Debat Tidak Siap, Dibelokkan Soal Penyerangan Personal, Kalapkah?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

 

Oleh: Agung Wibawanto

Debat Capres-Cawapres sesi ketiga masih meninggalkan cerita. Sebelum ini, muncul beberapa video (perempuan) yang tampak mewek dan mengaku sakit hati melihat debat capres.

Para pendukung Prabowo banyak yang mengaku merasa kasihan dengan Prabowo yang diserang habis oleh dua paslon lainnya.

Prabowo memang tampak tidak bisa berbuat banyak dengan tampang sedihnya (senyum tapi dipaksa). “Pak Prabowo itu orang tua kok digituin,” terdengar suara perempuan di video sambil terisak-isak.

Kenapa harus nangis ya? Bukankah kubu 2 sering bilang, kalau diserang disenyumin dan dijogetin aja. Malam debat memang joget Gemoy tidak kelihatan.

Harusnya saat itulah mereka berjoget gembira untuk menghibur diri sendiri. Paska debat, Prabowo sendiri seperti gak peduli dan malah joget di sebuah panggung acara bersama Ketum Golkar, Airlangga Hartarto.

Hati berikutnya malah pidato menggelegar dan kembali melecehkan, “Ada yang tanya-tanya soal tanah saya. Ini orang sebenernya pinter atau goblok, sih?”

Kalau beberapa hari paska debat pertama, muncul diksi “ndasmu etik”. Prabowo memang tidak berubah, begitulah dia. Beda jauh dengan Jokowi yang tidak pernah menghina lawannya.

Pada kali ini, presiden Jokowi ikut berkomentar soal debat yang ditanya wartawan. Jokowi juga menyampaikan rasa kecewanya menonton debat waktu itu.

“Banyak menyerang personil. Saya kira itu tidak baik buat pendidikan politik. Format debat mungkin perlu diperbaiki,” tutur Jokowi tanpa menjelaskan siapa dan apa yang dimaksud menyerang personil? Ya, karena antara paslon 1 dan 2 memang saling tuding. Jadi, siapa yang dimaksud dan yang mana?

Apakah menyerang pribadi tidak diperbolehkan? Siapa yang melarang? Sama seperti debat-debat periode sebelumnya, menyerang pribadi dibolehkan sepanjang ada faktanya (bukan hoax). Ingat ketika Jokowi bilang Prabowo punya lahan konsesi 220 rb hektar di Kalimantan dan 120 rb hektar di Aceh?

Itu kan disebut negative campaign yang di semua negara membolehkan. Bahkan yang black campaign pun, negara seperti AS dibolehkan, sedang di Indonesia tidak boleh (pidana).

Jadi, apa salahnya menyerang pribadi yang sudah ada sejak pilpres sebelumnya? Presiden boleh dan pantas mengomentari debat, yang aneh jika komentar itu tendensi memihak salah satu paslon.

Jokowi diketahui publik berpihak kepada Prabowo, meski malu-malu diakui Jokowi (tidak berani tegas). Untuk itu, komentar Jokowi lebih menyoroti soal serangan pribadi.

Saya yakin, andai Jokowi berpihak Ganjar atau Anies, maka komentarnya berbeda, “Kalau tidak siap data ya jangan debat.”

Lalu, beramai-ramai sepertinya (termasuk media) membelokkan debat ke soal serangan pribadi. Bahkan media tvOne yang dikenal oposisi Jokowi pun ikut menarasikan yang sama.

Lho, publik pun “teromon-omon”, ada apa ini? Apakah kubu 02 semakin terdesak dan panik? Hingga Jokowi harus turun tangan menggiring opini publik?

Ini justru berbahaya buat presiden karena bisa dianggap tidak netral dan melanggar konstitusi. Tendensi ini sudah terlihat beberapa hari belakangan dan menjadi rahasia umum lah.

Video tersebar di mana-mana, seperti pemanggilan seluruh perangkat desa oleh presiden. Presiden turun ke daerah-daerah yang kental mengendores Prabowo-Gibran.

Pertemuan empat mata Jokowi dengan Prabowo, Airlangga dan Zulhas secara bergantian. Alasan ketua partai pendukung, kenapa AHY tidak diajak ketemu empat mata?

Alasan koalisi pendukung pemerintah, kenapa Megawati tidak? Alasan menteri kabinet, mengapa Mahfud MD tidak? Sudah jelas karena kepentingan pemenangan.

Terakhir, ada pembagian sembako di Banten oleh Jokowi dengan spanduk baliho Prabowo di mana-mana. Padahal sebelumnya, sebagai rute jalan yang dilewati Jokowi di Bali saja harus mencopot dan bersihkan baliho Ganjar dengan alasan menjaga netralitas presiden. Tapi sekarang, sudah semakin vulgar. Ini bentuk kepanikan dengan harus menggenjot elektabilitas Prabowo dengan cara apapun.

Beberapa aturan KPU dalam debat yang dilanggar kubu 02 justru diabaikan Jokowi, seperti Gibran melakukan provokasi ke pendukungnya.

Ada lagi Grace Natalie yang mendatangi meja moderator melakukan protes. Gibran lagi-lagi provokasi dengan menjauhi podiumnya mendekat ke paslon lain. Prabowo membuat gestur mengejek.

Ada pula video seorang perempuan pendukung Prabowo yang meneriaki paslon lain seriap selesai bicara hingga akhirnya ditegur LO. Apakah itu substansi debat? Apakah bukan menyerang pribadi?

Negeri ini semakin lucu, apa yang benar disalahkan, sementara yang salah dibiarkan. Inikah pemilu gembira yang digembar-gemborkan? Media asing pun mentertawakan.

- Advertisement -

Berita Terkini