Jangan Berburuk Sangka (Perjalanan Bersama Ojek Online-4)

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Pada bagian terakhir kisah dan cerita pak Sopian, pengemudi ojek online yang saya tumpangi berkisah tentang perlunya kita untuk jangan berburuk sangka (su’udzan).

“Suatu ketika saya mendapatkan penumpang di dekat stasiun kereta api. Saya menghubungi calon penumpang saya untuk berjalan sedikit mengarah ke saya, karena di dekatnya ada Indomaret dan ada ojek pangkalan sehingga menyulitkan saya. Atas permintaan saya itu, ternyata calon penumpang saya itu menyatakan tidak bisa dan meminta saya yang harus persis menjemput di tempatnya itu. Bagaimana saya tidak kesal pak. Ini orang belagu dan sombong amat sih, jalan sedikit saja tidak mau. Begitu kisah pak Sopian.

“Mana bayar ojek onlinenya pake aplikasi ovo, ini pasti sombong dan pelit orangnya. Begitu saya berburuk sangka (su’udzon) pada calon penumpang saya itu pak,” terang pak Sopian.

“Tetapi alangkah terkejutnya saya pak, begitu saya dihadapan seorang anak muda yang calon penumpang saya itu ternyata dia tengah berdiri dengan bertumpu pada dua tongkat di kanan kirinya.”

“Maaf pak, saya belum bisa terlalu jauh berjalan karena kaki saya belum begitu kuat dan masih sakit karena habis kecelakaan saat saya mengendarai motor pak. Jadinya setiap hari saya bekerja naik ojek online dan kereta api” Begitu kata calon penumpang saya itu pak. Betapa merasa bersalahnya saya pak sudah berfikir buruk tentang calon penumpang saya itu.

“Tidak apa-apa mas, justru saya yang meminta maaf karena sudah berprasangka buruk (su’udzon) pada mas.” Begitu secara spontan saya meminta maaf kepada penumpang saya itu pak.

Sesampainya di komplek perumahan dan berhenti persis di depan rumah penumpang saya itu turun dan membayar lagi sejumlah uang kepada saya.

“Jangan mas, kan masnya sudah membayar saya pakai fasilitas ovo jadi tidak perlu bayar lagi.” Begitu tolak saya.

“Tidak apa-apa pak, ovonya itu fasilitas dari kantor saya sayang bila tidak dipakai. Dan ini bayaran langsung dari saya karena Bapak sudah antar saya sampai rumah.” Kata penumpang saya itu pak.

“Maaf mas saya sudah berburuk sangka (su’udzon) tadinya kepada mas.” Saya justru meminta maaf berkali-kali agar saya dimaafkan oleh anak muda yang menjadi penumpang saya itu pak.

Sejak itu saya berusaha dan berjanji pada diri saya agar saya tidak selalu berburuk sangka (su’udzon) pada orang lain pak. Tetapi harus berusaha berfikir positif dan berbaik sangka (husnudzon) kepada orang lain.

Dari pak Sopian saya tau kalau dia suka mangkal di tukang tahu di depan Masjid Al Falah Brigif Para Raider 17 KOSTRAD Kujang I dan sering sholat berjamaah di masjid tersebut. Sesekali bila saya di rumah berusaha untuk sholat berjamaah di Masjid tersebut bila tidak di Mushola Al Ikhlas dekat tempat tinggal saya agar saya bisa bertemu dengan pak Sopian dan bisa menceritakan kisah lain penuh hikmah.

Semoga kebahagiaan dan kesuksesan selalu kenyertai kita dalam menikmati rasa syukur kita atas kemerdekaan yang kita nikmati. Memerdekakan hati dengan amalan yang ikhlas dan berserah dan mohon pertolongan dan perlindungan dari Allah SWT. Aamiin! [WT, 16/08/2019]. Tamat.

Oleh: Wahyu Triono KS
Universitas Nasional, Founder SSDI dan LEADER Indonesia

- Advertisement -

Berita Terkini