Inflasi Masih Juga Belum Terlihat, Diprediksikan Lebaran Kali Ini Akan Dirayakan dengan Sederhana

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Dari hasil studi yang saya lakukan, dimulai dari tren pergerakan harga yang cenderung turun sejak Ramadan. Diikuti dengan penjualan sejumlah kebutuhan bahan pangan pokok yang tidak mengalami lompatan, penjualan kebutuhan sandang yang sejauh ini diproyeksikan akan lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya, atau bahkan sebelum masa pandemi. Serta diikuti dengan minat belanja masyarakat yang menurun.

Hal itu disampaikan Pengamat Ekonomi Gunawan Benjamin di Medan, Sumatera Utara, Rabu (12/4/2023).

“Maka saya berkesimpulan bahwa perayaan lebaran tahun ini akan dilakukan dengan cara yang lebih sederhana dibandingkan dengan tahun sebelumnya, atau bahkan sebelum masa pandemi. Banyak masyarakat yang tidak memiliki persiapan khusus untuk merayakan lebaran. Kecuali agenda mudik atau pulang kampung yang menjadi skala prioritas Idul Fitri di tahun ini,” kata Benjamin.

Benjamin menambahkan, sehingga mobilitas masyarakat akan tetap terlihat, karena silaturahmi selama perayaan Idul Fitri tetap akan tergambar dengan keramaian. Namun mobilitas atau keramaian tersebut tidak akan dibarengi dengan lompatan konsumsi atau belanja masyarakat yang lebih tinggi dari tahun kemarin. Dan akar masalah dari ini semua adalah dampak dari resesi ekonomi global yang akan menghantam banyak Negara di dunia termasuk Negara maju, namun dampaknya (spillover) sudah kita rasakan di tanah air.

“Indonesia secara keseluruhan memang masih mampu tumbuh meskipun diproyeksikan akan melambat di tahun ini. Bahkan untuk Sumut sendiri saya masih mempertahankan bahwa skenario pertumbuhan ekonomi Sumut paling besar akan berada di level 4%, dan terburuknya ada di level 3.2% di tahun 2023 ini. Dan saya melihat tren pertumbuhannya sejauh ini sudah bergerak melambat, dibandingkan dengan kinerja ekonomi tahun 2022 yang masih mampu tumbuh 4.7%,” imbuhnya.

Perayaan lebaran tahun ini, sambungnya, harus menjadi kajian bagi pemerintah untuk memetakan masalah, serta mengeluarkan kebijakan untuk memitigasi kemungkinan dampak buruk yang lebih besar seiring dengan meningkatnya ancaman resesi global. Resesi sendiri akan dirasakan di Negara maju di pertengahan tahun ini. Namun itu hanya awal munculnya resesi, dan bisa berpeluang menjadi lebih buruk lagi nantinya.

“Bagi masyarakat, momen Ramadan dan lebaran tahun ini harus bisa dijadikan pembelajaran. Bahwa kekhusyukan menjalankan ibadah tetap bisa dilakukan, meskipun dengan daya beli yang mengalami penurunan. Karena substansi bulan Ramadan itu adalah beribadah, bukan konsumsi atau belanjanya atau bentuk lain yang cenderung menghamburkan uang,” tandasnya. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini