Agung Wibawanto Kritik Jawaban Anies Dalam Mengatasi Banjir Seperti Anak TK

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Jakarta – Menanggapi jawaban-jawaban Anies dalam mengatasi banjir di Jakarta, Agung Wibawanto merasa ada yang aneh.

“Aneh saja. Jawabannya lucu-lucu seperti anak TK. Perhatikan saja,” ujar Agung kepada mudanews.com, Selasa (9/11/2021).

Dalam beberapa kesempatan memang Anies menanggapi banjir yang terjadi di wilayahnya.

Menurut Agung lagi, sejak awal Anies mengatakan bahwa air hujan harus dimasukkan ke dalam tanah, bukan ke gorong-gorong lalu dibuang ke laut, sudah menunjukkan sesat pikir.

“Meski seolah benar dan logis, namun itu sesat pikir. Yang saya tidak habis pikir, kampus di Jakarta kan banyak ya? Artinya banyak orang pintar bin cerdas tapi dibuat melongo semua oleh ocehannya Anies,” tutur Agung.

“Saya juga gak tau kenapa? Kenapa mereka semua seolah diam atau mendiamkan saja. Takut, sungkan atau apa?” Tanya Agung. Lebih lanjut Agung mengkritisi beberapa kebijakan Anies dalam mengatasi banjir Jakarta. Menurutnya sejak tahun pertama menjabat, Anies sudah membangkang untuk tidak melanjutkan normalisasi sungai.

Konsep yang ditawarkannya adalah naturalisasi itu pun tidak jalan dan tidak terbukti mengatasi banjir. Lalu anehnya, Anies melebarkan trotoar dengan menghilangkan banyak pohon sebagai area hijau yang mampu menyerap air. PKL difasilitasi untuk memenuhi sisi trotoar tadi menyebabkan banyak sampah menyumpal gorong-gorong.

Hampir tidak pernah terlihat adanya pembersihan rutin gorong-gorong dari sampah yang sudah menyumbatnya. Pompa air yang di zaman Jokowi maupun Ahok begitu diutamakan tidak pernah dirawat, hingga saatnya dipakai mengalami kerusakan.

“Anies hanya yakin kepada sunatullah air jatuh dan masuk ke dalam tanah, entah bagaimana caranya? Jadi sepertinya ada semacam pembiaran terjadinya banjir. Rakyat cukup dihimbau untuk mengungsi dan bersabar. Toh cepat atau lambat banjir akan surut. Ya, begitu kira-kira,” tambah Agung.

Selain itu juga ada kebijakan membeli TOA untuk memperingatkan warga akan bahaya banjir. “Ini kan langkah strategis apa? Anak-anak TK juga bisa kalau cuma mengingatkan. Bukankah ini hanya menghambur-hamburkan anggaran uang rakyat? Lihat saja budget nya berapa? Tidak sedikit,” sesal Agung.

Program pembuatan sumur resapan pun setali tiga uang yang menurut Agung hanya penghamburan anggaran karena perencanaan nya tidak strategis tidak jelas. Terbukti dari sekian ribu titik baru berapa puluh yang dikerjakan, selama 4 tahun pemerintahannya. Cara pengerjaannya pun, menurut Agung, terlihat asal-asalan tanpa mengindahkan ilmu pengetahuan.

“Membuat sumur resapan di bawah tiang penyangga flying over, yang benar saja? Lalu bikin sumur resapan di atas trotoar. Ya, kita hanya tertawa saja ada gubernur punya kerja seperti itu. Dan sekali lagi orang-orang cerdas di kampus Jakarta hanya diam saja,” tutur Agung sembari tertawa.

Komentar yang dilontarkan Anies pun bagi Agung sangat tidak elegan, seolah polos namun sesungguhnya naif. Berikut beberapa komentar Anies yang sempat ditirukan Agung, “Banjir akan hilang kalau airnya mulai surut,” adapula menunjukkan ketidak-pekaan Anies, “Lihatlah anak-anak bahagia kok mereka bermain air dengan riangnya,” atau pula saat banjir belum surut dikatakan, “Airnya kebanyakan.”

Agung pun menyimpulkan, bahwa, “Pertama, Anies dan TGUPP itu tidak bisa bekerja cerdas. Saya gak tahu berapa banyak orang waras di TGUPP? Kedua, Anies royal menyerap anggaran untuk sesuatu yang tidak jelas dan tanpa hasil untuk mengatasi banjir Jakarta. Ketiga, Anies sebenarnya tidak pernah perduli dengan kehancuran Jakarta dan penderitaan rakyatnya. Keempat, orang-orang pintar di Jakarta hanya diam saja dilecehkan nalar berpikirnya,” tutup Agung. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini