Luwu Raya Sebagai Kawasan Ekonomi Baru Andalan Sulawesi Selatan

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Opini – Sejarah Tanah Luwu telah ada jauh sebelum masa pemerintahan Kolonial Hindia Belanda menginvasi wilayah Sulawesi Selatan. Luwu Raya yang digelari Bumi Sawerigading, adalah sebuah penyebutan untuk wilayah Kerajaan Luwu yang membentang dari arah selatan ke utara sampai ujung Teluk Bone, membelok ke timur, melintang dari selatan perbatasan Kabupaten Wajo ke utara sampai perbatasan Kabupaten Poso Sulawesi Tengah dan kearah tenggara Sulawesi, sampai perbatasan Kolaka Utara Sulawesi Tenggara. Luwu Raya atau lebih dikenal dengan Tanah Luwu merupakan rujukan untuk 3 kabupaten dan 1 kota administratif yaitu Kabupaten Luwu dengan Ibukota Belopa, Kabupaten Luwu Utara dengan Ibukota Masamba, Kabupaten Luwu Timur dengan Ibukota Malili dan Kota Palopo dengan ibukota Palopo.

Potensi Ekonomi di Tanah Luwu

Dalam sejarahnya, Tanah Luwu adalah salah satu daerah yang pernah menjadi sentra ekonomi yang sangat penting di wilayah Indonesia Timur. Pada masa itu Luwu Raya adalah sentra penghasil kopra dan rempah-rempah yang sangat disegani baik dari segi kualitas dan kuantitasnya oleh bangsa lain didunia.

Dalam perjalannya, setelah Indonesia merdeka dan wilayah Tana Luwu terbagi dalam beberapa wilayah administratif, geliat ekonomi diwilayah ini juga mengalami perkembangan. Dengan bentang alam yang khas, luas dan subur, potensi ekonomi yang bisa digali dari Luwu Raya sangatlah besar. Sentra pertanian, perkebunan, pariwisata, bahkan sektor industri dan pertambangan akan mendatangkan income  yang sangat besar yang kemudian dapat digunakan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.

Potensi ekonomi ini juga sangat disadari oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan. Dengan berkolaborasi dengan Pemerintah Daerah yang ada di Luwu Raya, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan melalui Gubernur Andi Sudirman Sulaiman telah mencanangkan proyeksi strategis untuk menggali, mengelolah, serta mengembangkan semua potensi ekonomi yang ada diwilayah Luwu Raya ini.

Penyiapan Infrastruktur

Salah satu faktor penting untuk tercapainya Luwu Raya sebagai episentrum ekonomi baru di Sulawesi Selatan adalah adanya integrasi secara menyeluruh dari hulu ke hilir dan sebaliknya, sehingga konektivitas antara daerah bisa lebih cepat dan efisien. Hal ini menjadi penting agar menekan variable-variabel yang memberatkan dalam pengoptimalisasian potensi ekonomi yang telah ada.

Hal mendasar yang harus diperhatikan adalah pengadaan dan perbaikan infrastruktur jalan penghubung baik itu antar daerah maupun antar kota dalam propinsi. Infrastuktur jalan ini menjadi sangat penting dan memang telah menjadi concern dari Pemprov Sulsel, karena berdasarkan kajian dan telaah mendalam sektor seperti pertanian, perkebunan, bahkan pertambangan dan industri yang merupakan sektor Andalan Luwu Raya sangat membutuhkan infrastruktur jalan yang baik guna membantu kelancaran semua kegiatan ekonomi yang ada.

Kesadaran akan pentingnya ketersedian infrastruktur yang memadai guna mempercepat pertumbuhan ekonomi di Luwu Raya direspon cepat oleh Pemprov Sulsel diantaranya dengan melakukan pembangunan jalan ruas Rantepao -Sa’dan – Batusitanduk sepanjang 5,4 km dengan alokasi Rp 35 miliar, dan pembangunan jembatan Sungai Ilan Batu di ruas Rantepao – Batusitanduk  dengan alokasi Rp 7,2 miliar. Selanjutnya untuk tahun 2023 pembangunan jalan ruas Bua – Batas Kabupaten Toraja Utara sepanjang 2,2 km dengan alokasi Rp 15 miliar dan rekonstruksi  jalan untuk lanjutan ruas Rantepao – Sa’dan – Batusitanduk sepanjang 3 km dengan alokasi Rp 15 miliar. Tidak sampai disitu Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan juga telah mengguyurkan anggaran senilai Rp14,5 Miliar untuk sejumlah pembangunan infrastruktur di Kabupaten Luwu Utara, salah satunya pembukaan akses ruas jalan Seko-Rampi (Lore-Tedeboe), pembangunan jembatan Lawewe dan irigasi Bungadidi.

