Taliban – Talibanisme – Talibanistik – Sebagaimana ISIS

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Oleh : Supriyanto Martosuwito

Taliban adalah bentukan Amerika dan Arab dalam rangka mencegah hegemoni Uni Soviet di Asia Tengah dan Jazirah Arab. Dengan mendanai dan mempersenjatai ISIS, Arab dan Amerika menghancurkan Irak dan Suriah. Dan lewat milisi Taliban menghancurkan Afganistan dan Pakistan.

Sebelum hancur lebur, dan warganya jadi pengungsi di Eropa dan negara tetangga lainnya, Suriah, Irak dan Afganistan adalah negara yang makmur dan indah. Tanah Suriah subur, pertanian maju dan menjadi pemasok bahan makanan untuk negeri negeri tetangganya di Timur Tengah. Masyarakatnya moderat seperti Indonesia.

Lalu muncul kelompok puritan Islam, kaum bersorban dan jenggotan melakukan revolusi – sebagaimana “revolusi akhlak” yang bulan lalu ditawarkan “imam besar” yang sekarang dibui di Polda Metro Jaya itu. Dan masyarakat mendadak berubah.

Gagasan mendamaikan Taliban dan FPI dengan negara – proyek yang sedang digagas kini – adalah memaksakan dan mengkompromikan hukum Islam puritan di era modern. Memaksakan hukum abad 6 Masehi ke masa abad 21.

Mereka adalah kumpulan orang orang yang merindu rindu zaman Nabi dan terus mendorong masyarakat Nusantara berkiblat ke sana, lewat perda perda syariah disini.

Di hari ini, ketika ilmuwan China dan Korea Selatan sedang berlomba limba membuat matahari buatan dan India sudah membuat satelit dan mengirim austronotnya ke luar angkasa – bahkan ikut mengkapling planet Mars – kita di sini masih ngurusi sunah berjengggot dan berdebat halal haram mengucapkan selamat Natal! Seminar aman nyaman poligami! Mengikuti peradaban Arab abad 6 masehi.

Hal Yang Harus Dipahami adalah milisi Taliban begitu cepat berkuasa di Afganistan disebabkan klas menengah moderat mereka cuek. Hedonis dan menolak politik seperti di sini, di Indonesia saat ini.

Antara 1960 – 1994 klas menengah Afganistan merasa baik baik saja. Nyaman nyaman saja, merasa politik tak ada hubungannya dengan kenyamanan mereka sampai tahu-tahu milisi menggedor rumah mereka melarang kaum perempuan keluar rumah, melarang mereka bekerja dan wajib ditutup sekujur tubuhnya.

Lihat saja Depok, pinggiran ibukota dengan kampus UI-nya yang modern – tapi nyatanya bisa dikuasai PKS turun temurun. PKS adalah kelompok puritan di ibukota yang berkiblat ke Ikhwanul Muslimin di Mesir – yang sampai kini masih menolak azas tunggal Pancasila.

Siapa bilang paham Taliban – paham Talibanisme dan pikiran pikiran Talibanistik belum masuk ke sini?

Wikipedia menulis, dari tahun 1996 hingga 2001, Taliban memegang kekuasaan atas sekitar tiga perempat Afghanistan dan menerapkan penafsiran yang ketat terhadap Syariah atau hukum Islam.

Taliban muncul pada tahun 1994 sebagai salah satu faksi terkemuka dalam Perang Saudara Afghanistan dan sebagian besar terdiri dari siswa (talib) dari daerah Pashtun di Afghanistan Timur dan Selatan yang telah dididik di sekolah Islam tradisional dan berperang selama Perang Soviet-Afghanistan .

Di bawah kepemimpinan Mohammed Omar, gerakan menyebar ke sebagian besar Afghanistan, merebut kekuasaan dari panglima perang Mujahidin.

The totaliter Emirat Islam Afghanistan didirikan pada tahun 1996 dan ibukota Afghanistan dipindahkan ke Kandahar. Taliban memegang kendali atas sebagian besar negara sampai digulingkan setelah invasi pimpinan Amerika ke Afghanistan pada bulan Desember 2001 setelah serangan 11 September.

