Cerpen : Ujang Dirindukan Umat

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Namanya Ujang mahasiswa semester akhir. Saat ini ia sedang sibuk mengerjakan skripsi buatannya yang tak kunjung selesai. Kira-kira 7 bulan lagi, ia di DO karena semesternya sudah sangat melelahkan melebihi mahasiswa abadi. Mengalahkan siapapun yang paling Corot meneguk semester dibangku kuliah.

Ia adalah kader, seluruh hidup dan aktifitasnya terkhidmad untuk organisasi yang digelutinnya. Ayah Ujang adalah seorang kepala Dusun. Ia sudah putus asa mengingatkan Ujang akan aktifitasnya yang menyita hampir seluruh waktu dalam hidupnya. Jangan tanya bagaimana pergaulan Ujang. Mulai dari ketua kelas sampai ketua pimpinan pusat dari berbagai organisasi, para pejabat dan birokrasi, pimpinan daerah dan masih banyak lagi relasi-relasi pentingnya.

Namun sang ayah bersedih, suatu ketika ia melihat ruang kamar Ujang. Anak bungsunya itu tidak berada di sana. Ia lagi teriak-teriak di jalan, memegang toa, ditendang-tendang Satpol PP. Dikejar-kejar pak polisi. Ia sedang berjuang untuk kesejahteraan kaum buruh yang tertindas. Dia memimpin gelombang protes yang terdiri dari ratusan masa mahasiswa dan federasi buruh.

Pukul 16.00 WIB, ayah Ujang melihat arloji tua ditangannya. Sebelum pergi tadi Ujang berjanji pulang lebih awal. Pak Tohir, sang ayah tak pernah memohon kali ini kepada Ujang untuk pulang lebih awal. Ia ingin melihat anaknya tampil mengisi pengajian di mushola kampung tempat tinggal Ujang dan ayahnya. Karena beberapa hari yang lalu bisik-bisik warga tentang Ujang menggelitik jiwa Pak Tohir.

Wak Tohir.. Ujang kan mahasiswa jurusan dakwah. cobalah sesekali dia ceramah di mushola kita, kek. atau ngisi pengajian rutin. Di sini kurang sekali ustadz. Kalau ada kegiatan keagamaan selalu mengundang ustadz luar. Cobalah uwak lihat, kasihan anak-anak itu, mereka butuh guru ngaji, kalau magrib mereka berkeliaran ke sana kemari. Alangkah baiknya kalau ada guru ngaji yang mengajari mereka. Demikianlah sepenggal dialog antara pak Tohir dan Usman Nazir Mushola sewaktu ketika.

Dari pagi hingga sore Ujang tak kunjung pulang. Maghrib pun tiba hingga Isya. ia tak kunjung pulang. Pak Tohir bermuram durja. Ujang tak menepati janji. Jauh malam Ujang pun pulang. Perlahan pintu terbuka, tidak terkunci. Ujang dapati sang ayah tergeletak di kursi tertidur pulas. Agaknya lelah menunggu Ujang. Timbul rencana Ujang. Ia mengambil Smartphone dikantung celananya lalu memotret sang ayah beberapa kali petikan. Tak lama kemudian ia posting di akun media sosialnya. Ia membubuhkan caption, begini tulisannya. Ayahku Idolaku!

Keesokan harinya ia pergi lagi tanpa pamit kepada ayahnya yang posisi tidurnya masih seperti tadi malam. Tanpa ia tahu ayahnya sudah menghembuskan nafasnya yang terakhir sekitar Enam jam yang lalu.

Ujang memang Kader yang dirindukan Umat

Penulis : Safawi al Jawy

- Advertisement -

Berita Terkini