Ramadhan dan Membangun Ekonomi Umat

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a  bahwa ”sesungguhnya Jibril a.s mendatangi Rasulallah SAW setiap tahun pada bulan Ramadhan sampai akhir, dan pada saat ditemui Jibril itu, Rasulullah SAW menjadi lebih pemurah dengan kebaikan daripada angin yang berhembus dengan lembut (HR. Bukhari 1902 & Muslim 2308).

Demikian juga hal ini dikuatkan dengan sabda Rasulallah SAW lainnya yang menyatakan bahwa barangsiapa yang memberi berbuka orang puasa, baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tadi tanpa dikurangi dari pahalanya sedikitpun (HR. Ahmad, An-Nasai, At-Tirmidzy 1/197, & Ibnu Majah 173).

Para da’i, muballigh, dan pemuka agama banyak memberikan uraian terkait dengan hikmah berpuasa, termasuk pada bulan Ramadhan.  Diantaranya ada beberapa hikmah berpuasa selalu kita dengar upaya untuk mempertinggi akhlak, budi pekerti, menimbulkan kesadaran dan kasih sayang terhadap sesama terutama orang-orang fakir, orang-orang miskin, orang-orang mustad’afin, yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup, mengolah dan melatih jiwa baik jasmani, lahir dan bathin, menambah kebugaran serta kesehatan, dan lain sebagainya.

Kalau di tela’ah bahwa puasa di bulan Ramadhan merupakan perintah langsung dari Allah SWT sebagaimana yang bisa dilihat pada QS. Al-Baqarah ayat 183. Perintah ini juga diturunkan kepada orang-orang sebelum zaman nabi Muhammad SAW dan tujuan utamanya adalah untuk menjadikan manusia bertakwa kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya takwa.

Ketakwaan ini tentu saja harus dimanifestasikan dalam berbagai bentuk ketaatan, kepatuhan, keberserahan, dan keikhlasan terhadap semua kewajiban sebagai seorang hamba kepada Sang Maha Pencipta, Penguasa Mutlak alam semesta, Pemberi dan Penentu seluruh hidup, kehidupan dan penghidupan, Allah SWT.

Manifestasi ketakwaan ini dapat dilakukan dengan menjalankan berbagai amalan yang telah diajarkan baginda Rasulallah SAW, baik itu yang merupakan perintah langsung dari Allah SWT maupun yang menjadi amalan-amalan nabi untuk mengagungkan Allah SWT. Begitu banyak amalan di bulan Ramadhan yang dapat dikerjakan diantaranya :

1. Berpuasa di bulan Ramadhan dengan keimanan dan mengharap pahala dari Allah SWT sehingga dosa-dosanya yang telah lalu diampuni Allah SWT (HR. Bukhari 2014 & Muslim 760).

2. Melaksanakan shalat malam di bulan Ramadhan dengan keimanan dan mengharap pahala sehingga diampuni dosanya yang telah lalu (HR. Bukhari 2009 & Muslim 759).  Pada bagian ini Rasulallah SAW mensunnahkan untuk melaksanakan shalat tarawih secara berjamaah dan kepada yang melakukannya maka dicatat sebagai shalat sepanjang malam (HR. An-Nasa I 1604; At-Tirmidzy 806,  & Ibnu Majah 1100).

3. Bershadaqah lebih dari biasa pada bulan Ramadhan. Rasulallah SAW sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a  adalah orang yang paling pemurah dalam kebaikan. Beliau akan semakin dermawan pada bulan Ramadhan
4. Bertadabur Quran.
5. Ber-itikaf dan menghidupkan Lailatul Qadar.
6.  Ber-umrah pada bulan Ramadhan.
7. Memperbanyak amalan-amalan kebaikan, dzikir, doa dan istighfar.

7 (Tujuh) amalan saleh di Bulan Ramadhan sebagaimana dikemukakan sebelumnya. Kita ambil contoh amalan yang ketiga, dimana disebutkan bahwa Rasulallah SAW semakin lebih pemurah pada bulan Ramadhan.

