Novel Gadis Pembangkang Harus Dibaca Kader Semua Organisasi

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Sosok Roro Lanjar yang diciptakan oleh Mualimin Melawan, menurut saya sangat mewakili perlawanan akan ketertindasan kaum perempuan hari ini. Pembawaannya kuat, karakternya keras, mungkin karena sang penulis pelatih silat dan kebetulan satu seperguruan dengan saya, Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT).

Perguruan silat itu dikenal ‘kejam’ dalam mendidik murid-muridnya. Jika kita hanya membaca novel ‘Gadis Pembangkang’ tanpa menggali makna dari ceritanya lebih dalam, apalagi dikontraskan dengan perspektif syari’ah yang dangkal dan kaku, pembaca saya kira akan langsung melarang orang lain membaca novel itu. Buku itu isinya ‘mengerikan’. Sebab, yang diceritakan adalah: ‘Seorang muslimah yang tegas memilih dirinya tak berkerudung’.

Namun hemat saya, yang perlu menjadi sorotan utama, bagaimana kanda Mualimin Melawan mampu menggambarkan seorang bernama Roro Lanjar sebagai perempuan berprinsip, yang senang hati menghibahkan diri untuk gerakan-gerakan kemanusiaan, terlepas bagaimanapun penampilannya. Ia, kader perempuan HMI yang esensialis.

Sebagai seorang HMI-Wati yang sebelumnya pernah aktif dua setengah tahun sebagai PMII-putri, dalam pengamatan saya, sosok perempuan seperti Roro di novel itu, sangat sulit ditemukan di daerah Kalimantan Selatan, khususnya di kota Amuntai, tempat perguruan tinggi dan cabang saya berasal.

Di sini, mayoritas perempuan, mahasiswa biasa, atau yang mengaku aktivis sekali pun, berlomba untuk bersolek, tampil “syar’i” agar segera dipinang sang “akhi.” Seolah tujuan akhir hidupnya hanya demi menikah. Mereka sering menggaungkan kesetaraan gender, tapi dalam realita: enggan bersaing di panggung yang sama dengan laki-laki. Mereka, malah memakai alasan gender sebagai alibinya.

Kalau Roro, dalam hal keilmuan, pergaulan, dan karya, dia tak pernah mempermasalahkan gender. Baginya, manusia punya hak yang sama. Tiap orang setara. Tak peduli apapun jenis kelamin. Jika ada yang berani melanggar haknya sebagai manusia, seperti menyentuh tubuh tanpa seizinnya, Roro tak segan-segan mematahkan tangan orang itu. Ia tegas dalam mempertahankan hak.

Menurut saya, gadis Indonesia, khususnya aktivis perempuan Kalimantan Selatan, wajib membaca novel ‘Gadis Pembangkang,’ terlepas apapun organisasinya. Rekomendasi saya itu agar kalian sadar hak-hak kalian sebagai manusia. Kalian, mungkin secara tidak sadar telah dizalimi oleh pikiran kalian sendiri yang bertahun-tahun terjebak dalam kekeliruan. Mitos dalam pikiran harus kita hapus untuk selama-lamanya.

(Ditulis oleh: Nor Azizah, HMI-Wati Cabang Amuntai dan Pendekar Silat PSHT)

- Advertisement -

Berita Terkini