Panduan Hidup Pemuda Muslim

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Ketika umat Islam (pada tulisan ini saya khususkan kepada pemuda-pemuda Muslim, baik laki-laki maupun perempuan) ditanya apakah panduan hidupnya, apakah pegangan dalam hidupnya dan atau apakah pedoman hidupnya? Tidak sedikit yang menjawab bahwa pedoman, pegangan atau panduan hidupnya adalah Al-Qur’an dan Hadist.

Kembali kita bertanya kepada pemuda-pemuda kita, seberapa seringkah ia membaca Al-Qur’an dan Hadist? Berapa banyak ia membaca terjemahan Al-Qur’an dan Hadist Rasulullah Saw. kemudian memaknainya? Dan pertanyaan terakhir, seberapa banyakkah ia atau kita yang mengamalkan ajaran Allah Swt. dan Sunnah Rasulullah Saw?

Astagfirullah, kata-kata pengakuan bahwa ia memegang teguh, mempedomani dan menjadikan Al-Qur’an dan Hadist sebagai panduan hidup hanyalah sloganistik dan jargonistik belaka. Ternyata pemuda-pemuda kita masih sibuk dengan urusan dunia yang hedonistik. Setiap pagi kita membuka hari dengan intensnya memegang smartphone yang hanya untuk membaca pesan atau chattingan. Aplikasi yang ada di dalam smartphone hanya sebagai formalitas saja. Manakah yang lebih sering kita buka, aplikasi Al-Qur’an kemudian kita baca atau membuka aplikasi BBM, Line, WhatsApp (WA), Instagram atau media sosial online lainnya?

Lagi-lagi sering kita katakan bahwa Al-Qur’an dan Hadist adalah panduan, pedoman, dan pegangan hidup kita yang apabila kita memegang teguh pada keduanya maka akan selamat di dunia dan akhirat. Tapi, mengapa membacanya saja kita tidak sempat, apalagi merenungkan dan mengamalkannya? Jika demikian, bagaimana mungkin keduanya menjadi panduan hidup?

Tahukah kita, Allah Swt. dan Rasulullah Saw. begitu sayang kepada kita. Allah dan Rasul-Nya tidak ingin kita hidup dalam kesesatan. Allah ingin hambanya meniti jalan yang lurus, bukan jalan syetan yang hanya fokus pada kesenangan (hedonis) belaka. Muhammad Saw. sangat sayang kepada kita, sebagai umatnya, ia tinggalkan untuk kita keduanya. Tatkala dia hendak berpulang menghadap Rabb-Nya, terdengar kata “Umatku” darinya sampai tiga kali ia ucapkan.

Sibuk dengan Urusan Dunia

Ajaran Islam tidak melarang kita untuk berurusan dengan aktivitas dunia. Bahkan Islam mengakui bahwa adalah langkah awal untuk menuju akhirat. Apabila kita baik di dunia, insya Allah baik pula di akhirat. Dunia ini hanya sementara, berbeda sekali dengan pandangan orang-orang komunis, jadi dunia jangan dijadikan sebagai tujuan akhir. Ada kehidupan yang lebih kekal-abadi untuk tempat kita nantinya, yaitu di akhirat yang berhubungan dengan surga dan neraka.

Saat ini, mayoritas pemuda-pemuda Muslim sibuk dengan urusan dunia dan tidak mempersiapkan modal untuk akhirat. Dalam pandangannya, seolah-olah dunia inilah kehidupan akhir, seperti pandangan pemuda komunis atau pemuda-pemuda ateis. Hari ini, pemuda-pemuda kita mayorita sibuk mencari kesenangan belaka di dunia dan menaklukkan materi, sehingga ia lupa akan dirinya dan hari esok.

Pemuda-pemuda kita saat ini terpengaruh dan terlena oleh kecanggihan teknologi komunikasi, sehingga mengakibatkan ia lupa belajar dan meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan. Konsumerisme pemuda-pemuda kita akan teknologi informasi komunikasi melonjak tinggi, sehingga kurang dapat membatasi diri yang mengakibatkan lupa untuk memperdalam ilmu pengetahuan.

Di awal hari dan di penghujung hari, pemuda-pemuda kita lebih rajin membaca dan chattingan daripada membaca Al-Qur’an, Hadist dan buku. Pemuda kita lebih rajin memenuhi kebutuhan jasmaninya daripada kebutuhan rohaninya. Maka tidak jarang kita temukan, bahwa banyaknya pemuda kita yang defresi dan galau sehingga mengakibatkan melakukan perbuatan yang merugikannya.

Al-Qur’an dan Hadist, yang diakuinya sebagai pegangan hidupnya telah ia lepaskan, yang mengakibatkan pemuda kita mudah terpengaruh oleh budaya-budaya hedonisme, konsumerisme, westernisme, popularisme dan sebangsa lainnya. Dengan budaya-budaya tersebut membuat ia terjerumus ke jalan yang penuh duri dan tanpa cahaya.

Sebagai umat Islam, kita sangat dianjurkan oleh Rasulullah Saw. supaya menegakkan shalat malam atau berzikir kepada Allah di malam hari. Akan tetapi, kita masih larut dalam dunia chattingan (media sosial online) hingga menjelang shalat shubuh. Begadang di depan layar membuat ia meninggalkan shalat. Di pagi hari, adakah kita ingat dan bertanya, “Apakah aku shalat shubuh atau tidak?” Tapi apakah yang diingatnya, “Tadi malam gimana ya chattinganku, kenapa dia bisa bilang gitu ya sama aku. Aku punya salah apa sama dia?” Astagfirullah, bukan cepat-cepat bangun lalu berwudhu kemudian shalat.

Pemuda-pemuda kita pun merasakan kegalauan yang sangat apabila paket data Smartphone-nya sudah habis. Akan tetapi, dia tidak galau dan resah kalau paket shalatnya (lima waktu sehari-semalam) lepas begitu saja. Mayoritas pemuda kita lebih mengutamakan membeli paket data Smartphone daripada membeli buku atau yang betul-betul memang menjadi kebutuhannya.

Begitulah budaya pemuda kita saat ini, bukan dalam hal yang kita sebutkan di atas saja, masih banyak perilaku menyimpang lainnya yang mengakibatkan pemuda kita terbawa arus oleh urusan dunia sehingga generasi kita lupa akan peran dan fungsinya untuk masa mendatang. Supaya kita selamat, Al-Qur’an dan Hadist harus menancap di dalam hati kita. Al-Qur’an dan Hadist harus betul-betul menjadi panduan hidup, kita harus membacanya, harus mendalaminya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Opini Sumut, Ibnu Arsib

Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Hukum UISU Medan dan Kader HMI Cabang Medan.

- Advertisement -

Berita Terkini