Agung Wibawanto: Tidak Perlu Diminta Mundur, 16 Oktober Fix Anies Lengser!

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, JAKARTA – Lembaran tahun 2022 baru dibuka beberapa hari, namun ada satu issue yang sudah ramai dibincangkan warga net. Bagi sebagian netizen pendoyan issue politik, terlebih warga Jakarta yang tidak termasuk dalam JKT 58, berita Gubernur Anies Baswedan selalu menjadi trending topic di jagad dunia Maya. Mulai dari ketidakmampuannya menangani banjir dan dianggap banjir sebagai anugerah.

Pengelolaan keuangan APBD yang amburadul sehingga muncul angka-angka mark up yang fantastis dalam pengajuan RAPBD. Kasus ‘penggundulan’ Monas, kasus Rumah DP 0%, kasus Formula E, kasus sumur resapan, dan masih banyak lagi yang membikin warga Jakarta merasa geregetan. Semua kegerahan yang bersifat kumulatif itu memuncak hingga pada pertanyaan “Kapan Anies lengser?”

Alih-alih berubah, Anies bergeming, bahkan kini ia tengah sibuk mempersiapkan diri untuk turut serta sebagai salah satu kontestan pemilihan presiden 2024. Jangankan menjawab, Anies justru melakukan banyak kunjungan ke daerah-daerah yang sama sekali tidak terkait dengan tugas dan fungsinya sebagai Gubernur DKI. Beberapa kasus dugaan korupsi telah dilaporkan hingga class action dilayangkan, namun Anies tetap melenggang.

Pengamat sosial politik dari Yogyakarta, Agung Wibawanto mengatakan bahwa posisi Anies memang masih kuat, “Ya itu maknanya posisi politik Anies itu masih kuat. Posisi kuat itu biasanya karena faktor figur, tapi juga bisa faktor sokongan atau dukungan politik dari orang-orang kuat juga,” demikian pendapat Agung kepada media, Rabu (5/1/2022). Siapa sebenarnya tokoh kuat di belakang Anies? Agung tidak menjawab tegas.

“Saya tidak berani menyebut siapa, tapi kita semua bisa melihat lah, siapa orang-orang yang dekat dengan Anies. Ada Jusuf Kala, ada Surya Paloh, ada PKS, ada pula kelompok Islam fundamentalis pimpinan Rizieq dll. Saya hanya berasumsi bahwa diantaranya kan bisa jadi adalah pendukung kuat Anies,” ucap Agung. Menurutnya lagi, politik tidak bisa disamakan dengan urusan di sektor lainnya dalam dunia masyarakat awam.

“Politik, apalagi tingkatnya nasional, sudah sangat kompleks urusannya. Gak bisa pakai logika awam lagi. Meski sudah ada bukti-bukti potensi koruptif, misalnya. Juga meski JK dan Surya Paloh atau Rizieq tidak memiliki kekuasaan riil saat ini, dalam kaitan posisi jabatan di pemerintah, namun tidak bisa begitu saja Anies terdongkel dari posisi Gubernur DKI, misalnya,” jelas Agung. Baginya, politik nasional akan menyangkut kepada hitung-hitungan politik sebagai eksesnya.

Namun begitu, Agung sangat yakin aparat, dalam hal ini KPK dan kepolisian juga kejaksaan sudah memiliki rencananya sendiri, “Mungkin ya, mungkin saja aparat sudah memiliki rencananya sendiri untuk memproses Anies setelah ia tidak menjabat sebagai Gubernur DKI lagi. Ini hanya soal waktu dan strategi saja. Bisa jadi aparat tidak ingin menimbulkan kegaduhan jika Anies diproses sekarang. Makanya saya agak riskan juga melihat peluang Anies di 2024,” tambah Agung.

Sebagai gambaran, Agung menjelaskan sebagai berikut, “Anies akan lengser nanti pada 16 Oktober mendatang. No debat, ini fix, karena perintah UU dia harus berhenti. Bagi seorang politikus yang ingin maju pada pilpres, panggung politik dan logistik itu adalah penting dan utama. Bayangkan Anies tidak punya panggung lagi nanti di akhir 2022, otomatis tidak ada sumber logistik. Kalau pun disebut ada penyokong, seberapa besar dan seberapa kuat dananya?”

Agung menambahkan, “Terlebih Anies tidak memiliki partai politik. Dia harus berjuang keras meyakinkan partai-partai, itupun harus koalisi, tidak mungkin hanya satu partai. Hanya PDIP yang bisa mengusung calon nya tanpa perlu koalisi, dan PDIP tidak tertarik dengan Anies. Berat sekali, karena biaya politik kita sangat besar, dan Anies tidak memiliki keunggulan apa-apa secara prestasi. Prediksi saya, masyarakat ke depan akan memilih calon dengan melihat hasil kerjanya seperti apa?” Ucap Agung.

PR terakhir Anies menurut Agung adalah menjamin bahwa dirinya bersih dari kasus dugaan praktik koruptif di masa jabatannya sebagai Gubernur DKI, “Jangan pula dia justru diproses KPK paska lengser jadi Gubernur. Taruhannya berat jika dia ngotot mau nyapres. Paling riil ya mendaftar menjadi cagub DKI lagi di tahun 2024 nanti. Itu pun kalau masih laku dan dianggap bersih dari kasus-kasus,” tutupnya. Agung menghimbau warga gak perlu repot minta Anies mundur, karena 16 Oktober fix Anies berhenti.

- Advertisement -

Berita Terkini