Amerika yang melahirkan Taliban akhirnya harus menghancurkannya karena Amerika sudah tak diperlukan lagi. Hal yang sama dilakukan kepada ISIS kini. Terpenting : jazirah Arab sudah luluh lantak.

Puncaknya, pengakuan diplomatik formal atas pemerintah Taliban hanya diakui oleh tiga negara: Pakistan, Arab Saudi , dan Uni Emirat Arab. Kelompok ini kemudian bergabung kembali sebagai pemberontakan gerakan untuk melawan Amerika yang didukung administrasi Karzai dan NATO -LED Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) dalam Perang di Afghanistan .

Taliban telah dikecam secara internasional karena penegakan keras penafsiran mereka terhadap hukum Syariah Islam yang mengakibatkan perlakuan brutal terhadap banyak orang Afghanistan, terutama wanita.

Selama pemerintahan mereka dari tahun 1996 hingga 2001, Taliban dan sekutunya melakukan pembantaian terhadap warga sipil Afghanistan, menolak pasokan makanan PBB untuk 160.000 warga sipil yang kelaparan dan melakukan kebijakan bumi hangus membakar area luas tanah subur dan menghancurkan puluhan dari ribuan rumah.

Selama masa pemerintahan mereka, mereka melarang hobi dan kegiatan seperti terbang layang – layangdan memelihara burung sebagai hewan peliharaan dan secara diskriminatif menargetkan banyak etnis minoritas, termasuk Muslim Syiah, sementara penegakan lencana yang dapat diidentifikasi pada orang Hindu disamakan dengan perlakuan Nazi Jerman terhadap orang Yahudi.

Menurut PBB, Taliban dan sekutunya bertanggung jawab atas 76% korban sipil Afghanistan pada 2010, 80% pada 2011, dan 80% pada 2012.

Taliban juga terlibat dalam genosida budaya , menghancurkan banyak monumen termasuk yang terkenal berusia 1.500 tahun Buddha dari Bamiyan.

Ideologi Taliban telah digambarkan sebagai menggabungkan “inovatif” bentuk syariah hukum Islam berdasarkan Deobandi fundamentalisme dan militan Islamisme dan Salafi jihad dari Osama bin Laden dengan norma-norma sosial dan budaya Pashtun dikenal sebagai Pashtunwali karena sebagian besar Taliban adalah suku Pashtun.

Intelijen Antar-Layanan dan militer Pakistan secara luas dituduh oleh komunitas internasional dan pemerintah Afghanistan telah memberikan dukungan kepada Taliban selama pendirian dan masa kekuasaan mereka, dan terus mendukung Taliban selama pemberontakan.

Pakistan menyatakan bahwa mereka mencabut semua dukungan untuk kelompok itu setelah serangan 11 September.

Pada tahun 2001, dilaporkan 2.500 orang Arab di bawah komando pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden berjuang untuk Taliban.

Hal Mengerikan dari proyek ini adalah upaya penerapan perdamaian kita yang moderat dengan kelompok puritan. Karena mereka sudah jadi kekuatan tersendiri.

Di sini mereka dibiarkan membesar sebagaimana FPI – FUI dan HTI di masa pemerintahan SBY. Sel sel dan kader mereka sudah menduduki posisi kunci di semua lembaga pemerintah dan swasta kita.

Kalau Taliban berhak hidup di Afganistan maka ormas radikal seperti FPI dan Mujahidin berhak hidup di Indonesia.

Disana mereka bisa damai dan berdampingan, kok, mosok kita nggak?

Dan itu tinggal nunggu waktu mereka memenggal kepala kita. Karena mereka terus mencekoki anak anak kita dengan paham puritan mereka. Perda perda Syariah di berbagai kota dan provinsi adalah buktinya.

Sebagian Nusantara kita jadi jajahan Arab! Dikuasai Talibanisme, gaya hidup Talibanistik dalam bungkusan hal ikhwal yang serba “Syar’i” ala negeri Gurun Pasir di masa lalu.

Sudah ada yang terang terangan membawa Taliban ke sini.

Waspadalah! Wasadalah!! *

 

- Advertisement -

Berita Terkini