Menjadi Mahasiswa Tanpa Organisasi

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Opini – Di dalam dunia kemahasiswaan, mahasiswa tentu tidak asing dengan berbagai organisasi baik organisasi intra maupun organisasi ekstra kampus.

Pada masa Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) para pengurus organisasi dari berbagai genre pun diberikan panggung untuk mereka mengenalkan organisasi mereka masing-masing dengan harapan para mahasiswa baru akan tertarik dan bergabung dengan organisasi-organisasi tersebut.

Memandang secara optimis, tentu mahasiswa yang bergabung di dalam sebuah organisasi diharapkan kelak akan menjadi mahasiswa yang lebih cerdas, serta memiliki jiwa kepemimpinan.

Merujuk kepada judul di atas, penulis tertarik untuk membahasnya setelah membaca sebuah kutipan di kolom komentar sebuah postingan Instagram yang menyatakan bahwa “Organisasi ini tidak punya pengaruh di kampus, kebanyakan gaya itu elite organisasinya, sekarang mahasiswa semakin cerdas untuk tidak bergabung di organisasi yang hanya sekedar memanfaatkan kepala banyak orang untuk di klaim oleh elite organisasi, dan di pakai untuk malak pemerintah di balik kata kolaborasi”.

Dengan latar belakang itulah penulis merasa perlu untuk membahasnya disini. Menafsirkan secara liar, mungkin maksud dari akun tersebut melontarkan komentarnya ialah untuk mengedukasi warganet khususnya kaum mahasiswa supaya jangan sampai terjerumus ke dalam organisasi yang tidak sehat.

Namun melihat fenomena dan dinamika yang terjadi dewasa ini, penulis merasa bahwa memang mahasiswa semakin cerdas ketika ia tidak bergabung di sebuah organisasi kemahasiswaan.

Dengan tidak menyebut seluruhnya, tapi sebagian besar organisasi mahasiswa sudah tersusupi dengan pemikiran politik praktis dan hal tersebut akan sangat berpengaruh dan cenderung merusak idealisme serta tri fungsi mahasiswa yang kita kenal dengan agent of change, agent of social control, dan iron stock.

Masih berkenaan dengan point yang disebutkan dalam komentar di atas, seperti sudah menjadi rahasia umum di dunia mahasiswa bahwasanya ada kader dari organisasi kemahasiswaan yang berprofesi sebagai pendemo bayaran.

Ada juga diantaranya yang dengan senang hati berada di bawah ketiak pemerintahan dan ikut serta mensukseskan proyek pemerintah dengan fee yang telah disepakati, serta ada pula yang secara antusias menyelenggarakan sebuah kegiatan demi menyediakan panggung untuk beberapa politisi.

Tentu hal-hal tersebut hanya dapat mereka lakukan karena jabatan mereka sebagai elite organisasi yang memiliki banyak anggota.

Di samping itu, dengan banyaknya jenis organisasi yang bertebaran di dunia kemasiswaan justru juga cenderung menjadikan para mahasiswa terpecah belah.

Tak jarang perselisihan antar anggota lintas organisasi terjadi bahkan ada yang berujung hingga baku hantam. Kompetisi dalam meraih eksistensi kerap terjadi dengan cara yang tidak sehat.

Padahal yang diharapkan dari ketika mahasiswa berproses dalam suatu organisasi ialah untuk menjadikan mahasiswa tersebut lebih cerdas dan dewasa dalam menyikapi berbagai hal.

Pada intinya penulis ingin menyebutkan bahwa begitu banyak hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan yang terjadi di organisasi mahasiswa dengan tidak menghilangkan bahwa juga banyak hal yang patut di apresiasi dari mahasiswa yang berorganisasi.

Namun menjadi mahasiswa tanpa organisasi pun kini bisa jadi lebih menyehatkan dalam konteks nalar berfikir asalkan mahasiswa tersebut mau aktif belajar tidak hanya di dalam kelas tetapi juga aktif dalam mempelajari berbagai sumber leterasi.

Terkadang tuntutan belajar mahasiswa yang tinggi justru tertanggu dengan berbagai aktifitas organisasi yang hanya sekedar ceremonial belaka, menggelar panggung politik, atau hanya sekedar ngopi-ngopi gak jelas.

Belum lagi dengan dinamika serta konflik internal organisasi yang terkadang banyak menyita waktu dan perhatian anggotanya sehingga fokusnya dalam menimba ilmu rentan untuk buyar. Itulah mengapa mahasiswa bisa menjadi lebih sehat dan lebih produktif kalaupun ia tidak berproses dalam suatu organisasi mahasiswa.

Dengan menjadi mahasiswa tanpa organisasi justru bisa membuat mahasiswa tersebut leluasa dalam membuat berbagai kegiatan-kegiatan positif tanpa adanya unsur kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.

Pergerakan kecil namun penuh akan muatan positif seperti mengedukasi masyarakat di sekitar tempat tinggal, ikut serta dalam berbagai aktifitas masyarakat dusun, sering kali terlupakan oleh organisasi-organisasi kemahasiswaan.

Untuk itu, diperlukan mahasiswa-mahasiswa yang mempunyai kesadaran untuk bisa melakukan kegiatan-kegiatan tersebut.

Namun pada akhirnya kita pun tidak bisa menghakimi bahwa mahasiswa yang sudah terlanjur terjerumus ke dalam organisasi itu semuanya salah, hanya saja ada beberapa oknum organisasi yang bertingkah menyeleweng dari nilai-nilai kebenaran sehingga merusak citra organisasinya.

Kita semua berharap agar para mahasiswa bisa semakin sadar akan tugas pokok dan fungsinya baik yang telah berorganisasi maupun yang belum berorganisasi. Bagi yang belum berorganisasi semoga bisa lebih kritis dalam menganalisis berbagai hal untuk menentukan langkah yang akan diambil kedepannya.

Oleh : Andi Wijaya – Mahasiswa STAI Syekh H Abdul Halim Hasan Al-Ishlahiyah Binjai

- Advertisement -

Berita Terkini