Webinar JKM Indonesia-KAHMI: Menguatkan Jiwa Patriotik Melawan Pandemi COVID-19

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Peran CSO (Civil Society Organization) atau Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) dalam Pandemi Covid-19 merupakan panggilan patriotik, sebab banyak hal yang dapat dilakukan selain kepedulian langsung, juga memberikan edukasi, advokasi dan membangun tingkat kesadaran masyarakat atas wabah ini. Adalah tugas Organisasi Masyarakat Sipil di tengah-tengah masyarakat untuk mengambil peran yang lebih besar.

Ini adalah kata kunci kerjasama antara JKM dengan Kahmi Sumut mengadakan Webinar, ungkap Ir. Murlan Tamba, MM, Ketua Umum Majelis Wilayah Kahmi Sumut. Kegiatan bersama antara JKM Indonesia dengan KAHMI Sumut mengadakan Webinar diadakan pada Sabtu (4/7/2020) Malam, dengan menghadirkan berbagai ahli dan mendapat respon yang sangat besar.

Dr. dr. Delyuzar, M.Ked (PA), Sp.PA(K) menyatakan bahwa dalam menanggapi kesiapan sistem kesehatan. New normal akan berlaku jika kapasitas dan adaptasi sistem kesehatan di Indonesia sudah mendukung untuk pelayanan COVID-19 yang bukan tidak mungkin akan naik jika Pembatasan Sosial Bersakala Besar (PSBB) dilonggarkan.

Lebih jauh Direktur JKM Indonesia yang sekaligus sebagai Ketua bidang Kesehatan MW Kahmi Sumut mempertegas, bahwa jumlah test atau surveillance, yaitu kemampuan pemerintah untuk mengetes corona.

PSBB bisa dilonggarkan dan new normal bisa berlaku jika pemerintah bisa memenuhi target mengetes dengan kapasitas 10-12 ribu per hari. Setidaknya ada empat bagian besar aktor pembangunan.

Pertama, setiap individu wajib melakukan upaya yang melindungi diri dan sekitarnya melalui cara-cara seperti mencuci tangan, tidak menyentuh wajah, melakukan isolasi mandiri bila sakit, menjaga jarak fisik, dan membatasi perpindahan fisik.

Kedua, komunitas memastikan agar layanan publik dan terutama tambahan sumber daya dapat diterima oleh semua dengan prinsip kesetaraan, sesuai dengan konteks dan kebutuhan lokal.

Komunitas inilah yang memastikan perlindungan bagi kelompok rentan dan tenaga kesehatan serta penerapan pembatasan gerak dan penjagaan jarak.

Ketiga, pemerintah menjadi kompas dengan melakukan koordinasi di antara lembaganya dan menempatkan diri di atas tarikan berbagai kepentingan politik maupun kelompok agar serangkaian langkah kesehatan masyarakat bisa dikerjakan.

Keempat, kelompok masyarakat sipil terdiri atas dunia usaha, akademikus, media, dan organisasi kepemudaan. Merekalah yang merangkul individu dan komunitas untuk bergerak dalam harmoni dan mengisi kesenjangan dalam kebijakan maupun implementasinya.

Indonesia sejatinya mempunyai jejaring masyarakat sipil di sektor kesehatan maupun non-kesehatan yang kuat dan secara alamiah telah sejak dini melindungi kelompok rentan.

Sebagai contoh, Indonesia masih menjadi negara dengan beban tuberkulosis (TBC) tertinggi kedua di dunia. Masyarakat sipil berperan memastikan agar penderita TBC dengan resistansi obat mendapat perhatian secara terus-menerus.

Dalam pandemi, rasa kemanusiaan dan keberanian kita menjawab panggilan patriotik diuji. Memang bukan hal mudah untuk bekerja bersama di atas berbagai kepentingan, namun bukan berarti ini menjadi pembenaran untuk tidak berbuat lebih banyak lagi.

Dr. Khairani Sukatendel, Sp.OG(K), S.H, M.H.Kes. Pengurus MW Kahmi Sumut dan Manager Kespro JKM, dengan Judul: Konflik Covid 19: Antara Realitas dan Konspirasi.

“Diakui bahwa apa yang terjadi di awal antara percaya dengan tidak percaya adanya Covid ini di awal, dan yang menyatakan bahwa wabah ini bagian dari konspirasi. Alhamdulillah saat ini telah berangsur-angsur berkurang. Namun masyarakat harus terus diedukasi bahwa Covid-19 ini adalah kenyataan yang harus dihadapi dengan penerapan protokol kesehatan yang telah disiapkan untuk itu,” ujarnya.

Sementara itu Dr. R. Lia Kusumawati, MS. Sp.Mk (K), PhD. Manajer Penyakit Infeksi JKM. Ketua Tim Lab Covid-19 RS H. Adam Malik/FK-USU, dengan makalah: Diagnostik Laboratorium Covid-19 Antara Rapid Test dan SWAB RT-PCR.I.

