Pol PP Kelas Comberan Menganiaya Ibu Hamil

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Pol PP brengsek memukul seorang ibu hamil dan suaminya di Gowa, Sulawesi Selatan. Sebelumnya, tiga oknum polisi mendorong dan menghardik seorang Paspamres dan berkata, “Memangnya kalau Paspamres kenapa?”

Kejadian seperti ini saya yakin ada banyak, tapi tak terekam. Arogansi orang-orang di lapangan itu terjadi karena mereka sedang berperan sebagai penguasa. Merasa memiliki power untuk menekan yang lain.

PPKM Darurat menjadi sebuah pembelajaran, ternyata orang-orang di lapangan itu tidak paham SOP. Tapi ini bukan hal baru, dulu saat PSBB juga begitu. Pengendara mobil yang sendirian tetap diwajibkan pakai masker.

Orang-orang ini tentu bukan golongan makhluk pintar. Soalnya di peraturannya sebetulnya sudah cukup jelas. Secara logika, kalau di mobil sendirian memangnya mau nularin siapa? Tolong kecerdasannya ya.

Ditambah lagi, mereka bekerja tanpa nurani. Seperti robot. Apalagi ada momentum untuk main penguasa-penguasaan. Kapan lagi bisa nutup jalan dan sweeping seenaknya?

Saya terus terang marah melihat oknum sok kuasa seperti Pol PP berengsek itu. Kelas comberan yang tiba-tiba diberi wewenang di luar kapasitasnya. Jadilah mereka arogan dan aji mumpung.

Inilah pentingnya memberikan kesadaran pada orang macam Pol PP brengsek itu. Mereka bukan siapa-siapa. Hanya pesuruh paling bawah yang digaji dari uang pajak. Rakyat lah tuan mereka.

Mestinya orang-orang seperti ini cium tangan begitu berhadapan dengan para pedagang itu. Sebab dari merekalah Pol PP brengsek itu hidup. Bisa makan dan petantang-petenteng.

Tapi agaknya kesadaran seperti ini tidak diajarkan pada orang-orang berseragam yang dipungut dari pinggir jalan itu. Mereka merasa dirinya penting. Punya alasan untuk bertindak semena-mena.

Mereka yang biasanya ngurus pasar tradisional yang becek dan bau itu, Tiba-tiba derajatnya diangkat. Dijadikan ujung tombak untuk menegakkan peraturan PPKM Darurat. Ya mirip istilah Jawa, kere munggah bale, orang yang mendapat anugerah di luar batas kepantasannya.

Arogan itu pasti. Semena-mena jadi bonusnya. Yang terakhir, dia jadi tak tahu diri. Maka ketika memperlakukan orang lain, ia lupa dengan nurani.

Padahal peraturan tetap bisa ditegakkan dengan cara baik dan manusiawi. Itu kan hanya soal pilihan. Kalau dia merasa sebagai manusia.

“Saya Pol PP,” kata oknum brengsek di Gowa itu. Bangga sekali dia ngomong begitu. Seolah-olah kalau sudah jadi Pol PP, martabatnya mengalahkan Presiden.

Jujur saja, saya jijik melihatnya.

Oleh : Kajitow Elkayeni

- Advertisement -

Berita Terkini