Selain infrastruktur berupa jalan darat, akses lain yang sedang dikebut untuk merealisasikan terbentuknya Luwu Raya sebagai poros ekonomi baru adalah memaksimalkan bandar udara yang telah ada sebelumnya. Sebab dengan bentang alam yang berupa pegunungan dan pertimbangan luas wilayah, transportasi udara menjadi sebuah hal yang sulit dinafikan. Sebelumnya hanya terdapat dua bandara yang telah melayani penerbangan untuk angkutan manusia maupun barang yaitu Bandara Bua di Kabupaten Luwu dan Bandar udara Andi Djemma di Masamba Luwu Utara. Tetapi pada tahun 2022 yang lalu Bandar Udara Sorowako resmi menjadi bandar udara ketiga di Luwu Raya setelah PT. Vale Indonesia secara resmi menyerahkan Bandar Udara Sorowako dan pengelolaan kebandarudaraan kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Sebuah pencapaian penting yang tidak lepas dari usaha dan komitmen Gubernur Andi Sudirman Sulaiman, jajaran Pemprov Sulsel dan DPRD Sulsel, mengingat upaya selama bertahun-tahun dalam menjadikan bandara penerbangan privat itu menjadi bandara umum dan komersil.

Luwu Raya Sebagai Episentrum Ekonomi Baru Sulawesi Selatan

Dengan segala potensi ekonomi dan sumber daya alam yang dimiliki oleh tiga kabupaten dan satu kota administratif yang berada di wilayah Luwu Raya (Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur) diharapkan akan bisa menjadi roda penggerak kemajuan pembangunan yang ada di Sulawesi Selatan secara khusus dan diwilayah Indonesia Timur secara umum. Pengelolaan segala potensi ekonomi dan sumber daya alam yang ada diwilayah Luwu Raya ini tidak bisa berdiri sendiri, ia harus dikelola dengan sinergitas antara pihak Pemerintah Daerah (Pemda), Pemerintah Propinsi (Pemprov), dan juga Pemerintah Pusat. Luwu Raya adalah poros baru ekonomi yang saat ini dipersiapkan oleh Pemerintah Sulawesi Selatan. Hal ini sejalan dengan marwah dan komitmen pembangunan regional yang dicanangkan oleh Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman.

Dalam mendukung upaya menjadikan Luwu Raya sebagai Episentrum Ekonomi yang baru, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan telah melakukan berbagai langkah-langkah strategis. Diantaranya mengucurkan bantuan keuangan dari tahun 2019 hingga 2023 sudah mencapai Rp.1,1 Triliun guna pembangunan infrastruktur yang memadai diberbagai wilayah yang ada di Luwu Raya dan juga membangun komunikasi politik dengan seluruh pemangku kebijakan yang berkepentingan.

Ketersedian infrastruktur yang memadai dan digunakan secara tepat guna akan menjadi katalisator yang bertenaga untuk mempercepat tercapainya pembangunan manusia dan kemajuan suatu daerah. Hal ini perlu disadari bukan hanya oleh Pemerintah baik itu Pemprov Sulawesi Selatan dan Pemerintah Daerah yang ada di Luwu Raya tetapi juga oleh semua lapisan masyarakat, agar sinergitas yang diharapkan bisa betul-betul memantik obor dan menyalakan semangat menuju Luwu Raya sebagai Episentrum dan Poros Baru Ekonomi Sulawesi Selatan.

Penulis : Iwid Perdana, S.Pd,. M.M (Akademisi & Pemerhati Pendidikan).

- Advertisement -

Berita Terkini