Surat Terbuka Untuk Pelapor Najwa Shihab

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM

Oleh: Abi Rekso Panggalih

Kepada saudari Silvia Devi Soembarto, dimana pun anda berada.

Saya menduga tempurung kepala anda tidak sebesar apa yang anda pamerkan dalam ruang publik. Bisa jadi beberapa hari ini anda merasa sebagai pahlawan buat banyak orang. Padahal sebenarnya anda sedang mengemis tepuk tangan kosong publik. Anda berdoa bukan kepada Tuhan, tetapi kepada kebodohan itu sendiri. Mengkultuskan diri sendiri, agar merasa layak disembah.

Saya mengikuti gelombang pembicaraan publik terkait bangku kosong Najwa Shihab. Saya sendiri menilai apa yang dilakukan Najwa Shihab tentu diluar kepantasan, dalam etika jurnalisme. Tetapi, anda juga harus sadar dan paham disitulah sisi banalisme sebuah profesi jurnalisme. Di sisi ada kebutuhan dalam ruang demokrasi, tetapi kadang jurnalisme mampu mengkorbankan pihak tertentu yang dilakukan oleh individu.

Namun begitu, yang perlu saudari mengerti bahwa seperti itulah pertarungan diskursus dalam medan jurnalisme. Saya belum ingin mengajarkan anda soal etimologi diskursus publik. Namun, lapangkan pikiran anda untuk bercermin dalam segala tindakan anda.

Yang saya mengerti dalam prinsip peradilan, itu ujungnya mencari kebenaran formil dan materiil. Apa itu kebenaran formil? Adalah sebuah pembuktian ‘kejahatan’ dengan bukti dan saksi yang jelas tanpa perlu merujuk pada keyakinan hakim. Artinya, jika melihat dari pelaporan saudari saya atau publik tidak melihat adanya bukti kuat dalam kasus “Bangku Kosong” Najwa Shihab.

Kemudian apa itu kebenaran materil? Kebenaran yang diungkap dengan proses hukum yang benar. Artinya, penyelengaraan peradilan yang seadil-adilnya hingga jatuhnya putusan peradilan yang berkonsekuensi hukum pada subjek hukum. Nah, apalagi dalam konteks ini bagaimana sebuah peradilan hukum mengadili diskursus publik, dimana tidak ada informasi bohong disana? Sangat mengada-ada.

Jikapun saudari atau teman anda berdalih bahwa pelaporan ini bersifat ajudikasi. Itu juga semakin keliru dan bodoh. Karena anda dan teman-teman anda yang melaporkan ini bukan atau tidak sama sekali mewakilkan Menteri Terawan sebagai pihak pelapor. Dan bagaimana mungkin sebuah acara TV dianggap persengketaan?

Jika bicara soal dukung mendukung Presiden Jokowi, saya juga mendukung sejak 2014. Bedanya, saya mendukung dengan pikiran dan anda mendukung dengan kearoganan. Saya mencermat kekuasaan, tapi anda menjilat kekuasaan. Saya melihat perbedaan sikap sebagai satu kebesaran, anda maknai itu dengan kebencian. Terlebih dari semua tindak-tanduk yang anda lakukan bukan membuat publik bersimpati, melainkan banyak yang antipati sekalipun mereka diam.

Yang lebih buruk adalah, karena orang seperti anda maka pendukung Jokowi akan ditakar sama persis dengan isi bejana akal saudari Silvia. Tentu saya dan pendukung Jokowi yang beralur pikir sama seperti saya, akan sangat keberatan jika harus disejajarkan dengan anda.

Secara jujur saya katakan, tindakan ini membangun pusat-pusat kebodohan baru dalam pergaulan pendukung Jokowi. Lebih-lebih secara norak anda bersolek di belakang embel-embel pendukung Jokowi.

Bersamaan dengan surat terbuka ini, saya juga memohon kepada para pendukung Jokowi agar tidak mudah terseret dalam gulungan ombak kebodohan ini.

Semoga saudari Silvia Devi Soembarto bukan saja melapangkan hati, namun juga kembali mendalamkan pikiran agar tidak mencoreng nama baik Presiden Jokowi dengan tindakan yang bodoh.

Salam Sehat!!

Abi Rekso (Penyuluh #RakyaAkalSehat)
Bandung, Rabu 7 Oktober 2020

- Advertisement -

Berita Terkini