ayam mengalami penurunan. Jangan sampai kita nanti justru merealisasikan inflasi tinggi, di tengah laju pertumbuhan ekonomi yang melambat bahkan minus nantinya.

“Pemerintah daerah harus hati-hati berhadapan dengan situasi ini. Sinyalemen naik atau turunnya suatu komoditas pangan itu bisa terbaca jauh hari sebelum kejadian. Tetapi jika pemerintah daerah tidak mengambil sikap, dan lalai, di tengah situasi sekarang kita bisa saja terjebak dengan inflasi tinggi, daya beli rendah, pertumbuhan negatif, yang menggambarkan buruknya pengelolaan ekonomi di wilayah Sumut nantinya,” tandasnya. Berita Medan, Fahmi

- Advertisement -

Berita Terkini