Berbeda Dari Krisis 97/98, Saat Ini Dolar Naik Harga Pangan Malah Turun

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Harga sejumlah kebutuhan pokok mengalami penurunan saat ini. Komoditas cabai, daging ayam, dan sayur-sayuran mengalami penurunan yang sangat tajam. Penurunan harga kebutuhan pokok pada saat ini dipicu oleh menurunnya minat belanja masyarakat yang dipicu oleh dua faktor utama, yakni anjuran tetap di dalam rumah serta penurunan daya beli.

“Pada dasarnya, sekalipun anjuran tetap di dalam rumah dilakukan, seharusnya tidak membuat penurunan harga yang sangat tajam. Karena pada hakikatnya masyarakat akan tetap membutuhkan kebutuhan pokok untuk bertahan hidup. Tetapi, temuan kita di lapangan ini cukup mengejutkan. Berkaca dari harga daging ayam yang saat ini dijual dalam rentang 15 ribu hingg 17 ribu per Kg nya,” ungkap Analis Pasar Keuangan, Gunawan Benjamin di Medan, Senin (6/4/2020).

Dia menambahkan, awalnya harga daging ayam tersebut bertahan dikisaran 25 hingga 35 ribu per Kg. Dan saat ini mata uang Rupiah itu diperdagangkan di level 16.400 per US Dolar. Dari sebelumnya dikisaran 13.700 per US Dolarnya. Artinya, terjadi kenaikan harga bahan baku untuk pakan ternak, termasuk vaksin hingga konsentratnya.

“Nah, berdasarkan hasil pantauan kita, memang terjadi kenaikan harga sejumlah kebutuhan pakan ternak maupun obat-obatan sekitar 5% sejauh ini. Tetapi kenapa harga daging ayam justru mengalami penurunan yang sangat tajam?. Yang jelas-jelas peternak merugi. Saya menilai, stok ayam yang melimpah ditambah dengan daya beli yang turun akibat corona,” ujarnya.

Menurut Benjamin, memang memicu terjadinya penurunan harga daging ayam. Ini artinya adalah harga daging ayam yang turun belakangan lebih dikarenakan masyarakat yang tidak memiliki kemampuan untuk membeli daging ayam itu sendiri. Nah penurunan daya beli yang memicu terjadinya penurunan harga ini jelas berbahaya.

“Kalau dulu masa krisis tahun 1997/98, harga kebutuhan meroket karena Dolar nya sempat naik ke 16 ribuan, dan memicu harga pangan yang tidak terbeli oleh masyarakat karena terjadi hiper inflasi. Tetapi saat ini justru kondisinya berbalik, harga pangan anjlok karena daya beli turun. Dalam bahasa lain tidak ada uang untuk beli makan,” ungkapnya melanjutkan.

Dan kondisi sekarang ini meskipun terbalik, bebernya, tetapi bahayanya sama saja dengan krisis tahun 1997/98. Dan harga kebutuhan pangan yang turun itu bukan hanya daging. Tetapi ikan, cabai, sayur sayuran, telur sejauh ini juga mengalami penurunan.

“Jadi solusinya adalah, pastikan bantuan pemerintah untuk ketahanan pangan masyarakat di tengah corona ini benar-benar nyampe ke masyarakat, dan tepat sasaran. Kunci solusinya ada disitu. Jangan sampai dibiarkan sehingga memicu masalah sosial seperti tahun 97/98 silam. Banyak dana stimulus yang digelontorkan pemerintah saat ini. Dan kita harapkan pemerintah baik pusat maupun daerah mampu mendistribusikannya ke orang yang tepat,” kata Benjamin mengakhiri. Berita Medan, Fahmi

- Advertisement -

Berita Terkini