ISNU Langkat, Laksanakan Ngaji Bareng Setiap Jumat Malam

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Langkat – Pengurus Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PC ISNU) Kabupaten Langkat melaksanakan kegiatan Ngaji Bareng setiap Jumat malam Sabtu di Gedung Utama Aula RSU Insani Stabat, Jumat (09/7/2021) pukul 20.30 WIB.

Penceramahnya Al Ustadz Kyai Dede Fahri Al Langkati Pimpinan Walimursyid Majelis Dzikir Shulukul Qolbun Salim An-Nahdliyin Sumatera Utara dengan thema Ngajinya Hindari Perpecahan Umat Islam dan Mengajak Umat Islam untuk Saling Bergandengan Tangan dengan Umat Beragama Lainnya.

Dalam penyampaian isi ceramah pandangan umum Kyai Dede Fahri Al Langkati bahwasanya hari-hari ini selalu saja muncul perdebatan tentang ulama dalam politik. Bagaimana jadinya jika seorang ulama ikut dalam kancah politik? Sejarah telah membutkikan bahwa ulama menjadi bagian penting dari kancah politik di Indonesia. Ulama merupakan faktor penting atas berdaulatnya Indonesia dalam masa-masa melawan penjajah kolonial dan sebelumnya.

Tetapi ulama waktu itu tidak menjadikan politik sebagai kendaraan untuk meraih kekuasaan. Ulama tetap bersahaja dengan keulamaannya. Misal tokoh perjuangan Jenderal Soedirman, dia adalah seorang ulama dan pejuang kemerdekaan. Bahkan Jenderal Soedirman sering dipanggil oleh masyarakat dengan sebutan “Mbah Kaji”.

Sehingga, selama masa perjuangan merebut kemerdekaan maupun mempertahankan kemerdekaan, ulama memiliki peran yang strategis. Saya mengatakan, tanpa ulama, perjuangan Indonesia untuk merdeka akan terseok. Jadi, jika mengacu pada bukti sejarah Indonesia, ulama tentu bisa bermain pada wilayah intra parlementer.

Tapi pada hari-hari ini, mengenai kontestasi politik Indonesia, ulama hanya digunakan untuk ban serep. Ulama hanya digunakan untuk mencari suara umat Islam baik dari kalangan Tradisionalis maupun Modernis. Jika ada kepentingan politis, ulama di rangkul jika selesai kontestasi politiknya ulama dilupakan.

Kondisi umat Islam sejak Orde Lama hingga kini masa transisi, dugaan hanya dijadikan sebagai kendaraan politik oleh para penguasa. Setelah kontestasi politik selesai, ulama dan umat Islam tidak juga memiliki peran signifikan.

Sementara Ketua PC ISNU Kabupaten Langkat Dhevan Efendi Rao SH SPd yang sering disapa Buya Dhev mengatakan, ada dua sumber perpecahan dan perselisihan umat Islam. Pertama, mencari keuntungannya sendiri-sendiri.

“Masing-masing atau oknum kelompok umat Islam melakukan berbagai macam cara untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompoknya. Mereka tidak peduli jika apa yang mereka lakukan itu menimbulkan perpecahan di tubuh umat Islam,” jelasnya.

Kedua, ketika orang-orang berperang dan berseteru, sambungnya, mereka lebih buas daripada binatang. Mereka jauh dari nilai-nilai syariah. Masing-masing memaksakan pendapatnya agar diterapkan kelompok lain. Di samping itu, mereka juga menyalahkan kelompok yang tidak sepaham dengannya.

Buya Dhev menyerukan kepada seluruh umat Islam untuk saling menghormati sehingga tercipta keharmonisan antar umat Islam, dan menjaga kerukunan umat beragama terkait dengan pihak-pihak yang berselisih dan berseteru.

Buya Dhev menyebutkan bahwa solusinya adalah masing-masing harus kembali kepada ajaran agama Islam yang luhur. “Persoalan umat seperti kemiskinan, keterbelakangan, dan masalah lainnya tidak akan dapat diselesaikan jika antar umat masih saling berselisih,” tuturnya. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini