Tipuan Derajat Manusia

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Derajat dzahiriah menjadi rebutan dimana-mana, mulai dari kepala desa sampai posisi bupati dan walikota. Semua orang berlomba dalam keriuhan. Ada yang bergerak sebagai kandidat, adapula yang merepotkan dirinya sebagai tim kandidat.

Semua demi sesuatu bernama jabatan. Terkait visi, misi dan program, di awal menjadi narasi jualan. Untuk kemudian dikompromikan belakangan saat jelang pelaksanaan. Prestise atas nama harga diri lebih memiliki nilai taruhan dibandingkan dengan upaya peningkatan kesejahteraan.

Seluruh jabatan itu dikejar melalui keramaian kontestasi. Padahal Allah swt menyediakan banyak derajat ruhani, mulai dari Abdullah (hamba Allah) sampai Abdusy Syukur (Hamba Yang Maha Bersyukur). Wilayah kekuasaannya terbentang luas sejauh mata batin memandang tanpa batas.

Jika jabatan dzahiriah dikejar melalui keramaian, maka wilayah kekuasaan batiniah harus diraih dengan cara kontemplasi. Jika jabatan dzahiriah harus diupayakan melalui lobi-lobi, maka wilayah kekuasaan batiniah harus diperjuangkan dengan cara tak banyak bicara sana-sini.

Pikiran manusia dipacu untuk aktif mengatur strategi dan eksekusi rencana pemenangan jabatan dzahiriah. Tetapi untuk memperoleh kekuasaan batiniah, pikiran dituntut untuk diam tak berpikir tentang urusan material. Pikiran itu harus fokus menata pemerintahan ruhani.

Sebab rasa yang bersemayam dalam ruhani manusia selalu memberikan perintah kepada jasad. Jika rasa itu baik, maka bentuk-bentuk perintahnya akan baik dan melahirkan perbuatan yang maslahat bagi seluruh jasad, dalam hal ini jasad diri maupun orang lain.

Sebaliknya, jika rasa yang bersemayam dalam ruhani manusia itu buruk, maka bentuk perintahnya akan berupa keburukan dan melahirkan perbuatan buruk bagi jasad, dalam hal ini jasad diri maupun orang lain.

Oleh : Aba Farhan

- Advertisement -

Berita Terkini