Finansial Tolak Ukur jadi Pemimpin bukan Ide dan Gagasan

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, OPINI – Pemilihan Umum telah usai tanggal 14 Februari 2024 Yakni pemilihan Presiden wakil presiden, DPRI, DPD,DPRD Provinsi dan DPRD kabupaten Kota, berapa bulan lagi kita akan memasuki Tahapan pemilihan Kepala daerah.

Melihat perkembangan Politik di Indonesia Mulai dari pemilihan Legislatif visi dan misi bukan menjadi tolak ukur bagi masyarakat Namun Kekuatan Finansial lah menjadi landasan pertama untuk menghibahkan diri untuk Menjadi pemimpin.

Pemilihan Legislatif kemaren yang menjadi Pemenang bukan berasal dari visi dan misi melainkan Angka Keuangan, Ide serta gagasan bukan lagi penentu jangankan penentu menjadi pertimbangan saja tidak.

Penulis menganalisa dari Kontes pemilu siapa yang memiliki kekuatan finasial ialah yang memenangkan suara rakyat. metode Kampaye untuk menyampaikan visi dan misi tidak lagi efektif melainkan memberikan Cendra mata, pertemuan Calon dengan masyarakat yang diingkan bukan program dan gagasan tapi adakah Buah tangan untuk di bawa pulang. Maka kebanyakan Calon mulai berkurang untuk melakukan kampanye, hanya mempersiapkan bantuan untuk masyarakat yang pergi memili ke TPS dengan Redaksi memberikan uang untuk mengantikan Upah sehari bekerja atau uang minyak.

Metode ini sama dengan kita Melahirkan dan mempersiapkan pemimpin pemimpin Korup,
Kenapa demikian ” Transaksi politik sangat di butuhkan ketika kita ingin mencalonkan diri baik calon dari segi apapun yang selalu di tanya oleh masyarakat apakah ada finansial “Lai Ado Piti, kalau lai maju la” bagaimana pun kita menyampaikan program gagasan tidak akan menjadi daya tarik oleh masyarakat kenapa ini bisa terjadi? Karena Masyarakat tidak lagi percaya dengan janji – janji manis ya calon, Sudah sering kena janji setiap pemilihan ketika sudah terpilih lupa dengan masyarakat dan janjinya, Hal ini yang membuat tingkat Kepercayaan masyarakat hilang, ini penyebab Awal Visi dan misi tidak menjadi penting. “Ala duduak bisuak lupo Samo kito, kini lai Ado Piti Kito pilie” hal ini yang sering keluar dari mulut masyarakat.

Berapa calon suda melakukan Strategi dan taktik ini, pertama yang di siapkan memang Finansial, bentuk team mengumpulkan data pemilih berupa KTP, tiga hari menjalang pemilihan Team turun memberikan Uang, maka penyampaian visi dan misi di masa Kampaye atau turun ke dapil itu sudah tidak dipakai muncul dan hadir di tengah masyarakat cukup di hari ke tiga menjelang pemilihan baru muncul team serta uangnya.

Dengan metode dan strategi ini tentu merusak tatanan demokrasi kita.
Transaksi menjadi urat nadi bukan lagi Ilmu dan wawasan, jangan kita harapkan kesejahteraan untuk masyarakat dan pembangunan, karena suara kita sudah di beli, padahal negara sudah memberikan Hak dan kewenangan kepada Rakyat untuk menentukan siapa pemimpin. Artinya konsitusi tertinggi terletak ditangan rakyat, rakyat yang akan menentukan kemana arah bangsa ini di bawa

Penulis bisa menyimpulkan tidak akan ada lagi ruang bagi ekonomi menenga yang akan menjadi pemimpin, pendidikan dan wawasan bukan menjadi patokan bagi seorang layak dan pantas menjadi pemimpin, ketika uang yang berkuasa tentu sudah di ambang kehancuran, otomatis yang akan mengisi ruang kekuasan adalah orang yang memiliki ekonomi ke atas, maka kita pastikan akan marak politik dinasti

Jangan di biarkan sistem ini berkembang, mari bersama sama kita putus rantai dengan cara memberikan efek jerah kepada Calon yang memiliki finasial, terima uangnya jangan pilih orang nya. Saya yakin dengan hal ini calon yang memiliki finasial akan jerah.
Kalau kita biarkan yang rugi masyarakat kita. Jangan di harapkan kemakmuran kesejahteraan dan keadilan, mari bersama kita rubah peradaban kekuasan. Berilah kesempatan kepada orang orang yang memang layak secara akademis dan potensi lumpuhkan lah kekuatan finansial.

Penulis mengetahui Kondisi ekonomi kita memang merosot. Masyarakat juga mengambil kesempatan dalam pesta demokrasi ini. Tapi bagi elit politik jangan di didik politik transaksional. Seluruh warga negara Indonesia berhak dan mendapatkan kesempatan yang sama tapi jangan di bunuh dengan Kekuatan Finansial.

Penulis mengajak kepada kita bersama dan penulis sendiri mari kita mulai politik yang cerdas bersih dan jujur, transfaran tanpa transaksi untuk pemilihan kepala daerah yang mendatang baik pemilihan umum.

Penulis: Rifdal Fadli Gindo Bonsu. SH.M.Kn
(Sekretaris KNPI/KAHMI Dharmasraya)

- Advertisement -

Berita Terkini