Elektabilitas Anies Terjungkal, Surya Paloh Bakar Harga Dirinya

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, OPINI – Dikursus wacana seleksi kepemimpinan nasional 2024 terus berlangsung. Hajat demokrasi 5 tahunan Pileg dan Pilpres Tunggak menunggu beberapa bulan lagi. Sesuai tahapan pemilu dari KPU, pileg dan pilpres akan dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2024.

Partai politik saat ini sedang sibuk bekerja dalam memenuhi tahapan pemilu 2024. Mereka sedang melakukan kerja -kerja di internal partai dan juga lintas partai.

Dinamika politik nasional semakin hari semakin panas. Isu yang paling seksi dan terus mewarnai politik nasional berkaitan dengan politik Pencapresan.

Wacana dukungan Capres menjadi bagian isu paling seksi dan sensasional. Setidaknya ada tiga nama capres potensial yang masuk dalam bursa capres potensial.

Nama Anies Baswedan menjadi bagian tokoh nasional yang terus disorot publik. Anies Baswedan menjadi sosok capres yang sudah mengantongi dukungan partai dan juga endoser dari koalisi partai. Nasdem adalah partai pertama yang mengusung Anies Baswedan dan kemudian disusul oleh dukungan dari Koalisi Perubahan Untuk Persatuan ( KPP).

Hanya saja , dalam proses pengusungnya calon presiden, Anies Baswedan menghadapi dinamika serius baik peluang dan juga hambatannya menuju kursi RI 1.

Tantangan tersesat yang sedang menghadang Anies Baswedan saat ini adalah elektabilitasnya semakin hari semakin merosot tajam. Berkaitan elektabilitas Anies Baswedan yang terus anjlok dan diakui oleh Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh . Ketum Nasdem ini menyentil lembaga survei yang kerap menempatkan elektabilitas Anies Baswedan paling rendah alias buncit.

Menurut banyak lembaga survei politik, posisi elektabilitas Anies Baswedan paling akhir dan hal ini harusnya menjadi peringatan dan pembelajaran bagi koalisi pengusung Anies agar tidak bisa meremehkan hasil survei yang selama ini

Sudah menjadi pagu politik jika elektabilitas capres menjadi tolok ukur kekuatan dan peta Capres itu sendiri. Baru-baru ini didapatkan hasil rilis 24 lembaga survei memotret Anies itu di posisi ketiga capres. Posisi yang barang tentu menjadi tamparan keras bagi partai pengusung dan juga Capres yang diusung.

Dari catatan politik, , Hasil Survei Capres 2024 yang digelar pada rentang 31 Juli-11 Agustus 2023 menunjukkan elektabilitas bakal capres Anies Baswedan sebesar 20,4 persen, Ganjar Pranowo 35,9 persen, dan Prabowo Subianto 33,6 persen.

Hasil elektabilitas dari Lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) tersebut, elektabilitas Ganjar Pranowo tertinggi. Ganjar rebound setelah beberapa hasil survei sebelumnya elektabilitas Ganjar Pranowo keok dengan Prabowo Subianto.

Persentase elektabilitas Ganjar Pranowo mengalahkan bakal Capres 2024 dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto.

Dengan mencermati hasil elektabilitas Anies Baswedan yang buncit tesebut , diharapkan adanya terobosan dan langkah spektakuler menaikkan elektabilitas Anies Baswedan. Yang dibutuhkan saat ini adalah keseriusan partai pengusung untuk mendorong Anies untuk segera mendeklarasikan sosok cawapresnya.

Anies Baswedan harya segera dikawinkan dengan calon wakilnya dengan demikian akan memberikan kepastian terhadap konstituen terhadap nasib koalisi dan juga kepastian pencapresan Anies Baswedan.

Sungguh mengejutkan jika terjadi isu pembelotan dari partai Nasdem yang mengambil langkah dan adu strategi menjual Anies Baswedan untuk tetap maju sebagai tokoh posis sentral.

Dalam hal ini Surya Paloh sebagai Ketum Nasdem berani untuk membuka wacana duet Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 menggema belakangan ini.

Dorongan ini berangkat dari pernyataan Ketua DPP PDI Perjuangan (PDI-P) Said Abdullah yang berharap dua bakal calon presiden (bacapres) itu bisa bersatu.

