Soal Jokowi Lip Service, BEM UI: Bentuk Kritik, Bukan Makar atau Kudeta

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Jakarta – Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia atau BEM UI melontarkan kritik pada Presiden Jokowi. Dalam sebuah postingan di Instagram, BEM UI sebut Jokowi king of lip service.

Namun, berselang kemudian pihak rektorat Universitas Indonesia bereaksi terhadap postingan BEM UI yang mengkritik Presiden Jokowi. Dari surat berkop UI yang beredar, sejumlah pengurus BEM UI dipanggil oleh pihak kampus terkait postingan yang menyebut Jokowi lip service tersebut.

Ketua BEM UI Leon Alvinda Putra mengatakan, kritikan yang dilontarkan disebabkan karena banyak pernyataan Jokowi yang dianggap tidak sesuai. Leon mencontohkan, Jokowi pernah menyampaikan bakal merevisi UU ITE.

Namun, saat ini justru tersiar wacana akan menambah pasal di dalam UU tersebut.
“Yaitu bentuk kritik kami untuk pernyataan-pernyataan Presiden yang sayangnya tidak sesuai dengan pelaksanaan di lapangan. Misalnya terkait UU ITE, Presiden menyampaikan bahwa akan merevisi UU ITE. Namun, justru sekarang ada wacana untuk menambahkan pasal yang juga berpotensi untuk kemudian mengkriminalisasi itu Pasal 45 C,” kata Leon saat dihubungi, Minggu (27/6).

“Kemudian juga terkait demo, Presiden menyampaikan kangen didemo tapi ketika teman-teman masuk UI demo wisatawan 1 Mei, 30 orang ditangkap, diseret, dipukul oleh Polda Metro Jaya. Kemudian, tanggal 3 Mei salah satu mahasiswa UI, Ketua BEM Fakultas Hukum menjadi tersangka,” tambahnya.

Menurut dia, seharusnya pernyataan-pernyataan Presiden itu bisa dipertanggungjawabkan dengan tegas. Ia juga membantah bahwa kritik ini adalah upaya untuk menjatuhkan pemerintah.

“Jadi di sini kami ingin mengkritik seharusnya penyataan-pernyataan yang dikeluarkan Presiden itu bisa dipertanggungjawabkan dan dilaksanakan secara tegas,” ujarnya.

“Ya kita ingin mengkritik, bukan ingin menjatuhkan. Itu kan bentuk propaganda kritikan ya bukan kemudian ajakan makar atau kudeta. Itu dua hal yang berbeda dan kita juga tidak mau terpolarisasi kadrun atau pun cebong. Ini adalah bentuk kritikan dari mahasiswa gitu.” pungkasnya.

Sumber : KUMPARAN.COM

- Advertisement -

Berita Terkini