Pejuang Islam Nusantara Sumut, Kopdar dan Rembuk Daerah

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Deli Serdang – Sahabat Pejuang Islam Nusantara (PIN) yang kami cintai, bersyukur kita kepada Allah SWT dan tak lupa sholawat dan salam kehadirat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah SAW.

“Alhamdulillah, acara Kopdar, Rembuk Daerah dan Diskusi keAswajaan PIN Sumut sukses, kami mengucapkan terimakasih atas kehadiran seluruh sahabat dimanapun dijagat Nusantara ini,” kata Agus Rizal selaku Pemegang Mandat PIN Sumut, di Sei Mencirim, Sunggal, Deli Serdang, Sabtu (25/1/2020).

Agus menceritakan, pertemuan sangat hangat penuh canda, akrab dan hormat. Seperti kekasih yang tak pernah bersua pujaan hatinya, bagaikan bunga di padang gurun nan gersang yang rindukan tetesan air, laksana purnama yang cerah tanpa awan dan mendung, karena memang selama ini hanya berkomunikasi di alam maya.

Dimulai dengan perkenalan, ternyata para sahabat PIN Sumut masing-masing punya background yang menarik dan bersahaja, bilang saja kiyai Muhtarom jebolan pesantren Langitan yang bercerita tentang kerinduannya berNU di Sumut.

Pencariannya terhantar karena plank muslimat/NU di bilangan Marelan, pencarian itu berakhir dengan bersatunya beliau dalam struktural PCNU Deliserdang dan akhirnya tertarik dengan PIN yang berani mensosialisasikan Islam Nusantara ditengah fitnah besar menerpa NU karena konsep dakwah Aswaja Islam Nusantara hasil muktamar di Jombang.

“Hal ini sesuai dengan fakta bahwa warga bahkan struktural NU di daerah Sumatera Utara sangat merahasiakan atau takut mensosialisasikan istilah Islam Nusantara, hal ini karena gerakan pembenci NU dari Wahabiyun, Ikhwanul muslimin dan salafiy ekstrim menguasai mimbar dakwah di masjid dan pengajian,” ungkap Agus.

Gelombang kebencian ini disuarakan untuk memastikan gerakan NU di Sumatera Utara, bahkan, seperti yang diutarakan ustaz Dhevan Efendi Rao penggerak PIN di Langkat sempat terjadi penyesatan terhadap NU.

“Islam Nusantara dianggap aliran dan agama baru, mereka yang anti NU menghembuskan fitnah bahwa NU membolehkan melaksanakan salat dengan bahasa Jawa atau bahasa Indonesia, bila mati dikafani kain batik dan nabinya adalah Said Agil Siradj,” imbuhnya.

Sungguh fitnah yang keterlaluan, namun kader NU yang paham tentang Islam Nusantara tetap Istiqomah mensosialisasikan dan mengklarifikasi tentang istilah Islam Nusantara.

“Islam Nusantara merupakan metode dakwah rahmatan Lil’Alamin, sopan santun, moderat dan mengayomi, sesuai dengan histori masuknya Islam ke bumi Nusantara melalui perdagangan, perkawinan, pendidikan, seni dan tasawuf seperti yang dilakukan oleh para ulama terdahulu,” jelas Agus.

Diwarisi wali songo menjadi peradaban yang menghargai tradisi dan kebudayaan lokal, contoh sunan Kalijaga yang menjadikan wayang sebagai media dakwah dimasyarakat Jawa dengan menjadi dalang menciptakan tokoh kalimasodo (kalimat sahadat) dalam lakonannya. Sunan Bonang dengan gamelannya.

Mencontoh dakwah para wali dan auliya Allah bukan berarti menafikan sistematika dakwah sesuai Al-Qur’an dan Sunnah, bahkan mereka mempraktekkannya sesuai tuntunan dan teladan QS An Nahal : 125; dengan hikmah, ma’uidzah Hasanah (pelajaran yang baik) dan diskusi yang saling menghargai dan menghormati perbedaan tanpa menyakiti, menghakimi dan memukul.

“PIN sebagai organisasi atau lembaga harus bersinergi dengan struktural NU di wilayah, cabang atau wakil cabang bahkan sampai ranting dan dusun, PIN tak akan menjadi banom resmi di NU karena sudah banyak banom yang ada yang harus dihidupkan warga NU,” harapnya.

Independensi PIN sebagai lembaga diluar banom akan memudahkannya untuk berselancar di media maya dan nyata menkonter berita miring, kebencian dan fitnah terhadap NU dan para Ulamanya.

“Warga NU yang alergi terhadap istilah Islam Nusantara harus diobati dengan telaten, intensif dan sabar. Karena pikiran mereka telah terselubungi dengan awan kebodohan dan doktrin kebencian dari minhum yang menginginkan NU bubar,” ungkapnya.

