Ekonomi Global Dibanjiri Sentimen Buruk, IHSG dan Rupiah Hingga Harga Emas Terpuruk

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Data laju tekanan inflasi di AS pada bulan September pada dasarnya lebih baik dibandingkan realisasi data inflasi AS pada bulan Agustus.

“Secara tahunan (YoY), inflasi di AS pada bulan September sebesar 8.2%, lebih rendah dibandingkan sebulan sebelumnya di level 8.3%. Hanya saja realisasi inflasi tersebut masih lebih tinggi dari ekspektasi sebelumnya dilevel 8.1%,” kata Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin di Medan, Jumat (14/10/2022).

Pasar saham global merespon positif rilis data inflasi AS tersebut. Meskipun pada dasarnya realisasi inflasi di AS tetap tinggi, dan tetap akan membuat Bank Sentral AS (The FED) menaikkan bunga acuan.

“Akan tetapi harapan kenaikan bunga acuan The FED sedikit memudar, dari ekspektasi kenaikan sebesar 75 basis poin menjadi 50 basis poin saat ini,” kata Benjamin.

Namun, lanjutnya, membaiknya kinerja pasar saham global tersebut justru tidak diikuti oleh kinerja IHSG. Pada perdagangan akhir pekan ini IHSG justru turun tajam 0.96% di level 6.814,53.

“Dan kinerja IHSG pada akhir pekan ini terpaut cukup jauh dibandingkan dengan penutupan akhir pekan lalu di level 7.026,78. Secara teknikal ada posisi support double bottom yang tengah dituju oleh IHSG. Yakni dikisaran angka psikologis 6.600,” imbuhnya.

Selain IHSG, kata Benjamin, mata uang rupiah juga diperdagangkan melemah pada perdagangan akhir pekan ini. Rupiah ditransaksikan dikisaran level 15.432 per US Dolar.

“Kinerjanya masih lebih buruk dibandingkan dengan posisi akhir pekan sebelumnya di level 15.237 per US Dolar. Dan pada dasarnya pelemahan mata uang Rupiah sejauh ini masih lebih baik dibandingkan dengan banyak mata uang Negara lainnya,” sambung Benjamin.

Lebih lanjut dikatakan Benjamin, bisa saja dengan pelemahan sejumlah mata uang utama dunia terhadap US Dolar, Rupiah tengah mencari titik keseimbangan baru.

“Meskipun dengan kecenderungan melemah terhadap US Dolar. Hanya saja belakangan ini ada banyak kombinasi sentimen negatif yang bisa memicu terjadinya tekanan pada pasar keuangan kita kedepan,” kata Benjamin.

Lanjut Benjamin, mulai dari ancaman sektor keuangan seiring dengan kenaikan suku bunga acuan The FED, kenaikan harga enerji dan bahan pangan. Intinya badai krisis multidimensi yang bisa menekan pasar keuangan kita. Dan ada faktor non ekonomi yang menyulut badai ekonomi, yakni tensi geopolitik (perang) yang kian berkecamuk. Jadi pasar keuangan global tanpa terkecuali pasar keuangan domestik masih rawan mengalami koreksi.

“Di sisi lain, harga emas dunia pada akhir pekan ini ditransaksikan di kisaran level $1.660 per ons troy. Mengalami penurunan dan cukup signifikan dibandingkan dengan posisi akhir pekan sebelumnya dikisaran $1.712 per ons troy. Harga emas dalam rupiah saat ini berada dikisaran angka 826 ribu per gramnya,” imbuhnya. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini