Zelensky Kena Jebakan NATO yang Lemah: Ukraina Akan Terhapus dari Peta Eropa

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – William Scott Ritter Jr., intelijen Amerika Serikat dan inspektor senjata PBB di Irak (1991-1998) berbicara tentang kenyataan yang harus dihadapi NATO setelah serangan Rusia di Ukraina.

Militer Ukraina tidak mampu menghadapi operasi besar Rusia ini. Retorika NATO dipercaya Ukraiana. NATO telah melatih militer Ukraina untuk menggunakan senjata NATO, namun kini gudang senjata telah dihancurkan oleh Rusia.

Kini, militer Ukraina tidak bisa berkomunikasi, maupun bergerak. Hidup atau mati menjadi pilihan.

Putin bilang operasi ini bertujuan untuk melucuti kemampuan militer Ukraina dan mengusir unsur Nazi yang ada di Ukraina. Artinya, di dalam pikiran Putin, militer Ukraina sudah tidak akan ada lagi, dan pemerintah Ukraina sudah hilang, sebab Putin telah mencap pemerintahannya sebagai rezim Nazi.

Ritter menyebut militer Ukraina disusupi kaum radikal yang setia kepada pentolan ultranasionalis Ukraina, Stepen Bandera yang berperang bersama Nazi pada PD II. Bagi Rusia situasi perang PD II di Ukraina menjadi masalah besar bagi Rusia, sebab 30 juta orang tewas saat itu. Dan Barat tidak mengerti betapa situasi ini menggema dalam psikis Rusia.

Kemampuan militer Rusia dan persoalan psikis Rusia menjadi peringatan besar bagi Barat.  Karena kemampuan militer NATO membusuk selama 20 tahun terakhir. Rusia membuktikan kemampuan militer modern dengan senjata gabungan, NATO praktis tidak mampu menghadapi.

Keinginan Ukraina menjadi anggota NATO merupakan ancaman besar bagi Rusia. Rusia ingin NATO mundur ke perbatasannya sebelum tahun 1997. Rusia tidak memerbolehkan pasukan non-Baltik ada dalam negara-negara Baltik, dan kapasitas rudal anti-balistik harus ditarik dari Polandia dan Romania.

Putin tidak menerima kalau perbatasan di wilayah Slavik ditentukan oleh Barat. Dia sudah menolak upaya Uni Eropa untuk mendikte hasil pemilihan di Agustus 2020 di Belarus, dan sebagai jawaban telah menempatkan pasukan tank di Belarus secara permanen.

Ini menjamin Belarus akan menjadi negara Slavik yang sejalan dengan Moskow. Sekarang di Ukraina Putin sedang menghapus semua struktur yang pro-Barat, seperti neo-nazi dan unsur garis keras yang terpusat di Lviv, yang diprediski akan mati, ditahan, atau lari ke Polandia.

Ritter telah bilang kalau Ukraina tidak mengerti apa yang akan terjadi, dia tidak akan eksis lagi sebagai negara modern seperti sekarang, dan itu sudah terjadi. Sekarang Rusia akan menentukan perbatasan di wilayah Slavik.

Menurut Ritter, hukum internasional tidak mengakomodasi NATO, yang berdiri di luar kerangka Piagam PBB, di luar kerangka hukum internasional. Ritter memertanyakan orang yang peduli tentang hukum internasional ketika NATO membuat negara Kosovo, yang dipisahkan dari Serbia. Sekarang Rusia melakukan pola yang sama untuk menciptakan Lugansk dan Donetsk.

Selain itu, Perjanjian Minsk tidak lagi relevan. Orang Ukraina sudah berupaya mempertahankan perjanjian Minks. Amerika, Jerman, Prancis, Inggris tidak cukup menekan Rusia dan Ukraina, dan bahkan bilang perjanjian itu tidak adil

Pihak Rusia tidak ingin menduduki Ukraina. Mereka akan mengakhiri pemerintahan, melucuti senjata Ukraina, dan menempatkan pemerintahan baru yang akan menciptakan militer baru yang mirip dengan militer Belarus yang akan menyalin kerjasama dengan militer Rusia.