Ketika berbicara ekonomi, tentu tidak akan terlepas dari adanya permintaan dan penawaran, tidak ada barang atau jasa yang tidak terlepas dari adanya aktivitas ekonomi dan pasar.

Kebutuhan untuk menyediakan makanan dan minuman untuk berbuka puasa bisa mendorong secara sungguh-sungguh akan menumbuh kembangkan ekonomi umat yang luar biasa. Kebutuhan pangan dapat dipenuhi oleh para pedagang muslim di sekitarnya.

Para konsumen jangan berpikir untuk memenuhi kebutuhan pangan hariannya dari kantong-kantong pasar moderen, seharusnya para konsumen muslim memberdayakan warung-warung kecil kaum muslimin di sekitar lingkungan tempat tinggalnya menjadi pasar-pasar lokal dalam rangka memenuhi basic need selama Ramadhan. Sehingga ujungnya akan meningkatkan ekonomi umat tumbuh secara signifikan.

Menurut Muhammad bin Said Guru Besar Ekonomi Islam UIN Jakarta, bahwa : Ramadhan membuka tirai kesadaran berperilaku ekonomi hemat, berbagi, dan murah. Maraknya produksi seperti takjil untuk dibagikan gratis dan sebagian dijual dengan harga murah didasari keajaiban memberi (miracle of giving), dan aplikasikan ekonomi berbagi (economy of sharing) untuk penguat ekonomi lemah.

Di samping itu seperti jatah merokok dari satu hingga dua bungkus per hari di luar Ramadhan berubah menjadi hitungan batang per hari selama puasa. Puasa memiliki kekuatan transformatif membangun perilaku hemat dan membudayakan hidup sehat.

Apabila seseorang X biasanya bisa menghabiskan Rp 20 ribu/bungkus/hari, maka selama puasa si X bisa menghemat Rp 600 ribu selama 30 hari. Artinya, puasa mendidik perokok hemat dan membangun budaya hidup sehat dari kanker paru dan jantung akibat nikotin rokok serta pengokohan ekonomi umat, terlepas dari hukum rokok dalam bahasan ini, baik haram atau makruh.

Zakat juga sangat prospektif bagi pembiayaan sosial secara berkelanjutan, ditandai dengan potensi zakat terhimpun sebesar Rp 233,8 triliun dari berbagai objek zakat. Potensi itu masih dapat ditingkatkan melalui edukasi dan literasi masyarakat agar Ramadhan menjadi waktu investasi akhirat dan investasi bisnis menguntungkan dengan mitigasi risiko minim, bebas dari riba, gharar dan maysir, serta kehati-hatian.

Dengan demikian, potensi zakat akan menumbuhkan kemandirian dan mentransformasi status sosial ekonomi mustahik menjadi muzakki memiliki jiwa persaudaraan, tolong menolong sesuai nilai Iman.

Pada akhir bulan Ramadhan, biasanya ramai dengan kegiatan santunan-santunan anak yatim. Biasanya juga diberikan pakaian baru untuk memberikan kegembiraan kepada mereka dalam menyambut hari kemenangan di bulan Syawal.

Bisa dibayangkan betapa perekonomian akan lebih bergairah, karena banyak keluarga miskin mampu berbelanja baju baru, kebutuhan pokok, sepatu, tas serta barang konsumsi lain yang tentu sangat baik bagi perekonomian melalui saluran dari aktivitas amal-amal kebaikan di Ramadhan tahun ini.

Melihat peran tersebut, semua berharap agar momentum ini dapat membangun semangat spiritual dan mencari solusi problematika perekonomian di tengah naiknya harga barang pokok saat jelang Ramadhan. Wallahu’alam bisshowwab.

Oleh: Dr H Muhammad Khailid MA (Aktivis Muda NU /Waketum PW Ikadi Sumut)

- Advertisement -

Berita Terkini