Single Parent?  Ok Saja, Tapi….

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Oleh: Muhammad Taufiq Lubis

MUDANews.com – Nun jauh disana, seorang perempuan pontang-panting membesarkan anaknya, sendirian. Disudut lain, seorang lelaki berperan ganda, ayah sekaligus ibu. Model orang tua tunggal memang tak lagi sekadar pilihan hidup. Di sejumlah negara bahkan menjadi simbol modernisasi. Sekadar tren atau pertanda mulai ditinggalkannya konsep keluarga utuh?

Maju sebuah peradaban, sepertinya makin aneh perilaku masyarakatnya. Dua puluh lima tahun silam, gadis yang hamil sebelum nikah pasti akan dihujat seisi kampung, dianggap pembawa sial. Namun sekarang, kebanyakan orang mengatakan, “itu sih biasa”. Bukan tak mungkin, fenomena orang tua tunggal bakal mengalami nasib serupa. Mulanya aneh, lama-lama lumrah.

Di negara-negara maju, seiring dengan kuatnya peran perempuan, juga desakan modernisasi dan demokratisasi, single parent menjadi gaya hidup tak lagi dapat dibendung. Makin hari makin banyak wanita membesarkan anaktanpa suami. Benar atau tidak, biar waktu yang membuktikan. Toh pengalaman menunjukkan, menjadi orang tua tunggal, laki-laki atau perempuan, tak semudah membalikkan telapak tangan. Tak juga selalu membawa berkah bagi penganutnya.

Hidup Untuk Anak

Banyak motivasi yang mendasari keputusan seseorang hidup sebagai orang tua tunggal. Tak heran kalau ibiu-ibu single parent sangat serius mengasuh anak-anaknya, yang dianggap sebagai prioritas hidup tidak seperti perempuan bersuami, orang tua tunggal terbebas dari memikirkan tetek bengek atau borgol perkawinan, sehingga lebih punya banyak waktu untuk memberi perhatian pada si kecil. Bahkan tingkat keberhasilan mereka  para orang tua tunggal kerap diukur dari sejauh mana mereka mempersembahkan yang terbaik buat anak-anak.

Sayangnya, orang tua tunggal sering lupa, manusia punya banyak keterbatasan. Bukankah sewaktu-waktu ia bisa jatuh sakit, bahkan meninggal? Lalu, bagaimana nasib sang anak yang ditinggalkan? Cukupkah hanya diwarisi santunan asuransi dan tabungan? Mereka juga sering lupa, setiap hubungan antar pribadi selalu mengandung potensi konflik. Tak terkecuali hubungan dengan anak. Bagaimana jika kelak hubungan dengan prioritas hidupnya itu berantakan?.

Orang tua tunggal juga tak bisa begitu saja mengesampingkan hubungan dengan manusia lainnya. Setiap manusia juga selalu terhubung dengan manusia lain. Diantaranya ada yang memuncak dalam bentuk cinta, ketika yang satu membiarkan dirinya diikata dan mengikatkan diri dengan yang lain.

Pada dasarnya, manusia memang tidak bisa memenuhi sendiri kebutuhan emosionalnya. Ia membutuhkan orang lain. Dalam perkawinan, ada pribadi yang dengan ikhlas mau mengikatkan diri untuk kebetuhan tersebut. Setiap orang membutuhkan cinta dan pasti ada pasangan yang bersedia memberikannya. Itulah sebabnya, tuhan tidak menciptakan 11 Adam agar bisa bermain sepakbola, melainkan satu Adam dan satu Hawa agar kebutuhan dan keintiman terpenuhi.

- Advertisement -

Berita Terkini