Akan ada pemerintahan baru, konstitusi baru, dan konsep baru tentang Ukraina. Dia akan menjadi negara Slavik sekunder yang mengikuti kemauan Moskow.

Jadi maksud dan tujuan Putin bukan misteri. Tujuannya sudah tertuang dalam draf dua perjanjian yang Rusia memberikan AS dan NATO pada Desember lalu. Kepentingan keamanan nasional Rusia menuntut Ukraina tidak boleh menjadi anggota NATO. Ukraina dulu punya peluang menjadi negara yang netral, tapi menolak. Sekarang mereka akan menjadi negara pro-Rusia, tidak pernah akan gabung dengan NATO, dan itu kenyataan yang baru.

Sanksi terhadap Rusia akan menjadi pil bunuh diri. Kalau sistem perbankan SWIFT dimatikan untuk Rusia, Rusia bisa jadi akan mematikan gas dan minyak. Kalau SWIFT dimatikan, keamanan energi global akan runtuh dan harga minyak bumi akan melonjak, Eropa akan tutup, ekonominya akan hancur.

Menurut Ritter, Rusia mempersiapkan diri bertahun-tahun untuk menghadapi ini. Mereka mengurangi hutang negara, meningkatkan cadangan emas dan valuta. Mereka juga punya hubungan di luar sistem
SWIFT. Jadi Rusia mampu bertahan melewati sanksi tersebut.

Pada tahun 2009, ada memorandum William Burns, Dubes AS di Moskow, yang sekarang menjadi Direktur CIA. Setelah NATO mengundang Ukraina dan Georgia menjadi anggota, Burns menulis peringatan bahwa Rusia bilang ini adalah garis merah dan mereka serius, tetapi dia tidak didengar.

Ukraina dan Georgia tidak pernah akan menjadi anggota NATO, sebab ada syarat untuk bergabung yang mengatakan bahwa keanggotaan baru harus meningkatkan keamanan persekutuan NATO. NATO kehilangan alasannya untuk eksis ketika Perang Dingin berakhir, ketika Uni Soviet kolaps dan Pakta Warsawa hancur.

Ukraina dan Georgia tidak mengindahkan janji mereka ke Presiden Soviet Gorbachev, yang setuju menarik pasukan kalau pasukan NATO tidak masuk bagian timur Jerman, atau melewati Sungai Elba dan seterusnya.

Banyak bilang janji ini hanya lisan, tapi sekarang ternyata ada secara tertulis, menurut Ritter. NATO mengklaim mereka adalah persekutuan untuk pertahanan. Namun mereka mengebom negara Slavik Belgrade pada tahun 1999, mengirim misi latihan ke Irak tahun 2004, dan anggota NATO terlibat invasi Irak pada 2003, sebuah negara yang diduduki berdasarkan perang agresi ilegal.

NATO juga terlibat di Afghanistan dan melakukan operasi militer yang agresif di Libya. Selain itu, mereka menjajaki kemitraan di Afrika Utara dan membuka kantor di Teluk Persia. Juga ada pembicaraan untuk beroperasi di wilayah Pasifik, untuk melawan China. NATO ingin memperluas pengaruhnya, dengan sejarah operasi pergantian rezim di negara-negara yang dipandang sebagai ancaman.

Sekarang NATO sebut ancaman terbesar mereka adalah Rusia. NATO adalah pil bunuh diri bagi Eropa.
Ritter memberikan nasihat, sebaiknya kata-kata presiden Rusia didengar dengan seksama oleh Ukraina.

Kalau didengar dan tindakan tepat diambil, perang ini dapat segera berakhir, tetapi sekarang sudah terlambat. Ukraina tidak akan eksis adalah harga yang harus dibayar dari kepala batu Zelensky dan kemampuan NATO yang tidak mumpuni.

Oleh: Ninoy Karundeng

 

- Advertisement -

Berita Terkini