Sosok Dibalik Jokowi yang Tenggelamkan Rizieq Shihab dan Anies Baswedan

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Presiden Jokowi memang unik. Paten. Cerdas. Dikelilingi oleh para pesetia, salah satunya AM Hendropriyono, dengan seluruh proxy dekat dan jauhnya, menghasilkan stretegi politik mumpuni. Menyelesasikan persoalan. Contohnya, dukungan kuat AM Hendropriyono secara tegas untuk menghabisi pembangkang politik lewat kedok agama Muhammad Rizieq Shihab (MRS).

Adalah AM Hendropriyono yang tegas berani tegas menyebutkan tentang posisi strategis WNI keturunan Arab. Mereka mendapat tempat khusus dalam hati jiwa relijius umat muslim lugu.

Sayangnya, di mata Hendropriyono posisi tersebut beberapa tahun belakangan disalahgunakan oleh warga keturunan Arab. Mereka membangun politik identitas, dengan agama sebagai kedok kepentingan politik, bahkan melakukan pembangkangan dan terorisme. Semua berawal dari provokasi antara lain dilakukan para keturunan Arab, seperti para pentolan FPI.

“Cobalah warga keturunan Arab mengendalikan diri jangan menjadi provokator,” kata AM Hendropriyono di Jakarta beberapa waktu lalu.

Hebatnya, peringatan AM Hendropriyono disampaikan saat FPI begitu kuat, tanpa tanding. Sikap tegas Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara dan Sekolah Tinggi Hukum Militer itu memberikan suntikan semangat. Bahwa masih ada negarawan, militer, jenderal purnawirawan yang tegak lurus. AM Hendropriyono menjadi sosok langka, di tengah oportunis seperti Jusuf Kalla, SBY, dan para pentolan KAMI, untuk menyebut segelintir.

Di tengah kebuntuan, keraguan, karena kekuatan MRS luar biasa, dengan didukung uang tanpa seri oleh Cendana, Cikeas dan Chaplin, sehingga pembangkangan FPI dan MRS dianggap sanggup menjatuhkan Jokowi, Hendropriyono tetap menyuarakan kegelisahan terkait radikalisme, intoleransi, dan terorisme.

Saking merasa besar, bualan FPI dan Munarman dengan 7 juta pendemo 411 dan 212 hendak dilakukan ulang pada 1812. Meski hasilnya, gagal total. Namun, perang kekuatan pro-kontra untuk membubarkan FPI menjadi titik konflik kepentingan di antara penguasa, utamanya politikus.

Namun, Jokowi bersikap tegas. Bubarkan FPI. Yang melindungi FPI dipecat. Posisi politis Mahfud MD menjadi satu kunci penting. Keputusan Jokowi tetap. Bubarkan FPI.

Beruntung Indonesia memiliki Nikia Mirzani yang mengurai kebuntuan politik. Hingga tukang obat Rizieq Shihab jatuh menjadi pesakitan, hingga semua doa buruk tersangka chat mesum itu mengenai dirinya sendiri. Hukum Allah keras terhadap munafikun MRS.

Banyak orang tak paham langkah Jokowi. Politik baginya adalah soal pengamatan. Bukan hanya tentang gebyar di lapangan. Bukan hanya tentang blusukan. Blusukan yang tidak real, seperti blusukan Anies dan Ridwan Kamil tidak akan menggetarkan jiwa rakyat.

Ada yang lebih penting: strategi memenangkan perang, bukan pertempuran. Nah, kisah penghancuran FPI yang dirancang dengan komprehensif oleh Kapolri, Panglima TNI, Menkopolhukam, dibangun dengan grand design. Di sinilah Jokowi bermain.

Strategi politik Jokowi selalu membutuhkan momentum. Tidak terburu-buru. Momentum penghancuran FPI justru diambil ketika FPI sudah nyata-nyata didukung oleh Cikeas, Cendana, dan Jusuf Kalla. Pernyataan Jusuf Kalla tentang kekosongan pemimpin, dan Jusuf Kalla akan mendatangkan Taliban ke Indonesia juga hasus disikapi.

Jokowi yang bukan militer, paham betul strategi perang yakni memahami center of gravity, yang pasti dipahami lulusan School of Advanced Military Study Fort Leavenworth. Maka Jokowi memutuskan untuk menghancurkan FPI dan MRS ketika FPI ada di titik kekuatan tertinggi, dengan para pendukung telanjang. Seluruh proxy pendukung MRS tampak di mata. Gampang menyikatnya.

Dengan demikian, penghancuran FPI menjadi paripurna. Target selanjutnya memenjarakan Anies Baswedan lewat KPK, tanpa memusingkan posisi Novel Baswedan. Kasus dugaan korupsi Pameran Buku Jerman ketika Anies Baswedan jadi Mendikbud akan dibuka.

AM Hendropriyono konsisten menghantam radikalisme, terorisme, intoleransi, meski di tengah kepungan kekuatan FPI dan kelompok oportunis yang menguasai seluruh kekuatan uang. Bukan hanya MRS, Munarman, dan FPI hancur berkeping. Akibat dibubarkannya FPI Anies Baswedan jadi kerdil, Jusuf Kalla ngumpet tidak mendukung MRS, KAMI diam.

Nah, di balik keputusan tegas Jokowi, ternyata ada dukungan politik, pernyataan, narasi, dan semangat harus dibangun. Dan, satu-satunya sosok tokoh yang memiliki kekuatan dan keberanian untuk mengritisi perilaku ugal-ugalan segelintir keturunan Arab hanyalah AM Hendropriyono. Pembuka jalan keberanian negara melawan musuh negara. Jokowi tentu bangga dengan tokoh hebat tersebut.

Oleh : Ninoy Karundeng

- Advertisement -

Berita Terkini