Hasil Rapid Test belum tentu menujukkan seseorang positif Covid-19. Sebaliknya hasil rapid non-reaktif juga belum menunjukkan seseorang pasti negative Covid-19.

Hasil rapid test reaktif, selanjutnya dikonfirmasi dengan test Polymerase Chain Reaction (PCR) pada pasien, dengan hasil mungkin bisa positif Covid-19, atau bisa juga negatif.

Sebaliknya, hasil rapid test non-reaktif jika dilanjutkan dengan test PCR, mungkin bisa positif Covid-19 atau negative. Rapid test disebut skrinning, bukan diagnosis pasti. Hal ini perlu diberikan edukasi kepada masyarakat.

Dr. Ivana Alona, MPH., RS USU/FK USU, COD Coordinator JKM Indonesia, dengan judul: Epidemiologi dan Prediksi Covid 19.

Mengapa permodelan diperlukan, agar pengambilan kebijakan dapat menentukan intervensi yang paling sesuai dengan kondisi politik, layanan kesehatan, masyarakat dan lain-lain.

COD Coordiantro JKM ini menyimpulkan bahwa populasi yang digunakan pada model ini adalah Sumut secara keseluruhan. Setiap kota dan kabupaten belum tentu memiliki tingkat tes yang cukup dan angka mobilitas penduduk ke daerah masih tinggi.

Saat ini anak (usia proporsi 40%, masih dalam keadaan “terisolasi” dan diprediksi akan melanjutkan sekolah di awal tahun 2021, kemungkinan kasus akan meningkat sedikit jika vaksin belum ditemukan.

Pada simulasi ini jumlah kasus tanpa intervensi adalah 70,9% dan dengan intervensi menjadi 55,2% dari seluruh populasi Sumut hingga Maret 2021.

Hal ini dapat menurun jika intervensi semakin diperketat. Pada simulasi ini jumlah kematian akibat Covid-19 di Sumut berkurang sebanyak 4331 menjadi 15,920 hingga Maret 2021.

Hal ini dapat menurun, jika intervensi semakin diperketat, fasilitas kesehatan ditambah, pengobatan semakin menjanjikan, atau vaksin ditemukan. Tingkat pemeriksaan tergolong kurang dan tidak pasti sehingga kesesuaian antara prediksi dan kasus yang dilaporkan kurang sesuai. Pilihan intervensi dan dampak akan terus berubah seiring dengan perkembangan serologi, fasilitas kesehatan pengobatan, atau vaksin.

Kongsi Covid

Prof. Dr. dr. Rizanda Machmud, MPH., Guru Besar Universitas Andalas, Kordinator JKM Indonesia Sumatera Barat, dengan topik: Promosi Dan Advokasi Covid 19, menyampaikan bagaimana peran komunitas di garda terdepan.

Pengalaman di Kota Padang, yang disebut dengan Kongsi Covid, yakni adalah pembatasan sosial berbasis komunitas lokal yang lebih sustain karena perlu kewaspadaan yang terus terjaga.

Komunitas adalah garda terdepan yang selama ini dilupakan, lebih berdampak dan membangun solidaritas sosial dan gotong royong.

Kongsi Covid merupakan microlockdown unit di kelurahan/desa. Dimana kelurahan sebagai sharing center dari makanan obat-obatan dan informasi.

Manfaat dan dampak Kongsi Covid yakni:

  • Kongsi Covid menjaga area Klaster yang negatif tetap negatif.
  • Klaster yang ada warga positif diawasi menjadi negative.
  • Kongsi Covid dengan asas gotong royong maka fenomena terserah saja menjadi dikontrol dimasyarakat. (iv) Stigma Hilang dan (v) Timbul kepedulian – Kesehatan mental masyarakat.

Prof. Dr. dr. Masrul Muchtar, Sp.GK., Guru Besar Universitas Andalas, Advocate Advisor JKM Indonesia. KAHMI Sumbar, dengan judul Meningkatkan Imunitas Dengan Nutrisi yang Baik dan Perilaku Hidup Sehat.

Bertindak sebagai moderator: Drg. Sulfia Dewi Rambe, Presidium Forhati Sumut. Hadir dalam Webinar JKM Indonesia-KAHMI Sumut tersebut berbagai daerah dari Indonesia, MN Kahmi, MW Kahmi Sumsel, Sulsel, Bogor, Riau, Sumbar dan berbagai MD Kahmi di Sumut.

Juga disampaikan oleh Sekum MW Kahmi Sumut, Ir. Irwan Bahri hadir berbagai tokoh, Ketua Yayasan JKM Indonesia, Dr. Indra Utama, Majelis Penasehat dan Majelis Pakar KAHMI Sumut, Hamzah AR, Dr. Sulhati Syam, Ir. Ansahr M. Noor, M.M., Ir. Hasrul Hasan, M.M., dan juga dari DRD Sumut, Prof. Dr. Saad Afifuddin, beberapa Kadis Kesehatan di Sumut. Berita Medan, red

- Advertisement -

Berita Terkini