Demokrasi liberal for a long time or for a while?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Ditengah rutinitas politik Bangsa Indonesia masih meraba-raba dengan subtansi demokrasi. Beragam cara & effort yang dilakukan baik melalui pendekatan apple to apple bahkan pendekatan yang lainnya. Bangsa Indonesia semakin kehilangan makna ditengah-tengah sistem demokrasi didalam derasnya arus politik. Bangsa yang seharusnya gemah ripaloh kini menjadi muara untung rugi, saling tuding keinginan serta berebut benar.

Tentu rusaknya moralitas suatu Bangsa dalam wajah demokrasi adalah tentang hilangnya kepercayaan sesama anak bangsa. Dalam hal ini mindset yang baik tentu akan menentukan culture yang baik begitu pun sebaliknya. Keabsahan nilai-nilai manusia hidup didalam Sistem Demokrasi sudah kian punah, tidak ada lagi kasih sayang, tenggang rasa, gotong-royong, tolong-menolong, yang dirasakan sesama anak bangsa dalam berbagai macam aspek.

Soekarno pernah mengatakan “Nation and character building” tapi seiring berjalannya waktu persoalan-persoalan Bangsa Indonesia semakin pelik & complicated. Dan feodal semakin leluasa dalam melakukan penjarahan secara soft power melalui sistem tersebut karena Bangsa Indonesia belum memiliki kemandirian (self-reliance) dalam Sistem Berbangsa & Bernegara.

Berbagai macam interpretasi elite politik maupun yang lain selalu gagal dalam melahirkan suatu hal yang baru, wajar bilamana untung & rugi menjadi suatu hal yang harus disembah di era disrupsi. Tentu kekayaan moralitas yang seharusnya melekat dalam tubuh Bangsa Indonesia kini menjadi runtuh secara tidak sadar diatas medan kemerdekaan.

Dalam Politik hal yang paling membahayakan adalah terjadi ledakan harapan (BOM of hope) kemudian hal tersebut tidak terjadi sehingga menjadi tidak lagi memiliki harapan (hopelessness). Karena itu yang bisa dilakukan orang dengan putus asa (that’s does people can do desperately), hanya akan membuat kerusakan kepada Pontensi Bangsa Indonesia baik secara SDM & SDA.

Demokrasi liberal and kapitalistik ini terlalu high cost serta tidak memiliki subtansi dalam membawa Bangsa Indonesia kearah yang benar. Pasalnya orang-orang yang bersentuhan dengan elite dianggap mampu mensolutifkan persoalan-persoalan suatu Bangsa, faktanya semakin crowded & uncontrollable. Tidak memiliki GBHN, TAP MPR, UU, PERPU, PERDA yang jelas dan berpihak kepada Rakyat seutuhnya. Seharusnya elite politik pun mampu mencari akar permasalahan dalam Berbangsa & Bernegara.

Yang seharusnya menjadi catatan adalah perjalanan suatu Bangsa dari lahirnya suatu Bangsa Indonesia sampai merdeka (history). Ketika kita melihat Negara-negara dunia seperti Yugoslavia yang mampu menjadi contoh dalam membentuk karakter suatu Bangsa, dalam berbagai macam aspek.

Pancasila jangan sampai dijadikan pelipur politik, seyogyanya Pancasila mampu menjadi Sistem serta Tekhnologi dalam kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Mampu menjadi segala sumber dari segala sumber hukum di dunia. Dan mampu di Implementasikan karena Pancasila merupakan Risalah, Jatidiri suatu Bangsa & dasar serta perekat (raison d’etre) yang terikat oleh ruang dan waktu.

Untuk itu Indonesia harus segera memiliki nation and character building baik dalam hal politik, pendidikan, ekonomi, kesehatan, pembangunan serta yang lainnya. So that there can be many people who advance and develop through science & getting for system… right.

Penulis adalah Rahmat Nuriyansah merupakan Ketua Bidang Pengembangan Ilmu Pengetahuan & Eksplorasi Tekhnologi PKC PMII Jawa Barat 2017-2019

- Advertisement -

Berita Terkini