Berteman Baik Dengan Kegagalan

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Kali pertama diri ini berkenalan dengan kegagalan adalah, saat ditolak ke SMA favorit di Banda Aceh. Padahal, target sudah dicanangkan dengan matang, proses dilakukan dengan kesungguhan, tetapi hasil terbaik yang sudah terpampang di depan mata, terpeleset dari harapan di detik-detik terakhir. Pastilah kita semua pernah merasakan hal serupa. Tapi, setiap peristiwa yang terjadi pada kita menyimpan rahasia dan mengajarkan nilai baru sebagai bekal untuk perjuangan lebih besar di masa hadapan.

Pelajaran pertama yang dapat dipetik dari kegagalan ini adalah: “Apa yang kita usahakan terlihat baik, belum tentu baik menurut Yang Maha Baik”.

Dan benar saja, tersangkut di pilihan kedua membuat diri ini berkenalan dengan dunia organisasi. Ketimbang hanya membangun benteng-benteng prestasi untuk pribadi sendiri, dunia organisasi ternyata melatih diri untuk menjadi penjembatan antara dua dunia, membudayakan diri untuk ikut menanggung beban orang lain serta menjadi pribadi yang rela terinjak-injak demi terjalin pertemuan, kesalingfahaman, dan pada akhirnya persaudaraan antar sesama.

Pun begitu, lagi-lagi kegagalan menghantui. Terlalu berfokus pada dunia sosial membuat diri ini kembali gagal diterima oleh institusi-institusi akademik pujaan di negeri ibu pertiwi. Bertahun-tahun lamanya kegagalan itu menginap berkepanjangan di sudut ingatan. Terekam jelas dalam ingatan bagaimana saat itu diri ini terdampar di sebuah kampus kecil dan berputar-putar dalam kitaran orang-orang yang tidak berani bermimpi besar, yang asyik masyuk dengan rutinitas membosankan tak menantang. Berbagai ikhtiar diri pun diusahakan dan do’a dipanjatkan agar dikeluarkan dari pusaran menjemukan ini.

Titik balik akhirnya memihak diri ini melalui pertemuan dengan macam-macam cerdik cendekiawan, jauhari, intelektualis, mualim, serta tokoh-tokoh nasional baik melalui kajian-kajian, seminar, lingkar diskusi, sarasehan pengajian maupun melalui bacaan-bacaan buku inspiratif mencerahkan. Puncak dari titik balik itu adalah saat dipertemukan dengan orang-orang baik di Dompet Dhuafa Parung Bogor dalam sebuah acara pelatihan nasional berjudulkan School for Nation Leader.

Pelajaran kedua kemudian disimpulkan dari serangkaian kegagalan yang menghantui diri sejak lama itu: “Selalu kemudikan hati kearah prasangka baik terhadap Yang Maha Melihat, karena diujung jalan yang penuh onak duri dan berliku itu, Ia menunggumu dengan ganjaran yang tak disangka-sangka”.

Benar saja, ikhtiar-ikhtiar yang dipelihara dalam masa-masa sulit tempo hari, kini menjelma menjadi kupu-kupu indah. Pun kegagalan kerap datang dan pergi, diri ini sekarang mengerti bahwa kegagalan merupakan sebuah keniscayaan dan berteman baik dengannya adalah sebuah keharusan. Diri ini gagal dan jatuh semangat dalam tes LPDP tahun 2016 diawal kelulusan S1. Tapi berpifikir positif dan berfikir bahwa ada yang lebih baik yang sedang dipersiapkan oleh yang Maha Melindungi daripada langsung berangkat menempuh studi ke luar negeri tanpa persiapan. Benar adanya, Dompet Dhuafa kembali menyatukan sisa-sisa semangat diri ini yang telah tercerai berai melalui beasiswa penuh pelatihan persiapan IELTS yang diadakan oleh orang-orang baik dari divisi pendidikan Beastudi Indonesia Preparatory School (BIPS) gelombang ke-4.

Pada akhirnya berteman baik dengan kegagalan menghasilkan capaian-capaian yang tak pernah terfikirkan sebelumnya:

– Diterima di Liverpool University.

– Diterima di Wageningen University and Research.

– Lulus beasiswa Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia (LPSDM) pemerintah Aceh tujuan negara Taiwan tahun 2016.

– lulus beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) tahun 2017.

Akhir juni 2019 nanti, diri ini sudah tidak sabar untuk menemukan kegagalan lagi nanti saat mempresentasikan paper internasional perdana kami di Indonesian Scholars International Convention (ISIC) di Universitas Nottingham, Inggris.

Dari Dompet Dhuafa Pendidikan 

- Advertisement -

Berita Terkini