Isu duet Ganjar-Anies mendapat dukungan positif dari masing-masing tokoh yang akan berduet. Keduanya justru menyambut baik atas wacana tersebut. Ganjar mengaku tak keberatan dengan wacana berduet dengan Anies.

Dikutip dari Berbagai sumber Menurutnya, wacana untuk menjodohkannya dengan Anies merupakan hal wajar.

Respons yang hampir sama juga dilontarkan Anies. Menurutnya, wacana ini tidak bisa dibahas begitu saja karena PDI-P bukan bagian dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).
Meski begitu, ruang pembahasan masih terbuka lebar apabila PDI-P menjadi bagian KPP.

Bagi Nasdem dan Surya Paloh, skenario Politik duet Ganjar-Anies sangat menguntungkan duet Ganjar-Anies. Pasalnya dua tokoh nasional ini berduet dinilai sebagai siasat untuk melawan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Rumor politik berkembang dahsyat yang belakangan santer saat ini jika Prabowo Subianto bakal meminang Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka sebagai pasangannya di Pilpres 2024.

Terdapat Dua manfaat secara politik duet Ganjar-Anies yakni politik membendung kekuatan Prabowo-Gibran, kedua politik konsolidasi kekuatan partai pengusung.

Dengan bergabungnya Anies Baswedan ke kubu Ganjar Pranowo mempunyai konsekuensi dua arah. Pertama akan terjadi dukungan kolektif dari Koalisi Perubahan Untuk Persatuan (KPP) dan dukungan dari Anies Baswedan. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini secara dukungan politik mempunyai gerbong yang cukup diandalkan dari dukungan para relawan militannya.

Pada saatnya Nasdem dan Anies Baswedan akan menghadapi posisi politik paling sulit dan bahkan akan menjebak dirinya dalam kekalahan nyata.

Nasdem kiranya sudah tidak sanggup untuk mempertahankan posisinya di Koalisi Perubahan Untuk Persatuan dikarenakan tejadi benturan keras dalam isu siapa yang akan dijadikan sebagai Wakil Presiden Anies Baswedan. Ini menjadi polemik yang belum juga ketemu solusinya bagi Nasdem dan juga anggota Koalisi Perubahan Untuk Persatuan (KPP). Posisi tawar dan negosiasi politik buntu dan mengancam keutuhan koalisi.

Bukti nyata bahwa Anies Baswedan mendapatkan ganjaran sebagai Capres paling buncit dari berbagi hasil lembaga survei. Polesan yang dibuat untuk Anies Baswedan selama ini tidak dapat mengangkat dan justru semakin membikin Anies Baswedan oleng dari posisi capres.

Langkah Nasdem dan Surya Paloh mewacanakan Perjodohan politik Pencapresan dengan PDIP, memasangkan Anies Baswedan sebagai cawapres Ganjar Pranowo menjadi preseden buruk juga bagi Surya Paloh.

Posisi tawar Surya Paloh runtuh dan juga harga diri sebagai orang yang mengaku king maker Anies Baswedan harus putus dan bertekuk lutut ke elite lain seperti Megawati Soekarnoputri atau Jokowi.

Semakin sakit hati jika wacana koalisi perkawinan paksa Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan hanya dikatakan sebagai guruan atau mimpi di siang bolong. Surya Paloh sebagai pihak pertama yang mewacanakan Duet Ganjar -Anies akan ditertawakan dan dicap sebagai pecundang politik. Karier Surya Paloh akan dilabeli sebagai politikus murahan.

Begitulah , banyak hal buruk yang disebutkan di atas yang akan didapatkan ketika harus mengusung dan mempertahankan Anies Baswedan sebagai capres 2024. Sangat berdarah -darah dan mengeluarkan biaya politik mahal dan mempertaruhkan Entitas politik Nasdem dan juga harga diri Surya Paloh. Kalimat yang paling lantas untuk tindakan Surya Paloh adalah Surya Paloh sudah membakar harga dirinya dan juga lumbung partainya sendiri.

Ditulis oleh: Heru Subagia (Penulis dan Pengamat Politik/ Alumni UGM)

- Advertisement -

Berita Terkini