Dibalik Isu Anjloknya Elektabilitas Ganjar Pranowo, Isyarat Rekayasa Penjegalan Maju Di Pilpres 2024?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, OPINI – Anomali elektabilitas capres sedang terjadi. Dulu Ganjar Pranowo menjadi primadona setiap lembaga survei yang menempatkan dirinya sebagai penambahan nomor wahid sebagai capres . Tidak bisa dilawan dan kalahkan oleh capres lain. Bagi Capres lain , untuk mengejar elektabilitas Ganjar Pranowo akan kesusahan karena selisihnya sangat jauh. Namun pada akhirnya , bolak-baliknya jaman dan juga terjadi pergeseran politik pada akhirnya elektabilitas Gubernur Jateng ini mengalami naik dan turun. Sialnya, akhirnya elektabilitas Ganjar Pranowo harus tumbang diurutan kedua setelah Prabowo Subianto.

Pertanyaan sangat mendasar saat ini adalah mengapa banyak dukungan publik Pencapresan 2024 lebih banyak diterima Prabowo Subianto? Mengapa pula Elektabilitas Pranowo Subianto terus naik ?

Ganjar Pranowo resmi di dicapreskan oleh PDIP pada tanggal 21 April 2023 dan diumumkan langsung oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri serta disaksikan oleh Presiden Jokowi. Jelas, jika momen Pencapresan oleh ketua partai pemenang pemilu berurutan (2015 dan 2019) menjadi peristiwa politik penting yang memecahkan kebuntuan dan polemik politik pencapresan di internal PDIP.

Deklarasi pencapresan Ganjar Pranowo tidak hanya berdampak pada internal partai tetapi hasil keputusan PDIP memilih Gubernur Jateng Ganjar tesebut membuat konstelasi dan kontestasi politik nasional tambah buyar. Agenda dan rencana partai dan juga koalisi partai non PDIP menjadi buyar dan juga bubar. Mereka tidak mengira jika PDIP akan umumkan Pencapresan Ganjar Pranowo secepat kilat dan tentunya menjadi shock politik yang sangat dahsyat. PDIP betul -betul sudah mengunci dan menang dalam start awal pilpres 2024.

Optimis PDIP agar segera mendapatkan respons positif, mendapatkan dukungan publik dan banyaknya partai politik atau juga koalisi partai politik akan mendekat. Paska diumumkan pencapresan diharapkan juga elektabilitas Ganjar Pranowo naik pesat dan juga PDIP mendapatkan simpati dan juga coattail efects positif bagi elektabilitas partai.

Ternyata prediksinya meleset dan justru peta politik menjadi stagnan, statis atau mati suri. Kenyataan ini menjadi malapetaka bagi PDIP sendiri. Pasalnya partai lain tidak ada yang bergerak baik dalam urusan dukungan ke PDIP dan juga arah koalisi partai politik memperkuat dirinya atau membentuk poros politik baru. Yang terjadi justru partai politik tidak merapat ke PDIP dan justru positioning politiknya semakin liar tak kendali.

Koalisi partai tergabung dalam sekutu PDIP tidak berkembang alias stagnan. PDIP tidak berhasil menggaet partai besar atau menengah. Hanya mendapatkan partai non parlemen seperti Hanura dan Perindo. Partai parlemen yang merapat ke PDIP hanya diikuti oleh PPP.

Banyak komunikasi dan penjajakan politik PDIP dengan partai lain gagal untuk mencapai tujuan politiknya menambah jumlah koalisi partai yang bergabung PDIP untuk mendukung Ganjar Pranowo sebagai Capres 2024.

Pencapresan Ganjar Pranowo juga mengalami stagnasi politik yang akut . Justru sebaliknya, paska dicapreskan resmi oleh PDIP elektabilitas Ganjar Pranowo tergelincir di bawah Prabowo Subianto. Ganjar Pranowo selalu kalah dengan Prabowo Subianto dalam pencapaian puncak elektabilitas capres.

Direktur Eksekutif Fixpoll Media Polling Indonesia Mohammad Anas RA mengatakan Dakan temuannya menyingkap simulasi tiga nama, Prabowo juga unggul 38,4 persen, dibayangi Anies di posisi kedua 33,7 persen, dan Ganjar 16,9 persen (25/7).

Temuan lembaga survei Indikator Politik Indonesia (IPI) merilis survei elektabilitas terhadap 3 bacapres potensial. Hasilnya, Prabowo Subianto unggul 36,8 %, sementara Ganjar Pranowo 35,7 % dan Anies Baswedan 21,5 %
Hasil survei ARCI dalam elektabilitas simulasi capres tiga nama, Prabowo Subianto unggul atas Ganjar dan Anies Baswedan. Survei ini semakin meyakinkan tren Prabowo terus meningkat (18/7/2023).

Hasil survei itu menunjukkan elektabilitas Prabowo Subianto di angka 33,7%. Sementara Ganjar Pranowo di angka 30,5% dan Anies Baswedan di angka 23,3%.

Terdapat bukti meyakinkan jika elektabilitas Ganjar Pranowo sudah kalah dengan Prabowo Subianto dan secara konstan berada diurutan kedua. Tinggal PDIP dan juga tim sukses Ganjar Pranowo menghitung berapa besar tingkat kekalahannya, mencari sumber bencana Kekalahan dimana dan tentunya mencari calon keluar secepatnya untuk mengejar dan mengembalikan elektabilitas Ganjar Pranowo ke nomor satu kembali.

Ada yang menjadi pertanyaan, jika menganut paham Teori Konspirasi ada dugaan kesengajaan elektabilitas Ganjar Pranowo dibuat turun dan menghindari puncak klasemen pencapresan dengan tujuan menghindari persaingan dan kekerasan politik yang ditujukan ke Ganjar Pranowo sehingga tidak banyak kebocoran dan juga kelemahannya diambil dan dipublikasikan untuk manuver kampanye hitam.

Skenario kedua dalam teori konspirasi mengatakan justru Ganjar Pranowo dibuat jatuh dan akan dibuat pelemahan kekuatan politiknya secara gradual. Tujuannya jelas jika Ganjar Pranowo akan dikatakan capres tidak laku dan tidak memenuhi kriteria pencapresan dengan melihat trend survei elektabilitasnya semakin jeblok. Dengan demikian Ganjar Pranowo akan mudah dianulir oleh pihak partai politik sendiri atau dorongan pihak lain agar Ganjar Pranowo secara pribadi mengundurkan diri atau lengser dari capres.

Pada akhirnya nama Ganjar Pranowo akan hilang dan digantikan nama capres baru. Inilah gambaran sebuah Konspirasi terstruktur untuk menjegal dan menguburkan mimpi bagi Ganjar Pranowo dan pendukungnya menjadi presiden RI 2024.

Pertanyaannya akhir, apakah Ganjar Pranowo sadar atau tidak sadar jika seandainya dirinya sudah terjebak dalam ayat-ayat dalam teori konspirasi? Ganjar Pranowo akan disingkirkan dan digulingkan sebagai capres dari PDIP.

Penulis : Heru Subagia (Pengamat Politik dan Sosial/Alumni UGM)

- Advertisement -

Berita Terkini