Agus Rizal menambahkan, mengangendakan pertemuan kopdar PIN 2 bulan sekali, dengan melibatkan tokoh masyarakat dan agama (ustaz, guru agama, perwiritan) setempat; pertemuan di bulan maret di rumah sahabat Irham Jamia Hasibuan SE.

“Melaksanakan Silaturahmi dan kunjungan khusus tokoh, ulama, ustaz secara Marathon,” harap Agus dalam agenda yang disepakati dalam acara kopdar ke 4 ini.

Selanjutnya, meminta dan mendesak PP PIN untuk mengeluarkan SK penetapan Pengurus PIN Sumut sebagai bukti administrasi dalam kunjungan resmi dan audiensi serta persiapan deklarasi, perkenalan dan pelantikan kepengurusan pada bulan Februari atau April, serta menyerahkan keputusan susunan kepengurusan secara bulat kepada PP.

“Sosialisasi IN di masjid/mushalla dan pengajian secara rutin dengan cara mendampingi rekan sahabat yang sedang mengisi ceramah pengajian atau tabligh,” lanjutnya.

Selain itu, membuat akun FB, Twitter, Instagram dan YouTube khusus PIN yang menjelaskan tentang dakwah Aswaja, Islam Nusantara dan kajian keNUan, menunjuk sahabat Emil Hardi, dan sebagai pelaksana dan admin.

“Mentrasfer dana ke rekening PIN pusat untuk pembuatan KARTANU/ KARTAPIN,” pintanya.

PIN Sumut meminta menggerakkan Pinarak dengan menunjuk Sahabat Irham Jamia SE sebagai ketua dan Sahabat Rozikin Batubara sebagai Sekretaris.

Meminta ustaz Miftahul Chair sebagai motivator di PIN, kiyai Muhtarom dan ustaz Dhevan membimbing kegiatan pelatihan keAswajaan kesekolah-sekolah/pesantren dan masyarakat.

“Anggota PIN harus bersedia menjadi pengurus NU,” harapnya.

Lanjutnya, membuka rekening PIN Sumut khusus untuk membackup dana kegiatan-kegiatan daerah secara kolektif berupa infak, sedekah dan bentuk donasi yang ikhlas tidak mengikat.

“Sahabat Martono menjembatani dialog dialog kerukunan antar ummat beragama dan lembaga agama,” pinta Agus.

Menunjukkan jati diri ke PIN an dan ke NU an dengan memposting di medsos instruksi PP dan meminta kepada setiap penggerak PIN di kota/kabupaten se sumatera utara untuk mengagendakan road show, silaturahmi, tabligh akbar PIN dan membentuk struktur kepengurusan masing masing daerah.

“Dengan harapan kerjasama yang baik dan saling mendukung kegiatan dan hasil kopdar tersebut diharap dapat sama-sama dilaksanakan,” tutur Ustaz Agus.

Ustaz Syaiful Azhar Marpaung penggerak PIN Batubara sangat bersemangat dengan toleransi berpikir di Nahdlatul Ulama, beliau sering mengadopsi alur pikir guru bangsa Gusdur, Kiyai Aqil Siradj, Ishomuddin dan Kiyai Sumanto Al Qurthuby, kegatalan berpikirnya menyebabkan tak henti di hujat, dikafirkan dianggap sesat dan murtad.

“Berbeda itu indah dan Nahdatul Ulama memberikan apresiasi atas perbedaan secara maksimal selagi ada ijtihad ulama yang berdasarkan dalil Naqli (Al-Qur’an, Hadits dan Ulil Amri) dan aqli, superioritas akal sangat dihargai dalam beragama,” jelasnya.

Menurut sebuah hadis; “Tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal”; artinya agama untuk orang yang berakal dan agama menghargai akal sebagai “Al Furqon” pembeda, ungkap ustaz Miftahul Chair.

“Penggerak PIN telah berhasil mengatasi konflik SARA di daerah Mandala, penolakan tempat berobat yang di klaim pekong oleh masyarakat yang menolaknya. Upaya-upaya mendamaikan umat terus dilaksanakan PIN,” kata Agus.

“Karena prinsip dakwah santun, moderat dan toleran menjadi jargon PIN untuk melawan ekstrim kanan; HTI dan kroninya yang terkesan memaksakan diri dalam mengungkapkan pendapat dan ingin mengganti 4 pilar negara menjadi mimpi sistem khilafahnya,” ujar ustaz Martono yang baru saja mendapat penghargaan perawat toleransi dan kebangsaan dari Matakin.

Agus Rizal pemegang mandat ketua PIN Sumut sangat apresiasi terhadap pergerakan para kader NU dan PIN yang tak gentar menyampaikan dan mensosialisasikan dakwah keAswajaan terutama mengkonter fitnah para pembenci terhadap NU dan Ulamanya serta metode dakwah Islam Nusantara. Berita Deli Serdang, red

 

 

- Advertisement -

Berita Terkini