Sehari Setelah BI Rate Naik, US Dolar Tidak Bergeming, Rupiah Masih Dalam Tekanan

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Sehari setelah BI rate dinaikkan, kinerja mata uang rupiah tidak mengalami perubahan besar. Masih dalam tekanan dan ditransaksikan dikisaran level 15.680-an di sesi perdagangan sore. Bahkan selama sesi perdagangan Rupiah kerap diatas 15.700. Sementara untuk US Dolar Index sendiri masih berkutat di level 106-an atau tepatnya berada dikisaran level 106.72 pada perdagangan sore ini.

Hal itu dijelaskan Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin di Medan, Sumatera Utara, Jumat (18/11/2022).

“Mata uang rupiah pada hari ini bahkan terlihat seperti bergerak anomali jika membandingkannya dengan kinerja mata uang lainnya seperti Yen, Yuan, maupun Dolar Singapura. Kenaikan BI rate belum sepenuhnya menghilangkan tekanan pada mata uang Rupiah sejauh ini. Kinerja mata uang rupiah jelas lebih buruk dari akhir pekan sebelumnya yang mampu diperdagangkan dibawah level 15.500 per US Dolar,” kata Benjamin.

Sementara itu, jelas Benjamin, IHSG pada perdagangan hari ini ditutup menguat 0.53% di level 7.082,18. IHSG pada akhir pekan ini sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan kinerja akhir pekan sebelumnya di level 7.089,21. Untuk IHSG sendiri masih kesulitan untuk menembus level psikologis 7.100 dan kerap terkoreksi bila sudah menyentuh level tersebut.

“Berbeda dengan IHSG dan Rupiah, harga emas lebih beruntung pada akhir pekan ini karena diperdagangkan lebih tinggi dibandingkan akhir pekan sebelumnya. Harga emas ditransaksikan di kisaran harga $1.761 per ons troy, lebih tinggi dibandingkan sepekan lalu yang sempat berada dikisaran $1.757 per ons troynya,” jelas Benjamin.

Bahkan, lanjut Benjamin, harga emas sempat menyentuh $1.780 per ons troy di pekan ini. Snetimen penggerak pasar sejauh ini masih dimotori oleh arah kebijakan The FED atau Bank Sentra AS kedepan yang diyakini masih akan menaikkan suku bung acuannya. Meskipun agresifitasnya diperkirakan akan menurun nantinya.

“Secara keseluruhan kita harus bersiap dengan kemungkinan bahwa US Dolar masih akan berpeluang menekan pasar keuangan global nantinya. Sekalipun data ekonomi AS memburuk atau AS bahkan diproyeksikan masuk dalam jurang resesi. Akan tetapi bukan berarti data ekonomi kita yang lebih baik akan membuat pelaku pasar masuk kepasar keuangan di tanah air,” tambah Benjamin.

Dijelaskannya, karena kenaikan suku bunga acuan yang dilakukan oleh AS merupakan beban yang akan ditanggung oleh seeua Negara termasuk Indonesia. Bebannya bukan hanya kenaikan bunga acuan saja yang memang terjadi banyak Negara belakangan ini. Tetapi dampak dari kenaikan bunga acuan terhadap inflasi juga akan dirasakan disini. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini