Hidup Ikhlash Tanpa Tipu Muslihat

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

(Refleksi Haul Kesatu Almarhum H. Anif Bin H. Gulrangshah, 25 Agustus 2021/25 Agustus 2022)

MUDANEWS.COM – Pada hari Rabu, tanggal 25 Agustus 2021 di saat pagi menjelang fajar menyingsing, sewaktu suara ayam berkokok saling bersahut-sahutan seakan terus berdzikir kepada Allah dan membangunkan manusia untuk segera bersujud kepada Sang Khalik (Maha Pencipta) dan Sang Penguasa Jagad raya, di waktu suara ayat-ayat suci Alquran dikumandangkan dari masjid ke mesjid sebagai pertanda bahwa sebentar lagi akan masuk waktu shubuh, diiringi sayup-sayup suara Dzikir dan bacaan ayat-ayat suci Alquran yang didawamkan sepanjang hari di Rumah Bertuah Tembakau Deli, di suasana seperti itulah almarhum Bapak H. Anif bin H. Gulrangshah menemui Rabbul ‘Izzati Sang Penggenggam Hidup semua manusia yaitu Allah SWT.

Waktu itu, kesedihan menyelimuti keluarga dan juga orang-orang yang mencintainya serta masyarakat yang merasakan kebaikannya dari seluruh penjuru dunia ini. Ribuan orang datang melayat langsung ingin bersama mengantarkan jenazah almarhum ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Saat itu, cuaca mendung dan sedikit hujan rintik-rintik seakan turut berduka cita atas kembalinya ke pangkuan Rabbul ‘Izzati seorang hamba Allah yang disaat hidupnya senantiasa berbagi perduli dan suka membantu meringankan beban orang lain. Suasana pemakamannya menunjukkan bahwa begitu banyak orang-orang yang sangat mencintainya dan merasa kehilangan atas kepergiannya.

Saat ini 25 Agustus 2022, genaplah satu tahun wafatnya almarhum H. Anif Bin H. Gulrangshah, berbagai kenangan dan pelajaran kehidupan masih terasa dan masih terngiang dalam diri kita khususnya bagi keluarganya, orang-orang yang mencintainya dan yang telah merasakan cintanya lewat segala hal yang teah dilakukan almarhum sepanjang hayatnya. Silahkan kita baca sebuah buku yang berjudul “Hidup Ikhlash Tanpa Tipu Muslihat: Biografi H. Anif”.

Buku yang sangat inspiratif mengkisahkan tentang sosok Musannif yang populer disapa Anif yang selalu bekerja keras meski dilanda beragam tantangan dan situasi yang menyulitkan.

Ia selalu bangkit kembali dan menjadi sosok yang berarti tidak hanya di tengah orang-orang terdekatnya, tetapi juga di masyarakat. Buku ini bukanlah kisah tentang kesuksesan tapi kisah tentang bangkit dari kegagalan dan memiliki dampak bagi hidup orang banyak. Sebuah buku yang dibuat untuk siapapun yang ingin hidup ikhlash tanpa tipu muslihat.

Biografi Singkat H. Anif

Musannif, atau lebih dikenal sebagai Anif lahir pada tanggal 23 Maret 1939 di Perlanaan, sebuah perkampungan kecil di antara Kota Lima Puluh (Batubara) dan Perdagangan (Simalungun). Ia adalah anak pertama buah pernikahan Hafiz Gulrangshah, yang akrab disapa tuan Kabul dengan Syarifah, wanita asal Perupuk sebuah kampung pesisir di Batubara.

Anif menghabiskan masa kecilnya menjadi petualang cilik. Berenang di sungai, mendaki tebing dan perbukitan, juga memanjat pepohonan. Anif kecil juga dikenal sebagai anak pemberani. Dia tidak akan segan baku pukul, bila ada kawannya yang diganggu anak dari kampung lain.

Saat di usia muda atau remaja Anif sudah berpikir dan belajar tentang banyak karakter orang terutama kalangan orang kaya. Ia punya keyakinan bahwa siapapun termasuk dirinya bisa menjadi orang kaya bila bisa menemukan jalannya.

Maka, Anif muda mengamati karakter dan ciri-ciri orang kaya itu, seperti sikap gigih dan disiplin, memiliki kenalan dan perkawanan yang luas, berani mengambil resiko dan cerdas serta punya ide-ide yang bersifat orisinil yang kemudian melahirkan terobosan baru. Masa mudanya dilalui dengan penuh warna, jatuh bangun dalam menjalani kehidupan, pahit getir dan kerasnya hidup sudah pernah dirasakannya.

Anif muda menikah dengan Rahmah hasil perjodohan Tuan Kabul yang berteman baik dengan seorang laki-laki berdarah campuran Aceh-Arab. Dengan kepolosan Rahmah tidak menolak dijodohkan dengan Anif walau ia tahu saat itu Anif belum punya pekerjaan tetap dan gayanya yang cenderung keras. Di atas segalanya Rahmah yakin, orang tuanya pasti memilihkan suami yang terbaik untuk dirinya. Hari baik itu pun ditentukan. Anif dan Rahmah menikah tahun 1963 dengan acara yang sederhana. Liku-liku kehidupan berumah tangga pun dilalui dengan penuh tantangan dan ujian.

Periode yang paling getir dalam hidup Anif dimulai saat ia bersama keluarganya mengontrak sebuah rumah petak satu kamar di gang Mamiye, di jalan Bromo. Gang sempit menuju rumah itu selalu becek dan terlebih saat itu penghasilannya sedang tak menentu. Di masa-masa serba sulit itulah terjadi tiga peristiwa yang kelak terbukti mengokohkan tekad dan menyalakan semangatnya untuk mengubah kehidupannya. Sebuah kisah getir yang kemudian menjadi turning point, titik balik kehidupannya.

Tiga peristiwa itu adalah ketika anaknya tak bisa mengintip televisi tetangga, penjualan gigi emas istrinya dan kepanikan menjelang lebaran. Peristiwa itu justru mengajarinya satu hal penting: “Hidup ini pertarungan, dan tak ada tempat bagi mereka yang kalah. Manusia tak bisa melewati tantangan kehidupan hanya mengandalkan belas kasihan.” Totalitas dan profesionalitasnya ketika bekerja mengantarkan ia sukses dalam membangun Bisnis dan kepiawaiannya berkomunikasi dan bersillaturrahim menjadikannya besar dan dikenal oleh banyak orang.

Pada akhirnya, H. Anif menjadi sosok yang mendedikasikan umurnya dan hartanya untuk selalu berbuat kebaikan dengan orang banyak. Bahkan di saat ia membantu orang lain yang kesusahan ia terlihat seperti orang yang sama sekali tidak punya perhitungan. Ia yakin dengan janji Allah SWT bahwa berbagi itu akan melapangkan rizqi.

Begitu panjang dan berliku kisah hidup Bapak H. Anif yang menunjukkan bahwa ia adalah sosok pekerja keras, jujur dan terbuka, serta dermawan atau suka membantu orang lain. Kita bisa dapatkan banyak pelajaran yang berharga yang terlahir dari pengalaman-pengalaman hidup beliau baik sebagai sosok Ayah, sosok pengusaha sukses ataupun sosoknya sebagai orang yang selalu menebar keperdulian dengan sesama yang tidak memandang latar belakang siapakah itu orang-orang yang dibantunya.

Allah SWT berfirman: “Dan setiap ummat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaatpun.” (QS.Al-A’raf:34).

Pada hari Rabu, 25 Agustus 2021 di usia 82 Tahun, Bapak H. Anif bin H. Gulrangshah wafat. Ia menghadap Allah SWT dengan penuh bahagia, wajahnya begitu indah dipandang dan Insya Allah termasuk golongan hamba-Nya yang Husnul Khotimah (Wafat Dalam Kebaikan).

Haul Kesatu Almarhum Bapak H. Anif

Adapun kegiatan pada haul kesatu ini yang dilaksanakan pada Hari Kamis tanggal 25 Agustus 2021 dimulai dari I’tikaf di Mesjid Al-Musannif dan Sahur Bersama Puasa Sunnah Kamis (pukul 03.00-05.00), Sholat Shubuh berjemaah dan Taushiah oleh Ustadz H. Helmi Nasution (pukul 05.00-07.00), Mengkhatamkan Alqur’an bersama pondok-pondok dan rumah tahfiz Alqur’an (pukul 09.00-12.00), Sholat Zhuhur berjemaah, Dzikir, Muhasabah dan Doa bersama Majlis-majlis Dzikir (pukul 12.30-15.30), Sholat Ashar Berjemaah (pukul 15.30-15.45), Sholat Maghrib Berjemaah, Pembacaan Yasin, Takhtim, Tahlil dan Do’a (pukul 18.40-19.50), Sholat Isya Berjemaah dan dilanjutkan acara puncak Haul Kesatu, Pembacaan ayat suci Alquran oleh Qari Internasional H. Ahmad Khairi Novandra, pembacaan Kaifiat dan Do’a Serta Sholawat dan diakhiri dengan taushiah oleh Al-Ustadz Derry Sulaiman. Kegiatan haul ini juga dihadiri oleh Sheikh Sayyid Afeefuddin Al-Jailani dan Tuan Guru Besilam Dr. H. Zikmal Fuad, MA. (pukul 19.50-selesai)

Filosofi Hidup Ikhlash Bapak H. Anif

Allah SWT berfirman: “Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlash menaati-Nya semata-mata karena menjalankan agama.” Rasulullah Saw Bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk tubuhmu dan tidakpula menilai wajahmu, tetapi Allah menilai keikhlasan hatimu.” (HR.Muslim) Imam Al-Ghazali yang dikenal sebagai Hujjatul Islam, pernah berkata: “Manusia dalam segala amalnya haruslah suci dan ikhlash semata karena Allah. Manusia akan mendapatkan ketenangan ketika segalanya didasari dengan keikhlasan.”

Ikhlash memang diperlukan untuk menata kehidupan ini menjadi lebih baik. Penegasan Islam dalam menuntut ikhlash dan pemurnian serta pelurusan niat bukanlah omong kosong. Sebab kehidupan itu tidak akan berjalan mulus dan lurus tanpa adanya orang-orang yang ikhlash.

Di dalam kehidupan ini, kita melihat sekian banyak bencana dan krisis yang menimpa umat, disebabkan adanya beberapa gelintir orang yang tidak mengharapkan keridhaan Allah. Mereka tidak perduli dengan kesulitan dan kesusahan orang lain karena matanya telah tertutup oleh nafsu duniawinya.

Sedangkan orang yang ikhlash karena Allah tidak pernah merasa dirinya lemah karena ancaman, tidak menjadi hina karena kerakusan dan tidak bisa dicegah karena rasa takut. Contohnya Nabi, ketika ditawari kekuasaan, harta, wanita agar meninggalkan dakwahnya, beliau mengatakan : “Demi Allah, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kiriku dan bulan di tangan kananku, aku tidak akan meninggalkan perjuangan ini. ”Sesuatu amal yang dilandasi dengan keikhlasan akan membuahkan banyak kebaikan di tengah kehidupan saat ini dan juga kehidupan di masa yang akan datang.

Almarhum Bapak H. Anif bin H. Gulrangshah yakin bahwa hidup ikhlash pasti akan membuat hidup bahagia. Ia paham betul, sebuah kehidupan harus menjadi manfaat bagi kehidupan lain. Ia selalu berpesan: “Tidak ada manusia yang sempurna tetapi kita bisa berusaha untuk menjadi manusia yang lebih baik dari hari ke hari.”

Memang setahun sudah bapak H. Anif telah tiada meninggalkan dunia yang fana ini, namun ia seperti masih bersama dengan kita karena kenangan-kenangan terbaiknya yang masih terus kita rasakan sampai saat ini. Dalam QS. Asy-Syu’ara: 84 Allah menerangkan tentang Do’anya Nabi Ibrahim AS: “Dan jadikanlah aku buah tutur kata yang baik bagi orang-orang yang datang kemudian.” Semoga almarhum Bapak H. Anif adalah termasuk dari seperti do’anya nabi Ibrahim ini. Ia akan terus dikenang dengan kebaikannya sehingga pahala kebaikan itu akan terus mengalir kepada almarhum. Aamiin.

Oleh: Dr. H. Sugeng Wanto, S.Ag., M.Ag.
Pimpinan Pondok Pusat Kampung Qur’ani-Bandar Setia, Dosen UIN Sumatera Utara Medan dan Sekretaris Bidang Dakwah MUI Sumatera Utara

- Advertisement -

Berita Terkini