Lupakan Ojo Kesusu Ganjar Pranowo, Andika Perkasa Game Changer yang Makin Terwujud

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Relawan Projo tengah berbunga-bunga. Pasalnya Presiden Jokowi menyebut mungkin capres yang Jokowi dukung ada di ruangan tempat Jokowi pidato, di Borobudur. Sontak seluruh yang hadir meneriakkan Ganjar. Jokowi terhenyak. Karena di tempat tersebut ada Erick Thohir, ada Moeldoko, ada menteri lainnya. Jokowi mengulangi. Ojo kesusu. Jangan terburu-buru menentukan dan mendukung calon presiden. Jokowi menganggap masih lama, dan mengajak relawan fokus mengawal pembangunan.

Sejatinya, politik Indonesia tengah mendidih. Jokowi terjebak dalam pembangunan yang ekspansif. Infrastruktur mangkrak menjadi momok. Rancang ulang, reorientasi pembangunan infrastruktur terpaksa dilakukan. Waktu dua tahun bukan waktu lama.

Jokowi tidak ingin meninggalkan Candi Hambalang II, meski mangkraknya jalan tol di Sumatera Barat semakin nyata, karena Sumbar adalah sarang oposan sejak zaman Imam Bonjol, awal masuknya gerakan khilafah di Nusantara.

Saat bersamaan Jokowi mengunci relawan. Sekaligus mengunci para capres. Tak terkecuali partai politik besar. PDIP memiliki kepentingan capres Puan Maharani. Berkomitmen dengan Gerindra, untuk Prabowo-Puan. Sementara Puan jeblok elektabilitasnya; Ganjar moncer bahkan melebihi Prabowo. PDIP belum (atau tidak) mendukung Ganjar. PDIP galau; muncul di grassroot anggapan bahwa jika PDIP tidak mendukung Ganjar, maka PDIP bisa nyungsep. Hal mirip Prabowo; Prabowo tidak nyapres, Gerindra porak poranda.

Maka ada kepentingan besar. Prabowo-Puan harus maju. Konsekuensi logisnya, Ganjar tidak mendapatkan dukungan PDIP. Ganjar bisa direkrut partai lain, misalnya Anies Baswedan sebagai cawapres, demi tujuan memenangkan kemauan perasaan publik yang disebut grassroots. Padahal Ganjar tidak memiliki elektabilitas di atas 30 persen. Artinya, masih 70 persen suara, yang mampu mengalahkan Ganjar. Ganjar pun bisa nyungsep di tengah isu E-KTP pada waktunya. Politik (buzzer) Indonesia sangat kejam. Anies pun jika tidak jinak akan mengalami derita yang sama mengenaskan.

Yang tidak dipikir oleh relawan adalah: Jokowi memerlukan orang kuat. Orang kuat untuk menjaga marwah Jokowi pasca lengser 2024. Jokowi bukan militer. BJ Habibie yang kuat pun rontok oleh kepentingan parpol. SBY yang militer pun terseok-seok dan gagal menjadi sosok Bapak bangsa. SBY hanya politikus. Yang legacy-nya Candi Hambalang. Jokowi tidak ingin dirinya menjadi bulan-bulanan setelah tidak menjabat.

Orang kuat tersebut jelas bukan Anies Baswedan, yang sejatinya capres paling ditakuti oleh relawan Jokowi. Sekaligus kebanggan kaum kadrun. Jika melenggang dapat tiket parpol, PKS, PAN, dan Demokrat, Anies mungkin akan menang. Dan, dalam kondisi seperti ini hanya Ganjar Pranowo yang bisa menghentikan, dengan catatan isu E-KTP ditutup rapat.

Jokowi telah merangkul Prabowo. Bisa jadi pula Jokowi merangkul Anies, demi dia tidak dipinang oleh kaum radikal; dalam dan untuk strategi dipangku mati. Masalahnya, apa Anies mau, karena dia sekarang ini merasa di atas angin. KPK pun ketakutakutan melawan Anies dan pendukung di belakangnya yakni kaum kadrun dan: Jusuf Kalla.

Di tengah kondisi seperti itu, kepentingan PDIP juga tak diabaikan oleh Jokowi. Jokowi boleh meninggalkan siapa pun, namun tidak terhadap Megawati dan LBP. Jokowi pantang berkhianat kepada orang yang pernah berjasa. Dianggap menelikung Prabowo di 2014 telah dibayar lunas oleh Jokowi di 2019 sebagai Menteri Pertahanan RI. Hutang budi kepada PDIP dan Megawati harus menjadi pertimbangan strategis Jokowi untuk penyelamatan marwahnya pasca turun dari kursi Presiden RI.

Untuk mendukung capres siapa pun, Jokowi harus berdiskusi dengan Megawati, Kulonuwun dengan Ibu Mega. Dan, rangkaian strategis harus menguatkan PDIP, meskipun terlepas dari pencapresan Puan sekalipun, dengan asumsi Ganjar maju.

Ganjar maju tidak mungkin berpasangan dengan Prabowo. Bisa jadi Prabowo-Anies terbentuk. Ini scenario yang memungkinkan Prabowo kembali mengusung isu politik identitas. Dan, Ganjar juga belum tentu menang. Penggabungan Prabowo Anies Jangan dianggap remeh. Bisa menang. Apalagi jika PDIP tidak meminang Ganjar, karena Puan tersingkir.

Skenario lain yang aman adalah Ganjar maju. Prabowo-Puan maju. Anies-AHY bisa maju. Skenario terburuk Ganjar-Anies bisa juga menghadapi Prabowo-Puan. Dari sisi kepentingan Jokowi, hanya Ganjar, Prabowo, Puan yang bisa diandalkan.

Namun, Jokowi selalu punya Plan B. Ketika popularitas Ganjar meninggi, maka bisa jadi Ganjar menjadi too sweet is not sweet anymore. Faktor Golkar, PKB, PPP, PAN, NasDem juga akan sangat menentukan meskipun sebagai bagian tim hore. Tim hore yang bisa jual mahal, dalam arti jualan mahal bener. Golkar, NasDem, PKB tentu memiliki perhitungan matang. Untuk kekuasaan karena mereka tidak memiliki calon siapa pun yang layak maju.

Dalam kondisi ruwet ini, Jokowi bisa membidik calon yang tengah menjadi game changer dalam politik NKRI. Panglima TNI Andika Perkasa. Ketegasan sikap konstitusional dan selalu berpegang pada hukum membuat Andika Perkasa dilirik oleh Jokowi. Paling kurang sebagai sosok yang ada di benak Presiden Jokowi.

Jokowi memberikan kode keras, bukan ojo kesusu. Namun simbol kedekatan psikologis dan trust. Lingkungan acara keluarga. Hal seperti ini pernah terjadi, ketika Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko dipercaya Presiden Jokowi untuk mewakili keluarganya menyambut tamu undangan dalam perikahan Kahiyang-Bobby. Saat itu Presiden Jokowi menghadirkan Moeldoko sebagai benteng Istana untuk melawan manuver Panglima TNI Gatot Nurmantyo.

Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa tiba-tiba muncul dalam acara keluarga Presiden Jokowi. Andika Perkasa disandingkan sebagai saksi dengan Wakil Presiden Ma’ruf Amin dalam acara akad nikah Ketua Mahkamah Konsititusi (MK) Anwar Usman dan adik perempuan Jokowi, Idayati. Padahal rencananya Pratikno yang menjadi saksi. Jokowi merasa Andika Perkasa pantas masuk dalam kesejajaran satu meja dengan Wakil Presiden dan Presiden.

Maka makna Ojo Kesusu dari Jokowi bisa menyentil Ganjar sendiri, atau para capres lain. Dan pada saat bersamaan Jokowi menghadirkan game changer politik Indonesia: Andika Perkasa. Ini pun harus dilihat apakah setelah pensiun 5 bulan ke depan, Andika Perkasa masih diberikan peran berkiprah di pemerintahan oleh Jokowi. Dan, lagi-lagi Jokowi memainkan perannya.

Oleh : Ninoy Karundeng

- Advertisement -

Berita Terkini