Jelang Idul Adha, Penjualan Sapi Diperkirakan Turun 33%

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Idul Adha sebentar lagi. Idul Adha yang nantinya jatuh pada tanggal 31 juli, biasanya identik dengan pembagian daging kurban yang jamak dilakukan oleh masyarakat muslim. Tetapi lebaran haji tahun ini menyisahkan masalah besar, dimana covid 19 secara langsung telah merubah tatanan sosial ekonomi masyarakat kita.

“Untuk tahun ini, diperkirakan jumlah hewan kurban yang akan disembelih turun dalam rentang 28% hingga 33% di bandingkan tahun sebelumnya. Dari beberapa agen penjual hewan kurban, mendekati idul adha ini mereka menyatakan, orderan untuk hewan kurban masih baru sekitar 60% dibandingkan realisasi tahun sebelumnya,” ujar Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin di Medan, Rabu (22/7/2020) di Medan.

Sebagai gambaran, kata Gunawan, seorang agen hewan kurban yang tahun lalu bisa menjual 170 ekor sapi selama Idul Adha. Saat ini agen tersebut baru menerima order penjualan sapinya di bawah 100 ekor. Padahal menurut hitungan yang kita lakukan, seharusnya jika kondisi normal saja, pesanan sapinya seharusnya sudah mencapai 140 ekor disaat-saat seperti ini (sekitar 1 hingga 2 pekan sebelum hari H).

“Penjualan sapi salah satu responden yang kita teliti tersebut diperkirakan akan menjual 120 ekor saat Idul Adha nanti. Jadi ada penurunan sekitar 30% jika membandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya. Dan kabar yang tidak kalah buruk, penjualan sapi di sejumlah rumah pemotongan hewan belakangan ini juga mengalami penurunan,” paparnya.

Memasuki bulan Juli, rata-rata permintaan daging sapi menyusut 14% secara harian. Tren konsumsi daging sapi mengalami penurunan belakangan ini. Jelas ini indikasi yang kurang begitu baik. Karena konsumen terbesar daging sapi itu adalah pedagang bakso sekitar 70%, sisanya rumah makan, café, restoran dan rumah tangga.

“Penurunan konsumsi daging ini sangat erat kaitannya dengan masalah daya beli. Dan menurut hitungan saya, penurunan 14% konsumsi daging sapi secara harian itu akan mengurangi 1 orang pekerja di RPH. Dan dampak luasnya juga akan sangat terasa pada penurunan omset hingga PHK di level pedagang bakso, rumah makan, café hingga restoran,” kata Gunawan.

Ini gejala ada masalah di daya beli masyarakat kita. Daging merupakan komoditas yang kerap saya jadikan tolak ukur daya beli masyarakat. Karena semakin baik daya beli masyarakat. Akan semakin banyak konsumsi daging sapi atau makanan berkualitas lainnya.

“Untuk meminimalisir dampak ekonomi secara lebih luas. Saya menyarankan agar masyarakat mengkonsumsi daging sapi segar dibandingkan dengan daging beku. Karena daging sapi segar akan lebih banyak memberikan manfaat, seperti penyerapan tenaga kerja maupun perputaran uang yang lebih menguntungkan bagi ekonomi domestik,” tutup Gunawan. Berita Medan, red

- Advertisement -

Berita Terkini