Berdakwah Menegakan Kebenaran atau Pasrah?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – “Dek! Tolong sampaikan sama Abang, jangan terlalu keras berdakwah! Jangan melawan penguasa! Jangan melawan arus! Nanti mati Abang kita, Dek!”

Suara kak Erna meledak-ledak di ujung gawai. Kakakku yang satu ini memang cenderung meledak-ledak karena ada darah tingginya. Aku hanya bisa mengiyakan dan berjanji akan berbicara dengan Abang.

Hingga satu waktu, Abang datang ke Medan. Di perjalanan menuju lokasi dakwah, seperti biasa kami berbincang panjang.

“Bang, Kak Erna heboh itu.”

“Kenapa pulak?”

“Kata Kak Erna, Abang itu kalau dakwah, diturunkan kadar kerasnya. Jangan terlalu tajam menikam kanan kiri bahkan penguasa, Bang.”

Kudengar tawanya terkekeh.

“Maksudnya, Abang disuruh dakwah dengan lemah lembut, jangan tajam dan nyelekit. Hehehe … Abang ini disuruh dakwah menyampaikan yang hak dan melarang yang bathil atau disuruh merayu istri yang sedang merajuk?”

Nah, mulai nih. Harapan aku yang kena sentil lagi. Mending diam ajalah.

“Dek. Berdakwah itu harus jelas dan terang benderang dalam menyampaikan yang hak dan batil. Tidak bisa setengah-setengah apalagi abu-abu. Merah harus dibilang merah, hitam harus hitam dan putih harus putih. Jangan jadi banci kaleng! Tidak jelas siapa dirinya. Paham?”

“Tapi Bang, jangan terlalu keras juga … Abang jadi dibully, dihina, dicaci bahkan berkali-kali nyaris dijerat dengan segala cara. Ingat lambung Abang belum sehat paska terkena racun dulu ….”

Abang terdiam, menatapku dalam hening.

“Lalu mau kalian, Abang bagaimana? Pasrah menerima semua kezaliman dengan berdoa dari balik kelambu? Diam saat melihat pelecehan agama dan pemutar balikan dalil Islam? Memilih hidup aman damai dan menerima segala kenikmatan dunia, karena menutup mata pada kebatilan?”

Matanya menatap tajam.

“Dek, kalau kalian mengira bahwa melawan kezaliman itu cukup dengan doa, ya silahkan saja. Yang Abang tahu plot kezaliman itu bekerja lebih keras dari pada seluruh muslim yang gak punya daya juang. Sibuk bersembunyi di balik kata toleransi, kesejukan, dan berbagai alibi basi!”

Napasnya mulai terdengar lebih keras, tanda emosinya mulai tersulut. Hal yang selalu terjadi jika berkaitan dengan semangat dakwahnya.

“Pasrah itu bukan mahzhab Islam. Kalau berjuang itu cukup dengan doa dan kata bijak tanpa pijakan yang benar, maka banyak ulama memilih untuk hidup tenang dan mewah. Lalu buat apa ada ulama melawan sampai ada yang dibunuh, dipenjara, digantung?”

Matanya berkaca-kaca. Aku malah sudah terisak.

“Dek, Abangmu ini sudah mewakafkan hidupnya untuk berdakwah. Menegakkan agama Allah. Jadi … Kalian harus belajar ikhlas dan ridha atas apapun yang akan Abang hadapi kelak.”

Abang tetap istiqamah berjuang di jalan yang sudah dipilihnya. Siap untuk menghadapi kejadian seberat apapun. Kejadian beliau terkena racun saat berdakwah di sebuah daerah hingga membuatnya harus memakan bubur diblender hampir setahun lamanya, karena usus dan lambung nya bermasalah, dijalani dengan ikhlas. Hingga akhir hayat beliau lambungnya masih dalam perawatan.

Selamat jalan Abang, sekarang tidak ada lagi rasa sakit yang Abang rasakan. Kami ikhlas dan ridha seperti permintaanmu dulu.

#UTZ
#TengkuZulkarnain_Kenangan

Oleh : Tengku Nazariah

- Advertisement -

Berita Terkini