Jokowi Lawan Katniss Everdeen

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

 

Oleh: Ninoy Karundeng

Dalam politik saat ini. Tampak Jokowi tengah berhadapan dengan Katniss Everdeen. Hanya itu gambaran gelapnya. Hitam.

Maka tak heran kostum Ganjar Pranowo hitam-hitam. Keprihatinan mendalam. Mencekam. Politik yang berubah total.

Sejak lama saya juga percaya. Bahwa politik adalah alat untuk merebut kekuasaan. Lalu dengan kekuasaan untuk mengeruk uang. Dan, uang rakyat dipakai untuk merawat kekuasaan.

Karena kekuasaan, uang di Indonesia adalah kehormatan. Dalam benak para pencoleng, korupsi adalah kejahatan terhormat.

Karena dengan uang segala kehormatan didapatkan. Kaya adalah kejayaan. Banyak duit semua dapat dibeli.

Runyam. Politik dimainkan oleh para pencoleng: penjahat. Kejahatan dan keculasan sulit dibedakan. Mana strategi. Mana esensi dan kebenaran. Nyaris menyatu. Namun benang merahnya kelihatan.

Para koruptor berlomba menebar duit. Duit sebagai senjata untuk merayu rakyat yang kelaparan. Bukan kelaparan bendawi, bukan kelaparan kurang makan. Namun kelaparan akibat dimiskinkan pikiran dan jiwa mereka.

Hingga menerima BLT dianggap hak. Padahal BLT adalah gambaran kegagalan pemerintah mengentaskan kemiskinan. Yang penyebabnya adalah korupsi. Yang korup adalah para politisi.

Kini suasana mencekam. Politik sebagai kegembiraan hanyalah jargon semata. Kini muncul rasa tidak nyaman. Suasana mencekam. Politik membelah rakyat. Rakyat dibawa ke dalam situasi tak menentu.

Manuver Jokowi dan Iriana luar biasa. Arah politik berubah total.

Tak perlu menyebut moralitas. Tentang kepatutan. Soal kehormatan. Etika. Karena keyakinan politik mereka adalah kekuasaan, kehormatan, uang. Muter-muter di situ. Nilai-nilainya di situ. Tak lebih.

Maka bersuaralah Goenawan Muhamad. Butet Kertarajasa. Frans Magnis Suseno. Ikrar Nusa Bakti. Gus Mus. Todung Mulya Lubis. Rhenald Kasali. Dan, banyak lagi yang lainnya.

Suara kecil tanpa uang. Mereka minoritas. Kelompok kecil. Namun suara mereka masuk ke dalam relung jiwa: nilai kebenaran. Ada nilai atau value yang disuarakan.

HMI dan PMII serta forum dosen menyuarakan keprihatinan. Suara itu pelan namun pasti bergerak antar hati dan jiwa: dengan nilai yang dipegang teguh.

Maka suara kebenaran tersebut menggema. Resonansi suara menjadi besar. Mahasiswa dan kaum Gen Z pun menyambut. Generasi milenial pencinta Katniss Everdeen, The Hunger Games: Mockingjay, muncul.

Mirip film serial The Hunger Games. Muncul perlawanan pergerakan politik antara keterbatasan dan kekuatan tanpa batas. Katniss Everdeen muncul dalam diri Ganjar Pranowo.

Keterbatasan dan kesendirian, namun ditopang oleh nilai-nilai kemanusiaan: kehormatan sejati, kebebasan, demokrasi, moralitas, etika politik.

Saya sebagai bagian dari rakyat kecil, ikut Gus Mus. Ikut Butet Kartaredjasa.

Lalu tiba-tiba muncul omongan Agus Rahardjo KPK. Itu menghancurkan seluruh legacy Jokowi. Benar atau tidak menjadi tidak penting lagi. Seluruh puzzle politik terbuka lebar. Tak ada yang bisa ditutupi lagi.

Maka perjuangan Katniss Everdeen dan Ganjar Pranowo dengan tandem Mahfud MD akan menjadi kekuatan moralitas, perjuangan nilai. Tujuannya adalah menyelamatkan demokrasi untuk Indonesia.

Lalu muncul pertanyaan menggelitik. Yang menang siapa? AMIN dalam putaran 2 akan mendukung Ganjar-Mahfud. Alasannya? AMIN, 70% merepresentasikan Katniss Everdeen dalam The Hunger Games.

Tak perlu banyak membahas Jokowi. Tidak akan produktif. Suarakan Katniss Everdeen. Suarakan nilai kebenaran. Bukan soal kalah atau menang. Ini soal nilai: value. Demokrasi.

Dan, jiwa Anda lebih paham terhadap suara batin kebenaran Anda sendiri, daripada saya.

- Advertisement -

Berita Terkini