Sahabat Rasul Kaya Raya

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Dalam banyak buku histori orang-orang yang ada di sekitar Rasulullah SAW sangat sedikit mengungkapkan dan menganalisa bagaimana etos kerja dan mainset para sahabat nabi dalam membangun pundi-pundi finansial mereka, sering juga didapati informasi terkait dengan zuhud (menjauhi dunia) dalam arti kurang tepat dan boleh dibilang sangat kecil sekali menampilkan bagaimana sosok keuletan para sahabat sehingga mereka mencapai kepada puncak ketajiran di era nya walaupun banyak dari mereka memilih sikap hidup miskin dan hidup sederhana walaupun mereka sejatinya kaya lahir batin.

Kaum orientalis kerap mengidentikkan bahwa umat Muslim itu gemar menjadi orang miskin lantaran Nabi Muhammad adalah orang miskin. Pandangan ini tentu saja keliru dan membuktikan bahwa para orientalis tersebut nyatanya tidak memahami secara utuh.

Dalam buku Harta Nabi karya Abdul Fattah As-Samman dijelaskan, tak sedikit kaum orientalis yang beranggapan bahwa karena Rasulullah SAW sering tidur dalam keadaan perut lapar, beliau dilabeli sebagai orang miskin. Padahal konteksnya tak begitu. Rasulullah SAW merupakan pribadi yang berjiwa kaya, berusaha untuk kaya (dengan jalan yang benar), dan memakmurkan orang-orang yang berada di sekelilingnya (bukan artian nepotisme).

Dengan barang-barang yang diproduksi, diperdagangkan, beliau memperoleh harta kekayaanya. Baginda Rasulullah SAW lahir dari keturunan kaum Quraisy. Sebuah kaum yang identik dengan perdagangan yang kental. Sedari kecil, Rasulullah pun sudah terbiasa mencari hartanya dengan cara berdagang. Bukan sembarang pedagang, beliau bahkan dijuluki sebagai seorang yang terpercaya (Al-Amin).

Muhammad Al-Amin, begitu laqob di belakang nama Rasulullah SAW ketika belia. Siapapun yang menawartkan untuk dibawakan barang dagangannya oleh Rasulullah SAW selalu mendapatkan keuntungan secara adil dan jujur. Rasulullah tidak pernah sembunyikan hasil dagangannya, semuanya terbuka dan transparan.

Rasulullah kaya dari hasil keringatnya sendiri. Beliau memiliki usaha yang banyak. Bahkan dalam satu tulisan artikel disebutkan bahwa Rasulullah membangun masjid raya dengan hartanya sendiri. Rasulullah kemudian memperoleh harta kekayaannya hasil dari bisnisnya. Namun begitu, beliau tak pernah merasa bahwa harta yang diperolehnya adalah miliknya seorang diri.

Muhammad Hafil, dalam artikel berjudul Fakta-fakta Tentang Kekayaan Nabi Muhammad, dijelaskan bahwa : Tercatat, neraca dagang Rasulullah berupa 1,216,343 gram emas atas usaha Rasulullah, 1,251.601 gram emas atas pembiayaan (investasi dan sedekah), serta 15 bidang tanah dengan masing-masing harga jual sebesar 25,5 kilogram (kg) emas yang diwakafkan.

Begitu juga saat Rasulullah saw dewasa saat unta menjadi mahar dalam meminang Khadijah. jika unta dengan kualitas terbaik itu diasumsikan seharga Rp 50 juta per ekor, maka mahar Rasulullah SAW kepada Khadijah kala itu mencapai Rp 1 miliar jika dikonversikan ke dalam mata uang Indonesia. Tentu saja, jumlah ini bukanlah hal yang mudah.

Itu artinya, sebelum menikahi Khadijah, Rasulullah SAW merupakan pribadi yang siap dengan pernikahan. Termasuk siap dengan mahar dengan maksud memuliakan calon istrinya. Sehingga, tidaklah mungkin Rasulullah SAW merupakan pribadi yang berjiwa miskin apalagi menjadi orang miskin.

Dalam sejarah kehidupan Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya, mereka adalah orang yang tajir di zamannya, bisa dibuktikan bagaimana Rasulullah Saw memiliki kuda dan unta tunggangannya adalah kelas number one saat itu.

Begitu juga al-Khulafaur Rasyidiin memiliki kekayaan yang luar biasa, seperti Umar bin Khattab, harta yang di tinggalkan beliau sebesar 11, 2 Triliyun bisa di rujuk pada Kitab al-Fiqh al-Iqtishadi Li Umar Ibn al-Khaththab, halaman 44 dan halaman 99.. demikian juga sahabat Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, dan Sa’ad bin Abi Waqqash.

Kelimanya merupakan sahabat Nabi SAW yang dijamin masuk surga. Itu dihitung dengan nilai konversi 1 dinar sama dengan Rp2,5 juta,” katanya. Abdurrahman bin Auf Nilai kekayaan Abdurrahman bin Auf saat wafat setara Rp6,212 triliun. Kekayaan sahabat Nabi SAW ini sangat besar. Beliau adalah orang kedelapan yang masuk Islam.

Usianya 10 tahun lebih muda dari Nabi SAW. Beliau mengikuti semua peperangan dalam sejarah perjuangan Islam di era Nabi SAW. Beliau terkenal sebagai pebisnis ulung. Saat tiba di Madinah (era hijrah), beliau datang dengan tangan kosong. Seperak pun tidak dimiliknya. Lalu Rasulullah SAW menjalinkan mu’akhah antara beliau dengan Sa’ad bin al Rabi’, salah satu orang kaya Madinah saat itu.

Adapun Abdurrahman Bin Auf, Pedagang handal yang ahli ibadah Abdurrahman Bin Auf, pedagang handal yang ahli ibadah Sa’ad menawarkan setengah dari harta miliknya untuk beliau, termasuk menceraikan salah satu dari dua orang istrinya untuk bisa dinikahi beliau. Namun beliau menolak halus dan penuh respek sambil berkata, “Semoga Allah memberikan keberkahan kepadamu dengan istri dan hartamu. Cukup tunjukkan aku di mana pasar.” Total aset kekayaan saat beliau wafat seperti dikutip oleh Ibn Hajar adalah 3.200.000 (dalam bentuk Dinar, menurut asumsi Ibn Hajar, al Fath, Juz 14, hal. 448).

Nilai ini adalah hasil matematis dari informasi yang mengatakan bahwa saat wafatnya, masing-masing dari empat orang istrinya menerima sebesar 100.000 Dinar. Dengan akuntasi Faraidh, maka total tarikah (harta yang ditinggalkannya) adalah: 100.000 dinar x 4 (orang istri) x 8 (ashl al mas`alah) = 3.200.000 Dinar. Jika dirupiahkan, nilai tersebut setara dengan Rp6.212.688.000.000. Ibnu Katsir dalam al Bidayah wa an Nihayah, Juz 7, hal, 184 mengutip sumber lain bahwa saat wafatnya, ‘Abdurrahman meninggalkan aset terdiri dari: 1000 ekor unta, 100 ekor kuda, 3000 ekor kambing (di Baqi’).

Jumlah itu ditambah harta yang diwariskan kepada empat istrinya berjumlah Rp. 4,9 triliun. Saat hendak wafat beliau berwasiat memberikan 400 Dinar kepada para peserta perang Badar yang masih hidup yang jumlahnya saat itu sebanyak 100 orang. Total nilai wasiat setara Rp77,7 miliar. Ustman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib termasuk di antara yang menerimanya.

Belajar dari Abdurrahman bin Auf, bahwa ia berhijrah dengan Tangan Kosong Belajar dari Abdurrahman bin Auf, Berhijrah dengan Tangan Kosong Wasiat tersebut belum termasuk wasiat yang diberikannya secara khusus kepada para istri Rasulullah SAW yang masih hidup dalam jumlah yang besar.

Jumlahnya yang besar ini hingga mendorong Aisyah Ra berdoa, ; “Semoga Allah menyiraminya dengan cairan dari nektar.”

Begitu juga sang Jenderal dan Gubernur Abu Ubaidillah, sahabat yang kaya raya namun memilih menjadi miskin dan hidup sederhana. Suatu ketika Umar bin khattab yang sedang sidak dan ingin bertemu dengan Abu Ubaidah, ketika beliau memasuki Kota Palestina dan Yordan yang begitu maju dan makmur rakyatnya.

Dilihat Umar bahwa masyarakat Palestina makmur dan sejahtera, lalu Umar bin khattab pingin bertemu dengan Gubernur Abu Ubaidah. Dan sekaligus melihat rumah Abu Ubaidah saat itu. Sampai di tempat yanmg dituju, Umar bin Khattab hanya melihat kondisi rumah yang sederhana dan begitu juga perlengkapan rumah tangganya, lalu umar nangis, karena kondisi rumah Abu Ubaidah yang amat sangat sederhana.

Umar merespon, kenapa tidak mengambil manfaat dari tugas-tugasmu sebagai gebernur dan Jenderal untuk kebutuhan hidupmu ?. Umar juga menyampaikan, banyak orang yang terlena gara-gara dunia wahai Abu Ubaidah !! namun berbeda dengan engkau. Lalu Abu Ubaidah berkata, Aku tidak ingin nanti di akhirat terlalu lama hisabku, ujarnya. Wahai Umar bin Khattab, lalu Umar menangis dan memeluk Abu Ubaidah.

Demikian juga Ja’far bin Abi Thalib adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang rupa dan perilakunya disebut mirip Rasulullah. Ja’far adalah pejuang yang mati syahid di perang Mut’ah. Ja’far dijuluki sang burung surga yang berkicau.

Rasulullah juga memberi gelar Ja’far bin Abi Thalib Abul masakin yang artinya Bapak orang-orang miskin. Julukan Ja’far bin Abi thalib lainnya adalah Dzul janahain yang artinya pemilik dua sayap. Ja’far bin Abi Thalib adalah sepupu Nabi Muhammad SAW. Dia juga kakak dari khulafaur rasyidin keempat Ali bin Abi Thalib. Ja’far termasuk dalam orang-orang yang pertama masuk Islam. Dia masuk Islam di hari yang sama dengan istrinya Asma bin Umais.

Begitulah sahabat di sekitar Rasulullah Saw sangat kaya raya, namun tidak menjadikan dunia di hati mereka, kecuali hanya sebatas di tangan mereka. Dunia hanya sementara, ia tempat transit dan berinvestasi akhirat baik di hari-hari biasa apalagi di momentum bulan Ramadhan. Ia ibarat musafir yang lagi berteduh untuk bersiap-siap menuju kota tempat tujuan, yaitu akhirat nan abadi. Wallahu’alam.

Oleh : Dr. H. Muhammad Khalid, MA (Ketua MUI Langkat)

- Advertisement -

Berita Terkini